Bab 14 Mencari Jejak

by Abarakwan 07:27,Dec 16,2020
Di rumah asri Vista Del. Sol, sosok Jaxon berjalan cepat menyusuri setiap ruangan di dalam rumahnya dengan sebuah ponsel menempel di telinga. Ia berbicara kepada sepupu Hendrick yang berprofesi sebagai intel.

"Nothing Joe...No trace, tak ada jejak apapun disetiap ruangan!! Tak adakah namanya di penerbangan domestik atau internasional?" Tanya Jaxon pada sepupu Hendrick yang bernama Joe di saluran telepon, sosok Jaxon yang menjulang berjalan dari ruang dapur- kamar mandi-kamar Maggie sampai ke balkon lantai dua. Ia telah menyusuri taman depan dan taman belakang rumahnya, mencari petunjuk apapun tentang Maggie. Namun semua berhasil nol besar. Maggie sampai sekarang tak mebmbgirim kabar dan sama sekali tidak pulang.

Jaxon duduk di ruang tamu, menghempaskan dirinya ke atas sofa sambil mendengarkan perkataan Joe di sambungan telepon. "Tak ada? Bagaimana dengan jalur darat... Atau laut??"

"... Tak ada." Jaxon menghela napasnya kasar. "Beritahu aku perkembangannya, thanks!"

Ponsel di tangan kanannya di lempar ke atas sofa. Sungguh frustasi hidupnya meningkat tajam setelah kehadiran Maggie dalam hidupnya. Jaxon menyenderkan kepalanya ke punggung sofa, menunggu kehadiran Hendrick yang berjanji akan datang setelah pertemuannya dengan sang klien aneh alias Nyonya Mallory--atau Molly the witch.

Jam satu siang, Hendrick tiba di kediaman asri Jaxon dan menemukan sahabatnya tertidur nyenyak di atas sofa, dengan posisi tidur yang terlihat aneh--ia akan sakit leher saat bangun. Hendrick menghampiri Jaxon dan membangunkannya.

"Hei... Man!!" Ucap Jaxon setengah sadar, saat Hendrick berhasil membangunkannya, "bagaimana kasusmu?"

"Wierd. Complex. Kacau balau." Jawab Hendrick dan berdiri menuju pantry--mengambil dua soda kemasan dan membawanya kembali ke ruang tamu. Ia membutuhkan sebuah alkohol sebenarnya, namun isi kulkas Jaxon hanya berisi soda.

Hendrick menceritakan percakapannya dengan Molly beberapa jam yang lalu. "Kepergian Maggie ada hubungannya dengan Jocelyn--kakak tertua Molly, atau... yang kutangkap kakak tertua Maggie juga!"

"Jadi... Maksudmu, mereka bersaudara? Maggie anak ke-delapan keluarga itu, Sofia ke- sembilan?" Tanya Jaxon tak percaya dengan apa yang didengarnya, "tapi Maggie tidak pucat atau memiliki kekuatan apapun!!"

"Kau lupa... Hanya anak perempuan ke-satu, ke-tiga, ke-lima, ke-tujuh dan ke-sembilan yang berbeda, sedangkan yang lain hidup normal--walau sebenarnya mereka memiliki hubungan darah dengan pemimpin para arwah--Ayahnya!"

"Man...!!!" Desah Jaxon bertambah frustasi. "Jadi Ayah mertuaku seorang arwah?? Bagaimana kalau aku menikahi Maggie dan anak kami juga arwah?"

Keduanya terdiam setelah itu, saling menatap dan akhirnya tertawa terpingkal-pingkal. Hendrick yang paling pertama tertawa terbahak saat mendengar Jaxon berandai kelak anaknya adalah arwah.
"Setidaknya proses melahirkannya tak sulit!" Ledek Hendrick tertawa kencang l.

"Tak pernah kusangka... hidupku akan menjadi aneh seperti ini!" Ucap Jaxon disela tawa kencangnya, "jadi... menurutmu... Oh, menurut Molly, Maggie dan Sofia berada di tempat Jocelyn? Arkansas katamu?"

"Yep... Molly akan mengantar kita ke sana esok hari, pagi-pagi sekali. Tapi ia tak akan bisa mendekat dalam radius seratus kilometer dari lokasi itu, kita harus men-dropnya terlebih dahulu, hotel atau apapun," jelas Hendrick.

"Apa yang akan kita lakukan dengan penyihir tua itu? I have no magic or a wand!!" Balas Jaxon sarkas. Mungkinkah sebuah tongkat sihir seperti serial Harry Potter benar-benar ada? Ia berfikir harus memilikinya jika benar terbukti keberadaannya.

"Stop saying that!! Kalau kau tak mau di gerayangi para arwah!! Mereka bisa membaca pikiranmu dan menghantuimu!!" Hendrick mengingatkan kawannya--dirinya sendiri takut akan kekuatan sang klien. "Molly bilang--Joyce tak akan bisa mendeteksi kita. Akupun tak mengerti maksudnya apa... Ia bilang kita harus berangkat besok pagi menuju Arkansas--kau dan aku memasuki rumahnya diam-diam dan mengambil Maggie dan Sofia!"

"Semudah itu? Lalu dimana Joyce? Bagaimana kalau ada perlawanan? Mantra atau kutukan?"Jaxon bertanya dengan heran. Dahinya berkerut lebih dalam, sungguh tidak masuk akal rencana yang didengarnya.

"Dan... Kau tahu!! Molly sudah menduga kau akan bereaksi seperti ini! Akupun seram dengannya!! Entahlah... Ia berkata tentang mantra kepadaku, sebaiknya kita ikuti rencananya!! Karena ini juga rencana sahabat arwahnya." Hendrick menjawab dengan wajah yang sama bingungnya.

***

Lingkar hitam di bawah kelopak mata Jaxon terlihat sungguh mengenaskan, bulu-bulu halus dibiarkan tumbuh di rahang dan dagunya, rambut berantakan yang terlihat kumal--dan bahkan belum genap empat puluh delapan jam semenjak kepergian misterius Maggie dari kediamannya, sungguh mengerikan efek-samping dari kata "cinta".

Jaxon, Hendrick telah pergi menuju tempat pertemuan dengan Molly, pagi sekali--bahkan saat matahari belum terbit di kota California. Kedua pria tegap itu mengenakan jeans dan T-Shirt santai dibalik Jaket kulit mereka masing-masing. Keduanya mengenakan jaket peluru dibalik pakaian mereka dan dua buah senjata laras pendek tersimpan aman di sabuk khusus keduanya.

Molly telah menunggu lima menit di sudut gang tak jauh dari rumahnya. Downtown San Jose sangat lengang di pagi yang sangat dini dengan rintik hujan. Entah mengapa belakangan ini--kota yang dijuluki sebagai Kota paling terik menjadi kelabu di pagi dan malam hari--hujan selalu mengguyur San Jose dua bulan terakhir.

Saat ketiganya bertemu dalam diam, dan Molly memerintahkan Hendrick selaku pemegang kemudi untuk memasuki jalan bebas hambatan menuju Arkansas. Larut dengan lamunannya masing-masing, tak ada satupun dari ketiga manusia dewasa itu yang berbicara di dalam mobil Ford antik milik Hendrick.

Perjalanan melelahkan selama hampir dua puluh empat jam melalui jalur darat, Hendrick dan Jaxon bergantian mengemudikan mobil sementara salah satu dari mereka beristirahat. Ketiganya memutuskan untuk tidak berhenti terlalu lama, mereka hanya berhenti dua kali di rest-area untuk makan siang dan makan malam. Waktu! Molly mengatakan waktulah musuh utama mereka. Entah kedua pria itu tak menghiraukan ucapan Molly.

Keesokan harinya tepat pukul enam dini hari, mereka--Hendrick dan Jaxon telah tiba di Kota Arkansas, setelah sebelumnya memutar sedikit ke Philadelphia untuk persembunyian Molly. Mobil Ford antik milik Hendrick berbelok dari West Linden Avenue menuju North 15th Str.--lokasi Maggie dan Sofia ditahan atau disekap. Lokasi yang terletak tak jauh dari sungai Arkansas.

Rumah ber-cat pink salem di depan keduanya, terlihat lengang di dini hari kota Arkansas. Hendrick berjalan pelan menuju pintu, dengan tangan kanan memegang pistol- sementara Jaxon berdiri tepat di belakangnya dengan posisi yang sama. Molly berkeras tidak ingin melibatkan polisi atau intel. Joyce telah mengawasi kedua organisasi itu. Jaxon dan Hendrick diminta datang berdua dengan pistol dan lukisan mantra di kedua lengan mereka masing-masing, Molly yang menggambarnya.

Hendrick membuka pintu yang ternyata tak terkunci, ia dan Jaxon melangkah ke dalam dengan senjata terangkat ke depan. Tak ada seorangpun di dalam. Mereka menyusuri ruangan tamu menuju dapur, kamar mandi di lantai satu. Tak ada seorangpun di lantai itu!

Download APP, continue reading

Chapters

99