Bab 1 Pengacara dan Saksi Kabur

by Abarakwan 05:58,Dec 16,2020
Jaxon, tak akan pernah membiarkan dirinya kalah. Pemuda bersertifikat asosiasi MENSA sebagai jenius itu terlalu kuat untuk dikalahkan. Tak pernah sekalipun ia keluar dari ruang persidangan dengan wajah menunduk. Jaxon, pria berdarah Filipina yang bermukim di California selama 29 tahun hidupnya, selalu menjadi pemenang. Pagi ini, pria berkulit pucat- kekuningan terlihat keluar dari sebuah condo mewah di jantung kota berpopulasi tinggi di negeri Amerika. Sang adonis berjalan cepat menuju sebuah firma pengacara kondang di negeri itu.

"Apa yang kau lakukan pada saksiku, Allison!!" Teriak Jaxon di dalam sebuah ruangan elegan yang di dominasi oleh warna putih.

"Well..well.. saat ini seorang pengacara top, firma nomor satu di California mengunjungiku." Wanita 35 tahun itu berdiri dari sofa putih di ruangannya dan memberikan tepukan tangan ringan, dengan wajah berpoles riasan tebal. Wanita itu mengenakan sebuah setelan formal dengan belahan dada dalam, ia juga mengenakan sebuah fishnet hitam dan sebuah stilleto berwarna merah menyala.

"Cut the crap Allison!" Bentak Jaxon dan menghampiri rival terberatnya di meja hijau. Allison bukan seorang pengacara yang terlalu cerdas, ia sering menggunakan koneksinya untuk memenangkan kasus, dan itu selalu berhasil. Mungkin wanita di depannya juga memberikan imbalan kepada hakim yang menangani kasusnya dengan kemolekan tubuhnya. Sudah jadi rahasia di dunia para pengacara, kalau Allison memasang tarif untuk bermalam dengannya.

"Biarkan kuluruskan kesalah-pahaman ini, gadis manis yang kau sebut saksi itu, datang kepadaku, dan memintaku melindunginya dari seorang pria dominan yang mengancam hidupnya. Dan...well... pria yang ia maksud adalah, dirimu!!" Ucap sang pengacara modis dengan nada sarkas. Allison meledek Jaxon.

Ucapan itu berhasil menyulut emosi Jaxon, dengan berang pria berambut hitam-lurus itu menghampiri sang wanita yang saat ini telah kembali duduk dengan santai di sofanya dan menikmati secangkir kopi panas.

"Kujanjikan padamu sebuah penyesalan, Allison!!" Ucap Jaxon berang dan berdiri tepat di depan Allison

"Ooh... benarkah? Kali ini, egomu akan terinjak di bawah heels-ku, Tuan pengacara jenius!!" Jawab Allison tersenyum kecut.

Jaxon keluar dari ruangan itu dengan langkah lebar.

"Tidak pernah!! Tidak pernah dalam hidupku dipermainkan orang lain!! Dan orang itu adalah seorang wanita!" Geramnya dalam hati dan terus menelusuri koridor firma rivalnya menuju lift. Saat Jaxon berhasil keluar dari gedung itu, ia memberhentikan taksi. Mobil sedan kuning itu berjalan lambat dengan lalu-lintas kota di pagi hari.

"King's man ave. Fremont, please," ucapnya kepada sang supir yang langsung menganggukkan kepalanya.

Ia membuka ponsel keluaran terbarunya, menekan tombol dial-phone dan mendekatkannya ke telinga.

"For God's sake !!Hendrick!! Hal bodoh apa lagi yang kau lakukan, Allison masuk dalam kasus ini!!" Hentaknya kencang dan membuat sang supir taksi terlompat dari tempat duduknya.

"Sorry..." Ucap Jaxon terhadap supir itu.

Terdengar balasan dari ponsel Jaxon, Hendrick rekan kerjanya menjelaskan beberapa alasan perihal masalah ini.

"Dengarkan!! Aku akan sampai dalam dua puluh menit. Saat aku tiba nanti, sebaiknya kau memiliki alasan cerdas kenapa hal ini terjadi!!" Balas Jaxon dengan suara tertahan.

Bertahun-tahun ia menempuh perjuangan keras untuk sampai dalam posisi ini, tidak akan ia membiarkan seorang wanita menghancurkan karir gemilangnya. Maggie, saksi kunci dalam kasus yang saat ini dihadapinya adalah seorang wanita licik seperti ular, karena berhasil menghancurkan rencana jeniusnya.

Sembilan belas menit kemudian, taksi yang ditumpangi Jaxon telah tiba disebuah rumah normal, seperti penduduk San Jose lainnya, bercat kuning hangat dengan halaman hijau di depannya. Pintu kayu berada di depan rumah itu sedikit terbuka. Jaxon berjalan melalui pijakan batu taman menuju pintu kayu tersebut.

"Hendrick!!" Teriak Jaxon memasuki pekarangan hijau yang tersiram hujan di malam sebelumnya, "Aku sudah memesan kuburanmu di St. Clara Cemetery, so help me God!! Jangan sampai kau terkuklbur di dalamnya malam ini juga!!" Ucap Jaxon saat memasuki pintu kayu rumah itu.

Wajah tampan Jaxon terlihat jauh berbeda 30 menit yang lalu. Wajah flaw-lessnya terlihat lebih kusam, rambut lurus yang selalu terlihat rapi dan klimis, saat ini berantakan, tanda tingkat stressnya kali ini tergolong tinggi. Pria perfeksionis ini, selalu menjaga penampilannya. Penampilan adalah salah satu senjatanya dalam berbagai masalah hidupnya.

"Wow... calm down man!! Kau bahkan belum memberiku kesempatan untuk berbicara," balas Hendrick berusaha menenangkan rekannya yang terkadang membuatnya bergidik ngeri.

Jaxon berjalan melewati Hendrick yang berdiri kaku di ruang tamu, ia berjalan menuju kulkas putih di ujung ruang keluarga dan mengeluarkan coke. Hendrick menyusul kawannya itu dan memintanya untuk duduk di sofa sebelahnya.

"Listen man!! Kau menakuti Maggie! Gadis itu lari dari apartemenmu dengan gemetar ketakutan, aku ada di coffee shop di seberang dan melihatnya. Sudah kucoba untuk mengejarnya--ia terlanjur masuk ke dalam taksi. Kucoba menghubungimu kemarin!! Tapi kau tak mengangkatnya!" Jelas Hendrick.

Jaxon mengacak kembali rambut hitamnya. Frustasi dengan keadaannya saat ini. Maggie!!

"Maggie bukan gadis polos yang kau kira, ia telah berhubungan dengan Greg, sebelum Greg ditemukan tewas di apartemennya," jelas Jaxon menutup wajahnya dengan ke-dua tangan.

"Damn man!! Kenapa kau baru bicara sekarang, kesaksiannya berbeda dengan ucapanmu, bagaimana kau tahu? tak ada yang mengetahui Greg Richardson berselingkuh dengan wanita lain!" Bantah Hendrick mengarahkan seluruh tubuhnya ke arah Jaxon, berharap penjelasan lebih lanjut dari rekannya itu. Hendrick mengagumi sahabat sekaligus rekan kerjanya itu, meskipun terkadang ia berbicara kasar padanya.

"I slept wih her. Tiga hari yang lalu, aku membuatnya sedikit mabuk dan tidur dengannya. Ia memberitahukan semuanya kepadaku saat itu," jelas Jaxon masih menunduk menutupi wajahnya.

"That was so sick!!" Umpat Hendrick setelah mendengar penjelasan Jaxon. "Kali ini, kita dalam masalah serius, atau... kalau bisa kuperjelas, KAU sedang dalam masalah serius!!"

"Aku.. Entah mungkin aku juga mabuk saat itu, entahlah kami mabuk. Aku bahkan tak ingat apa yang terjadi. Aku terbangun dalam keadaan tanpa pakaian dan terbalut selimut. Begitu juga Maggie."

"Ha...ha. Mana mungkin kau menidurinya tapi tidak ingat. Kalau kau bisa berhubungan tubuh dengan seorang wanita, berarti kau sadar."

"Aku sadar, tapi tidak sepenuhnya otakku berjalan normal." Jawab Jaxon mengelus dahinya. Sepertinya memang perempuan adalah sebuah masalah besar, ia sedikit menyesal melakukan hal itu kepada Maggie, kalau ternyata akan mendapatkan kerumitan seperti ini.

"Kau rugi! Padahal ini kali pertama kau berhubungan intim!" Ledek Hendrick pada sahabatnya yang memang terkenal sedikit kolot. Walau dengan tubuh tinggi jenjang dan berotot, otak cerdas dan karir gemilang, Jaxon tak pernah sekalipun dalam hidupnya berhubungan dengan wanita. Menurutnya seorang wanita akan mempersulit hidupnya yang ia rasa sudah sulit.

Download APP, continue reading

Chapters

99