Bab 5 Jalan-Jalan

by Marry Su 12:22,May 30,2020
Di sisi lain, Marvin Su menyadari bahwa Fenny Liu telah mematikan telepon dan menyadari bahwa apa yang dikatakannya terlalu menggoda, jadi dia agak gelisah.

Walaupun ia tidak terlalu mengerti merk pakaian dalam wanita, tetapi bahan dari celana dalam Fenny Liu sangat nyaman, juga sangat seksi, ia ingin menyimpannya.

Menyimpan celana dalam ini, dia tidak takut bahwa Fenny Liu akan datang ke dia untuk mencari masalah. Melalui hal-hal yang ambigu dari tadi malam hingga sekarang, dia mengetahui bahwa Fenny Liu cukup 'pura-pura bodoh' terhadap dirinya.

Tetapi, dia sangat takut jika masalah ini diketahui oleh Martin Su, bagaimanapun juga dia adalah kakak sepupunya!

Setelah bimbang sesaat, Marvin Su akhirnya dengan patuh mencuci celana dalam Fenny Liu di kamar mandi dan menjemurnya di balkon.

Dengan sisa waktu yang ada, digunakan Marvin Su untuk bermain game, dia sekarang sudah kuliah, tidak perlu mengulang pelajaran ataupun menulis PR! Fenny Liu juga keteraluan, masih saja menganggap dia anak kecil!

Dipikir-pikir, hal ini justru membuat Marvin Su kesal hingga cemberut, dia ingin menunjukan kepada Fenny Liu sisi kejantanannya.

"Fenny, kenapa kamu terlihat sangat marah!"

Di saat Fenny sedang sangat marah, sahabatnya, Anggi Yang dengan berlenggak-lenggok datang menghampirinya.

Mereka berdua sudah berjanji bertemu di depan pintu masuk mall, melihat cerahnya muka Anggi Yang, Fenny Liu langsung menyimpan amarahnya, dan berkata; "Tak apa, itu adik sepupunya Martin Su, setiap hari di rumah kerjaannya main hp terus, baru saja aku nasehati agar belajar dengan giat."

"Adik sepupu Martin Su?" Anggi Yang mengkedip-kedipkan matanya sambil mengingat-ingat, dan dengan hebohnya berkata: " Oh, adik ganteng itu, dia tinggal di rumah kamu sekarang?"

"Ya, sedang liburan, Martin Su membiarkan dia tinggal di sini selama dua hari." kata Fenny Liu.

"Setelah Anggi Yang mendengar, sekilas mukanya terlihat tidak biasa, berkata : "Marvin Su sudah bukan anak kecil loh!"

"Iya...... Sudah 19 tahun." ucap Fenny Liu.

" Sudah punya pacar belum?" Tanya Anggi Yang lagi,

Ia merasa nada bicara sahabatnya aneh, akhirnya sadar arah pembicaraan Anggi Yang, ia mengkerutkan dahinya dengan emosi, dan berkata dengan kesal, " Mana aku tahu!"

"Aku kan cuma mengingatkan kamu, mahasiswa sekarang banyak yang nakal" ucap Anggi Yang.

Anggi Yang tahu suami Fenny Liu sangat sibuk bekerja, dan Fenny Liu pernah berkeluh kesah kepadanya masalah aktivitas di ranjang mereka yang tidak harmonis.

Sifatnya berlawanan dengan Fenny Liu, Anggi Yang adalah wanita yang berani, antara sahabat membicarakan hal-hal memalukan seperti itu pun, dia tidak mempermasalahkannya, sambil berkata ia menepuk bokong Fenny Liu dengan keras, dan berkata: "Atau jangan-jangan, kamu suka yang seperti itu ya?"

"Hei!"

Banyak orang yang berlalu-lalang di depan pintu masuk mall, tidak terpikirkan oleh Fenny Liu jika Anggi Yang akan menepuk bokongnya di depan banyak orang, seketika mukanya memerah, dan berbisik: "Mau mati kamu, banyak orang....."

Setelah membuat masalah, Anggi Yang melihat muka Fenny Liu sudah memerah, dan agar menghindari Fenny Liu benaran marah, ia pun tidak berani berbuat masalah lagi.

"Ya sudah, jarang-jarang akhir pekan, ayo kita bersenang-senang", Anggi Yang langsung mengubah topik pembicaraan.

......

Malam pun tiba, Fenny Liu pulang dengan menenteng banyak tas belanjaan dengan berbagai ukuran, dia membeli dua gaun untuk dirinya sendiri, dan membelikan jas kasual untuk Martin Su.

Pastinya ia tidak menganggap Marvin Su sebagai orang luar, jika tidak, ia tidak akan membiarkan Marvin Su datang menginap setiap liburan musim panas, dari dalam tas, ia mengeluarkan sepatu sport, dan berkata: "Marvin Su, sini coba sepatunya."

Saat Marvin Su lihat, ternyata sepatu Nike, ia merasa tidak enak hati: "Kakak ipar, sepatu ini pasti sangat mahal?"

"Tidak mahal, sedang ada promo, diskon 22%." Sambil berucap, Fenny Liu mengeluarkan sepatu dari kotak, lalu melonggarkan tali sepatu dan menyerahkan kepadanya.

"Diskon 22%.... juga merk Nike!" gerutu Marvin Su.

"Sudah, pria dewasa menggerutu terus paling tidak disukai oleh orang-orang, cepat coba." ucap Fenny Liu.

Setelah mendengar, Marvin sudah tidak berani menggerutu yang lain, langsung mencoba sepatu sport tersebut, sangat pas di kaki, alas sangat ringan dan lembut, sangat nyaman saat dipakai untuk berjalan..

"Suka tidak?" tanya Fenny Liu

Marvin Su mengangguk-angguk dan berkata: " Suka."

"Yang penting suka, aku masak dulu, kamu bail-baik nonton TV dulu sana." Kata Fenny Liu dengan puas,

Marvin Su tidak suka mendengar kata "baik-baik", itu membuat dia merasa Fenny Liu menganggap dirinya anak kecil, jadi setelah ia menukar kembali sendal rumah, langsung berlari menuju dapur untuk membantu Fenny Liu.

"Kenapa tidak menonton TV?" tanya Fenny Liu.

Marvin Su menyeringai: "Aku bantu kamu, cuci sayur, potong sayur......"

"Jangan sampai makin bantu makin sibuk ya!" ucap Fenny Liu sambil tertawa.

Setelah mendengar, Marvin Su menggerutu, lalu mengeluarkan 2 buah kentang dari plastik, cuci bersih, kupas kulitnya dan mencoba untuk memotong.

"Sini aku saja, lihat gayamu yang bodoh." Ia lihat irisan kentang Marvin Su yang setebal ibu jari, ia tidak bisa menahan cekikikannya, lalu berdiri di depan Marvin Su dan mengambil pisaunya.

Lagi-lagi tangan mereka bersentuhan, Marvin Su sudah bergelora langsung menggenggam tangan kecil Fenny Liu.

"Kakak ipar." ucap Marvin Su

Fenny Liu tidak menyangka Marvin Su semakin berani, tetapi lawannya adalah seorang remaja yang agresif, sama sekali tidak tahu bagaimana untuk menasehatinya.

Jika mengajari Marvin Su dengan tegas tentang kebenaran, Fenny Liu takut Marvin Su tidak berani datang ke rumah lagi, nanti jika Martin Su bertanya, dia juga susah untuk menjelaskan.

Di saat Fenny Liu tidak berdaya, Marvin Su sudah memeluk dia, ia berkata dengan tergagap: " Kakak.. Kakak ipar...... aku...."

Fenny Liu ditatap oleh mata bergelora Marvin Su, untuk sesaat pikirannya pun kabur, muka nya yang sangat cantik sudah merah bagaikan akan menetaskan darah, degup jantungnya semakin cepat.

Dalam keadaan panik, tiba-tiba terbesit wajah sang suami di dalam pikirannya.

Download APP, continue reading

Chapters

112