Bab 3 Ancaman Adik Ipar

by Rudy Gold 22:59,Jul 24,2020
“Riski Han, apa yang ingin kamu lakukan?”

Kelakuan Riski Han dan bawahannya membuat Wahyu pun menjadi marah besar.

Riski tertawa dingin dan berkata: “Tenang paman Ye, hari ini adalah hari yang baik, bukankah lebih bagus untuk melukai orang?” dia membuat sebuah gerakan tangan dan belasan pengawal di belakangnya pun bersamaan mengeluarkan pisau yang kilat dari pinggang mereka.

Riski Han meneruskan: “Hari ini aku hanya ingin mencari si sampah ini, jika kalian ikut campur dan membuat aku tidak senang, hehe, aku tidak akan segan-segan membawa tiga orang perempuan ini.”

Tiga wanita itu terkejut dan wajah mereka pun menjadi pucat, Wahyu Ye yang satu-satunya wajahnya tampak emosi berkata dengan nada dingin: “Coba saja kalau kamu berani menyentuh sedikit saja keluargaku.”

“Mau kita coba?” Riski Han tertawa, pengawal-pengawal di belakangnya pun mengayunkan pisau-pisau mereka.

Raut wajah Wahyu pun berubah.

Umurnya sudah tua, bagaimana pun juga dia tidak bisa mengalahkan begitu banyak orang, apalagi mereka membawa pisau, sekarang mau melaporkan ke polisi juga tidak sempat lagi, yang dia takutkan hanyalah keselamatan keluarganya, hatinya pun benar-benar panik.

Riski Han mengejek: “Bagaimana kalau begini, kalian bujuklah menantu sampah kalian itu, lalu suruh dia untuk meminta maaf padaku, setelah itu kalian boleh pergi, bagaimana?”

Bella Ye pun berteriak: “Hei Erik Luo, masalah yang kamu cari sendiri, seharusnya kamu selesaikan sendiri juga, jangan bawa-bawa kami, cepat minta maaf!”

Semua orang pun menatap Erik Luo.

Erik Luo berdiri perlahan, dengan suara datar bertanya: “Tadi siapa yang menendangnya?”

Dia bukanlah orang yang bersabar, apalagi Riski Han mengejeknya di depan makam ibunya, hal itu pun sudah membuat dia sangat emosi, biasanya di luar negeri siapa yang berani membuatnya emosi, maka pasti akan terjadi pertumpahan darah.

“Aku yang menendangnya, kenapa?”

Saat itu Riski Han pun membuang ludahnya, dan kebetulan ludah itu dia buang tepat mengenai foto di batu nisan, sambil menunjuk Erik Luo berkata: “Kamu adalah sampah, dan ibumu juga pelacur!”

Belasan orang yang dia bawa adalah orang-orang yang jago berkelahi tanpa memikirkan nyawa mereka, jadi dia pun sangat tenang dan sepuas hati meluapkan emosinya.

Semua orang pun ikut tertawa terbahak-bahak dengan tatapan merendahkan melihat ke arah Erik Luo.

Santi Tang dan kedua putrinya walaupun juga emosi, tetapi mereka tidak berani membantahnya, karena takutnya mereka akan mengeluarkan pisau ke arah mereka.

Dari tadi Wahyu Ye sudah meluap-luap emosinya, dia pun sudah bersiap-siap untuk bermain tangan dengan mereka, begitu membalikkan kepalanya, dia pun melihat mata Erik Luo yang sudah memerah.

Erik Luo pun mengeluarkan sebuah tamparan dan membuat tubuh Riski Han terbang terjatuh.

Mulut Riski Han penuh dengan darah, setelah terjatuh di lantai dia pun berteriak: “Bunuh dia!”

Secara bersamaan belasan pengawal itu pun menyerang Erik Luo.

Mata Erik Luo bisa dengan jelas menankap gerakan orang-orang itu, seketika dia pun mengambil pisau dari salah satu orang dan dengan gila menggerakkan tubuhnya ke empat arah.

Orang yang menyerang dari belakang pun tidak sempat lagi untuk berhenti, ada yang lengannya tersayat, ada yang dagingnya tersayat, sampai-sampai ada yang setengah hidungnya tersayat, biasanya orang-orang itu membunuh orang sampai tidak terhitung berapa jumlahnya dan tidak pernah melihat orang sehebat ini, beberapa dari mereka yang belum terluka pun dibuat terkejut dan segera membuang pisau mereka, lalu mereka pun kabur melarikan diri.

Tubuh Erik Luo seperti siluman, dalam sekejap dia sudah di belakang Riski Han, dengan satu tangannya menggenggam kerah kemejanya, dan tangan yang satunya lagi menamparnya.

Satu tamparan itu langsung membuat pipi Riski Han memar, beberapa buah giginya pun sampai-sampai memuntahkan darah.

Erik Luo tidak berencana untuk menghentikan tangannya itu, satu tangannya itu pun menampar berkali-kali dengan gila, dalam sekejap kepala Riski Han berdarah-darah sampai tidak mempunyai tenaga untuk mengatakan ampun.

Wahyu yang melihatnya terkejut, dan wajah ketiga orang wanita itu pun pucat pasi.

“Cukup, Erik, jangan pukul dia sampai mati.” Wahyu Ye bersuara untuk menghentikannya.

Saat itulah Erik menghentikan tamparannya, lalu menarik Riski Han ke depan batu nisan: “Bersihkan sebersih-bersihnya!”

Riski Han sudah ketakutan sampai terkencing-kencing di celana, dan dengan cepat dia pun membersihkan semua itu termasuk air ludahnya sendiri, lalu Erik Luo menjambak rambutnya, dan dengan kuat mencampakkannya di depan batu nisan.

“Ahh!”

Tiga wanita itu berteriak bersamaan, tubuh mereka gemetaran, mereka pun mengira Riski Han mungkin sudah mati.

Setiap kali serangan Erik pun pasti ada batasannya, Riski Han hanya dihantam sampai merasakan kesakitan di kepalanya, dia pun sudah sangat ketakutan, di dalam hidupnya dia belum pernah bertemu dengan orang yang begitu kejam.

Erik Luo kembali menjambak rambutnya, serta berkata dengan nada dingin: “Aku tidak ingin bertemu denganmu lagi lain kali, pergi sana!”

Dia pun menendang Riski Han sampai tersungkur di lantai.

Riski Han dan bawahannya yang tersisa pun kabur secepat mungkin.

Melihat Riski Han yang sudah pergi, Beti Ye berkata dengan khawatir: “Kita sudah benar-benar kelewatan menyinggung Riski Han, ayahnya adalah orang yang jahat dan kejam, tidak tahu nantinya bagaimana mereka membalas kita.”

Santi Tang pun mengeluh: “Kalau saja semalam Erik Luo tidak menyinggungnya di pesta, pasti tidak akan ada kejadian yang seperti ini hari ini.”

“Memangnya kamu pikir jika tidak mencari masalah dengan mereka itu berarti sudah aman?” Wahyu Ye berkata dengan nada marah: “Kamu lihat saja bocah itu bagaimana dia berbicara denganku hari ini, tidak ada sopan santun sampai-sampai dia berani sekali mengambil pisau untuk mengancam kita, walaupun Erik Luo tidak memukulnya, ayah dan anak Han itu pun pasti tetap saja ingin berusaha mengambil posisinya di atasku, bagaimana mungkin emosi ini ditahan!”

“Iya betul, kamu tidak bisa tahan, tetapi kami istri dan anakmu juga ikut terancam!” Santi Tang juga sudah beremosi tinggi, melihat Wahyu Ye yang sudah marah, Beti Ye pun membujuk: “Sudahlah, jangan dibahas lagi, sekarang masalah sudah sampai di titik ini, tidak ada gunanya lagi berkata apapun, lebih baik kita memikirkan cara untuk menghadapi balas dendam mereka! Dengar-dengar Thomas Han sangat kejam membunuh orang, kita, kita, ihh......”

Jika membayangkan Thomas Han yang kejam itu, beberapa wajah mereka pun menjadi suram dan tidak berkata apapun, mereka seperti tertekan oleh sebuah gunung yang besar.

Erik Luo sama sekali tidak memikirkan hal itu, perasaannya pun sangat berantakan, setelah menyembahyangi ibunya, dia pun pulang ke kediaman untuk segera mandi dan tidur, tetapi ketika sedang berada di kamar mandi, Bella Ye pun mendobrak pintu kamar mandi dengan kuat.

Kali ini dia mengenakan baju oblong besar, karena dia sudah tidak dapat menahannya lagi, dia pun tidak mempedulikan dan mendobrak pintunya, dengan tidak sabaran berkata: “Kenapa kamu lambat sekali, apakah tidak bisa lebih cepat?”

Wajah Erik Luo tidak mengekspresikan apapun, dia dengan santai mengelap wajahnya.

Bella Ye marah dan berkata: “Apa-apaan kamu? Tuli ya? Jangan berlagak sombong karena sudah menikah dengan kakakku, bagaimana pun juga kamu adalah orang luar di keluarga kami,dan hari ini malah sudah mencari masalah yang begitu besar, dan sekarang malah masih berlagak begitu sombong? Sudah hebat ya? Cepat pergi dari rumah kami!”

Setelah berkata seperti itu dia pun mengambil beberapa botol dan melemparkannya kepada Erik.

Reaksi Erik pun sangatlah cepat, tangannya menghempaskan handuk yang berada di tangannya dan kembali melayangkan botol-botol itu, sehingga melukai wajah Bella Ye dan terdapat beberapa jejak merah di wajah yang lembut itu.

“Berani-beraninya kamu memukulku!” Bella Ye emosi hingga kedua matanya memerah, dan berteriak: “Ahh! Tolong! Tolong!” sambil berteriak dia sambil membuka bajunya.

Di dalam bajunya dia sudah tidak mengenakan apapun, dan saat ini dia telanjang sehingga terpampanglah tubuh cantik itu, Erik pun hanya bisa diam di tempat.

Teriakan Bella terdengar oleh mereka, dan dengan cepat Wahyu Ye dan istrinya serta Beti Ye pun datang menuju arah suara itu, lalu melihat kamar mandi sudah kacau-balau dan tidak tahu apa yang sudah terjadi.

Bella Ye menangis, dia menggenggam bajunya yang sudah sobek-sobek dan berkata dengan tersedu-sedu: “Bocah ini, dia, dia melecehkanku!”

Download APP, continue reading

Chapters

173