Bab 7 Klien yang Nyentrik

by Abarakwan 06:38,Dec 16,2020

Hendrick berjalan cepat menyusuri area downtown San Jose California, tepatnya sepanjang N. San Pedro St. Menuju sebuah restoran Mexico La Pinata. Tidak, ia tidak sedang menemui salah satu pacar supermodelnya, Hendrick memiliki alasan yang lebih urgent di pagi hari yang mendung di Kota San Jose. Nyonya Mallory Citral Elizabeth, kliennya bekerja sebagai koki tambahan pada restoran itu, dan Hendrick harus menemui wanita 35 tahun itu, untuk membicarakan kasus yang sedang berjalan.

La Pinata restaurant, terlihat cukup lengang saat ini, pukul 9.30 pagi--waktu yang terlalu dini untuk menyantap makanan penuh rempah dan lemak khas rumah makan ini. Hanya terlihat empat pelanggan yang sedang menikmati hidangan di mejanya masing-masing. Hendrick memasuki restoran dan berjalan ke meja di dekat jendela terpojok ruangan, ia memanggil seorang pelayan dan memesan menu sarapan dengan asal.

Beberapa menit berikutnya, telah tersedia di depannya satu piring sajian Chilaquiles Rojos, menu sarapan khas yang berisi telur, keripik tortilla, bawang, tomat dan diakhiri dengan topping keju. Hidangan yang terlihat menggiurkan, wangi khas santapan Mexico itu hanya di lihatnya dengan wajah datar--Hendrick meminum segelas Red Wine Sangria yang di pesannya.

"Dapatkah kau panggil Nyonya Mallory, Nona?" Ujar Hendrick kepada sang pelayan yang selesai menatap hidangan di atas mejanya. Pelayan itu mengenakan sebuah apron putih dengan seragam berwarna peach

"Molly?... Oh... Sure!" Jawab pelayan muda itu dan berlalu meninggalkan Hendrick yang masih memandangi Chilaques Rojos nya. Pelayan itu berjalan riang menuju meja bar yang menyajikan minuman.

Sepuluh menit menunggu sang klien yang tak kunjung datang dari dapur tempatnya bekerja--Hendrick telah menghabiskan seluruh pesanannya, bahkan berniat memesan sangria tambahan yang akhirnya diurungkan saat melihat sosok Nyonya Mallory keluar dari pintu dapur restoran, masih dengan seragam kokinya.

"Nyonya Mallory!" Sapa Hendrick berdiri dari kursinya dan menyodorkan tangan untuk dijabat, Mallory mengangguk dan duduk tepat di depan Hendrick, mengabaikn tangan Hendrick yang masih menjulur di atas meja.

"Call me Molly, Please!" Jawabnya singkat dan tersenyum tipis, "sudah kukatakan Tuan Hawkin!! buatlah janji terlebih dahulu untuk menemuiku, jadwalku sungguh padat. Tak seperti dirimu yang walau mendekam di dalam rumah seharian mendapat transferan uang jutaan dollar setiap harinya, aku harus bekerja untuk menghidupi diriku sendiri!" Lanjutnya panjang dan ketus.

"Whooooo... Okay... Salahku!" Balas Hendrick mengangkat kedua tanganya ke depan, tanda menyesal. Lebih baik mengalah dengan sifat klien nyentriknya yang satu ini, agar semua informasi yang dibutuhkannya saat ini didapat dengan mudah.

"Apa maumu?" Lanjut Molly sambil memandang keseluruhan isi restoran, matanya enggan menatap pengacara tampan di depannya.

"Penjelasanmu! Tuan Fernando juga menuntutmu atas tudingan penculikan Sofia Raine Fernando, putrimu. Kau harus menjelaskan detil kepadaku mengenai rumah tanggamu, Sofia dan tudingan aneh bahwa kau adalah seorang penyihir"

"Tunggu aku sepulang kerja!! Aku pulang dua jam lagi!" Sosok Mallory berdiri dengan anggun dan berlenggang masuk kedalam dapur. Wajah putih pucatnya terlihat datar tanpa ekspresi saat meninggalkan Hendrick yang tercengang dengan kelakuan aneh kliennya.

"Ia memintaku menunggu dua jam lagi?" Ulang Hendrick pelan saat ia telah sendiri, "ia menyuruhku menunggu dua jam?" Ucapnya lagi tak percaya, "jangan sampai Jaxon tahu, bisa habis aku diledeknya nanti," batin Hendrick dan kembali memesan segelas red wine sangrianya yang sudah habis beberapa menit yang lalu.

Tepat jam dua belas siang, Molly berjalan keluar dari dapur, dengan pakaian kasualnya. Sebuah celana hitam longgar dan kaus biru dongker yang sudah lusuh, rambut hitam panjangnya di biarkan terurai, membuat wajah putih-pucatnya terlihat lebih pucat.

"Kita bicara di kedai kopi di seberang!" Ucap Molly dan berjalan cepat di depan Hendrick. Bingung dengan perlakuan yang diterimanya, Hendrick mengikuti ritme jalan Molly yang cepat--"berjalan di belakang wanita!! Sungguh pembunuhan karakter!!" Batinnya kesal.

Kedai kopi terkenal di depannya sudah disesaki para pengunjung yang membeli kopi hangat dalam cuaca sedikit mendung ini, "Sungguh konyol California menjadi sering mendung belakangan ini!" Batin Hendrick saat menunggu pesanan minumannya dan Molly. Perempuan itu sudah menempati meja dua kursi tak jauh dari pintu masuk.

"Ini, double espresso pesananmu!" Ucap Hendrick saat memberikan mug panas berisi pesanan Molly, dan ia duduk di depan Molly.

"Silahkan dimulai! Kau mau tahu apa?" Tanya Molly sambil menyeruput kopinya yang masih panas, pipinya terlihat sedikit merona sepersekian detik yang lalu, atau mungkin sebuah ilusi mata? Hendrick tak yakin dengan apa yang ia lihat. Wanita yang duduk di seberangnya menyimpan terlalu banyak misteri.

"Pertama, tentang Sofia. Tuan Fernando menuduhmu menculik atau menyembunyikan anak kalian sendiri, dan ia pernah mengatakan sehari sebelum menghilang, Sofia terlihat sakit!" Jelas Hendrick memandang wajah pucat Molly yang sedikit menunduk dan tertutup helaian rambut hitamnya saat meminum kopinya.

"Kau bodoh? Atau.. Pura-pura bodoh?" Jawabnya pelan dengan wajah tanpa ekspresi, "orang yang paling sakit dan sedih saat Sofia menghilang adalah aku--aku yang menangis seharian memikirkannya! Sofia anak yang sehat, ia tidak sakit saat terakhir aku bersamanya, namun memang wajahnya pucat--sepertiku!"

"Kasus ini bisa membawamu ke balik jeruji penjara Molly, jadi kumohon kerjasamamu. Permintaan ceraimu sudah pasti dikabulkan, karena kedua belah pihak telah sepakat--namun masih terkendala masalah hak asuh! sementara anakmu hilang, entah diculik atau disembunyikan, kasusmu rumit Molly!" Seru Hendrick membuang nafasnya dengan kasar.

"Hmm..." Molly menghela napas terlihat sama frustasinya dengan Hendrick, "kurasa aku tahu, Sofia berada dimana, namun aku tak bisa mengambilnya--yang pasti... Ia dalam keadaan sehat."

"Apa maksudmu?" Tanya Hendrick kaget, "bahkan intel kepolisian belum bisa melacak keberadaan anakmu!"

"Hmm... Ternyata kau memang kurang cerdas... " Gumam Molly pelan.

"Aa!! Apa maksudmu?!" Tanya Hendrick kesal dan meninggi. Apakah wanita di depannya satu spesies dengan sahabatnya Jaxon? Hanya Jaxon yang berani meledeknya seperti itu.

"Kau lupa.. Tuduhan Fred terhadap diriku?" Tanya Mallory menatap sinis kepada si pengacara handal. Perempuan itu memperhatikan penampilan Hendrick dari atas ke bawah. Hendrick yang saat ini merasa terintimidasi oleh pandangan kliennya hanya pura-pura sok cool menyeruput minumannya

"Tuduhan?... Kau penyihir?" Tanya Hendrick dengan sarkas. Sementara Molly menaikkan alis sebelah kanannya dan tersenyum misterius.

"Kau percaya hal itu, tuan penuh logika?"

"Ini leluconmu?" Tanyanya heran.

"Kau tak perlu tahu, apakah aku penyihir, atau tidak--tugasmu adalah menuntaskan kasusku, perceraian dan hak asuhku!!" Tegas Molly memandang sinis pada Hendrick. Perempuan itu memiliki aura yang membuat Hendrick sedikit sungkan, sejauh ini Hendrick terus mengalah dan bersabar atas apa yang diterimanya.

Mungkin perempuan di depannya memiliki kelainan psikologi, atau cara berpikir penuh dengan imajinasi. Apa mungkin ada seorang penyihir di era digital seperti ini?

Download APP, continue reading

Chapters

99