Bab 11 Molly si Penyihir

by Abarakwan 07:20,Dec 16,2020
Malam ini terasa lebih dingin dibandingkan malam sebelumnya. Meskipun cuaca di kota ini memang cenderung hujan dan dingin, tapi malam ini terasa sangat berbeda, angin dingin seperti menusuk sampai ke tulang. Tapi ada seorang perempuan berdiri menghadap jendela yang terbuka lebar, menghadapi deru angin malam dan menatap dengan fokus satu titik di depannya.

Wanita berambut hitam panjang dengan wajah putih pucat berdiri kaku di depan jendela yang terbuka, seolah dinginnya malam tak menusuk kulitnya, matanya melihat lurus ke depan. Rumah wanita itu terletak di apartemen tak layak huni tepat di jantung downtown San Jose California, rentetan bangunan di depannya seakan hilang dari pandangan menerawangnya. Ia memejamkan matanya untuk membantu dirinya fokus pada satu tujuan.

Wanita itu mengerahkan seluruh pusat energinya untuk mengetahui keadaan dan keberadaan gadis kecilnya, Sofia. Sebuah tindakan bunuh diri yang konyol, menerawang keberadaan Sofia dalam situasi genting seperti ini. Sofia harus segera ditemukan dan berada dalam pelukannya. Bagaimanapun hanya dirinya sendiri yang bisa melakukannya.

Pengacaranya telah mengatakan betapa berbahayanya kasus ini bila dibiarkan berlarut-larut, ia bisa kehilangan hak asuhnya atas Sofia. Wanita dengan gaun tidur berwarna biru tua itu tetap berdiri kaku walau terdengar suara petir dari kejauhan--perlawanan.

Perbuatannya diketahui oleh sang penculik buah hati. Persetan dengan persaudaraan!! Buah hatinya diculik adalah alasan yang cukup untuk saling membunuh, sesama saudara sekalipun. Sofia adalah miliknya, itu yang akan ia pertahankan kalau perlu sampai mati.

Mallory Citral Elizabeth, adalah anak perempuan ke tujuh dari tujuh bersaudara. Ia lahir dengan keadaan nyaris mati, karena lubang pernapasannya terhalang. Mallory bayi dinyatakan mati oleh beberapa dokter 1 menit setelah kelahirannya, karena detak jantung yang berhenti sesaat setelah sosok bayi berlumur darah itu keluar dari rahim ibunya.

Sang ibu memeluk erat anak ke tujuhnya dan menangis tersedu. Konon sang ibu adalah seorang sorcerer kelahiran Spanyol yang memiliki kekuatan mistis yang sangat kuat. Seorang sorcerer, tak hanya bisa merapal mantra dan memproyeksi kekuatannya terhadap objek tertentu namun memiliki kekuatan tambahan yang sangat terlarang, berbicara dan berinteraksi dengan mahluk dari alam yang berbeda.

Sang ibu mengetahui anaknya mati saat dilahirkan, memusatkan sisa energinya untuk bertanya dengan sahabat karibnya dari dimensi lain tentang keadaan bayi perempuan yang terbaring kaku di pelukannya.

"Bersihkanlah mulutnya dengan tanganmu-ada sesuatu yang mengganjal pernapasannya! Lalu tiuplah sedikit energimu melalui mulutnya!" Perintah sosok sahabat karib tak kasat mata terhadap wanita paruh baya yang terduduk lemas di atas ranjang rumah sakit. Ia melakukan apa yang diperintahkan kepadanya.

Sepuluh detik berikutnya, terdengar suara batuk kecil--bayi perempuan yang dinyatakan mati itu terbatuk!! Tak lama sesudahnya bayi itu menangis kencang. Wanita paruh baya yang seluruh tubuhnya basah karena keringat dan darah itu tertawa kencang sehingga semua perawat dan dokter yang menunggu di luar ruangan sesuai dengan permintaan sang pasien, berlari masuk ke dalam, menanyakan apa yang terjadi.

"Anakku hidup!!" Teriaknya kepada dua dokter dan tiga perawat yang masuk ke dalam ruangannya berlari kaget.

Bayi yang bertahan hidup itu diberi nama Mallory Citral Elizabeth, satu-satunya anak yang memiliki nama akhir Elizabeth-karena perceraian sang ibu dan ayah. Ayah Mallory pergi meninggalkan istri dan anak-anaknya dengan alasan perdagangan di luar negeri--namun, tak butuh kekuatan seorang sorcerer untuk mengetahui, bahwa pria lima puluh tahun itu memutuskan melepaskan tanggung jawabnya.

Molly--orang memanggilnya, sedari kecil terlahir dengan paras wajah yang sangat pucat, bahkan lebih pucat dari sang ibu. Kalau saja rambutnya tidak berwarna hitam--sudah pasti ia akan disebut keturunan Albino. Namun ia juga yang memiliki kekuatan paling dominan, sejak kecil-dalam diamnya, ia berkomunikasi dengan mahluk beda dimensi untuk diajak bertukar pikiran. Seringkali saudaranya dibuat terkejut dengan ucapan cerdas Molly kecil.

"Dia bilang, Ice cream akan membunuhmu," ucap Molly kecil berusia empat tahun kepada kakaknya.

"Haha... omong kosong!! Mana mungkin seperti itu!!" Jawab kakak keduanya saat ketujuh bersaudara itu bertamasya di taman. Mereka melihat seorang gadis muda membeli ice cream cone rasa strawberry yang menggugah mata. "Ice cream itu sangat terkenal dengan kelezatannya!"

"Tidak... Hari ini kce cream itu akan membunuh siapapun yang memakannya!!" Jawab Molly kecil masih memandang lurus ke arah gadis kecil yang baru memakan ice cream yang dimaksud," tak lama- gadis pemakan ice cream itu terjatuh, kemudian ia kejang di atas rerumputan taman--sontak seluruh pengunjung mengerumuni gadis itu," ia keracunan. Pedagang ice cream itu mencampurkan sesuatu didalamnya, kawanku bilang sebuah paket morfin dosis tinggi."

Sang ibu kaget mendengar penuturan anak bungsunya dan memeluk Molly erat, "jangan bicara pada siapapun mengenai temanmu itu, okay? Hanya pada Mommy kau boleh berbicara tentangnya!" Perintah sang ibu sambil berbisik di telinga Molly. Detik itu juga sang ibu menyadari bahwa Molly adalah generasi sorcerer yang sangat berbakat--mungkin lebih hebat dari dirinya sendiri.

Sejak kejadian di taman, Molly kecil tak pernah membicarakan percakapannya dengan sahabat beda alamnya kepada siapapun, kecuali sang ibu. Molly tumbuh menjadi anak yang pendiam dan ia memiliki semakin banyak "teman" dari dimensi lain itu.

Teman itu kadang membantunya, kadang bercerita dengannya mengenai masa lalu mereka yang suram, Malorry hanya mendengarkan dan memberikan nasehat untuk merelakan apa yang terjadi di masa lalu dan untuk melanjutkan kehidupan di alam berikutnya. Mereka berteman, saling bercerita dan memberikan dukungan. Untuk keadaan genting seperti ini, teman-temannya tak sanggup membantu.

Mallory terhenyak dan terjatuh di lantai kamar pribadinya, energinya tak cukup menembus tempat Sofianya disembunyikan. Butuh beberapa menit untuk bangkit dan mengambil ponselnya di atas nakas.

Mallory men-dial dengan tangan bergetar nomor pengacaranya, ia harus cepat menghubungi pria itu.

Hendrick pria itu, walaupun sepertinya kurang cerdas dan bersikap arogan, buktinya ia cukup sabar untuk menghadapi wanita sepertinya. Mallory sadar ia bersikap menyebalkan di depan pengacaranya itu, tapi ia sedang tidak dalam mood yang baik untuk berbuat manis di depan seorang pria. Ia telah dikecewakan oleh satu pria, ia tak butuh pria lain untuk memberinya kekecewaan.

"Tuan Hendrick!! Kita harus bertemu esok hari, rumahku-downtown San Jose, sepuluh menit dari La Pinata. Tak perlu kuberitahu, kau telah melacakku bukan?" Ucapnya cepat saat Hendrick tersambung di line telepon, "kutunggu besok jam 10 pagi!!" Molly memutus sambungannya dengan sepihak sebelum Hendrick berkata apapun, kecuali "Hello".

Molly meletakkan ponselnya di balas dan berbaring dengan tubuh bergetar di atas kasurnya. Tenaganya terkuras, wajahnya yang memang pucat terlihat sama sekali tak berwarna. Pucat seperti tak bernyawa.

Download APP, continue reading

Chapters

99