Bab 6 Obat

by Marry Su 12:22,May 30,2020
"Marvin Su!" Di saat bimbang dan panik, Fenny Liu sudah tidak bisa mempertimbangkan lebih banyak lagi, ia berteriak dengan malu dan marah.

Teriakan ini benar-benar mengagetkan Marvin Su, Dari kemarin malam, Fenny Liu walaupun tidak setuju dengan kelakuan tidak senonohnya, tapi juga tidak secara jelas dan tegas menolaknya, hal ini yang membuat pikiran jahatnya semakin lama semakin besar.

Dan teriakan barusan tadi langsung menyadarkan Marvin Su.

Mukanya merah padam, rasa malu dan bergelora bercampur menjadi satu, seketika tidak tahu harus bagaimana menghadapi Fenny Liu.

Di saat suasana canggung, dari ruang tamu terdengar suara kunci pintu diputar, keduanya sedikit terkejut, ternyata Martin Su sudah pulang.

Hari ini, Martin Su pulang lebih awal, hal ini membuat Fenny Liu sedikit terkejut, tetapi pada saat yang sama dia bersyukur tetap menjaga standarnya, kalau tidak, bagaimana menjelaskannya jika suaminya melihat dia dan adik sepupunya berpelukan?

"Marvin Su, sedang membantu kakak ipar masak?" Martin Su tertawa sambil meletakkan tas kerjanya.

"Oh....errr, Aku ceroboh, jadinya semakin membantu semakin sibuk." muka Marvin Su merah padam, bergumam sebentar lalu dengan hati yang bersalah masuk ke kamarnya sendiri.

Martin Su juga tidak terlalu menanggapinya. Dia sepanjang hari terobsesi dengan pekerjaan. karakternya sangat membosankan, dan dia tidak terlalu suka berpikir banyak.

Setelah mengganti sandal rumah, Martin Su menyapa Fenny Liu dan langsung pergi mandi.

Di dapur, Fenny Liu menatap punggung suaminya sendiri, akhirnya menghela nafas yang panjang, dan bergumam dengan pelan, " Kenapa kamu begitu tidak mengerti perasaan wanita...."

Sembari menghela nafas, dia melirik ke kamar Marvin Su, ada rasa sedih yang sulit dijelaskan: " Tadi, apa suara teriakan aku terlalu keras kepada anak itu?"

Fenny Liu sedikit mengernyit, lalu menggelengkan kepalanya dengan pelan dan berkata dengan suara kecil, "Ayo masak dulu."

Dalam waktu singkat makanan yang beraneka ragam itu sudah rapi tertata di atas meja, dan Martin Su juga sudah selesai mandi. Ia sembari mengusap rambut pendeknya yang basah, sembari memandangi lauk pauk di atas meja, ia tidak tahan untuk memuji: "Makanan hari ini benar-benar mewah!"

"Iya, cepat panggil Marvin Su untuk makan." ujar Fenny Liu sambil menaruh sumpit.

Setelah mendengarnya, Martin Su langsung bergegas mengetuk pintu kamar Marvin Su, dan berkata: "Marvin Su, ayuk keluar makan, ada iga rebus kesukaanmu loh!"

Mendengar panggilan kakak sepupunya, Marvin Su segera keluar kamar, hanya saja karena tadi diteriaki oleh Fenny Liu, hatinya masih sedikit malu dan sedih, berjalan sampai depan meja makan, bahkan tidak berani menatap Fenny Liu lagi.

Martin Su tidak menyadari rasa adanya rasa canggung, ia masih tersenyum dan memberi Marvin Su tulang rusuk. "Sekarang ayo makan. Besok kamu akan kembali ke universitas. Makanan kantin tidak akan seenak masakan kakak iparmu."

"Iya, baik kak." Marvin Su mengangguk-angguk dan makan sambil menundukkan kepalanya.

Untuk Marvin Su dan Fenny Liu, makan malam kali ini sedikit tertekan, tampaknya ada celah di antara mereka berdua.

Keesokan paginya, Marvin Su sudah selesai mengepak pakaiannya dan berkata, "Kakak ipar, aku akan kembali ke sekolah."

Fenny Liu terkejut dan bertanya, "Bukankah kamu selalu kembali ke sekolah pada sore hari ... Apakah ada sesuatu?"

“Ah, aku, aku membuat janji dengan seseorang untuk bermain basket di akhir pekan, aku pergi dulu.” Marvin Su menggaruk kepalanya,setelah menemukan alasan, dia langsung bergegas pergi.

"Hei ..." Fenny Liu ingin mengatakan lebih banyak, tetapi Marvin Su sudah membuka pintu, dan dengan segera pintu itu ditutup kembali dengan pelan.

Martin Su kembali lebih awal tadi malam, dan pagi ini pergi lebih juga. Dia menerima telepon pada pukul lima pagi dan pergi langsung berangkat kerja. Dalam sekejap, hanya Fenny Liu yang tersisa di ruangan besar tersebut.

“Anak ini, pergi dengan takut-takut!” Tiba-tiba, Fenny Liu merasa sedikit kesal.

Dia tidak membenci Marvin Su, sebaliknya, dia benar-benar menyayangi dia sebagai adik. Kesalahan kemarin hanyalah reaksi naluriah.

Begitu Marvin Su pergi, yang tersisa hanya Fenny Liu sendiri di rumah kosong ini. Dia adalah seorang pegawai negeri, dan pekerjaannya tidak sesibuk Martin Su. Meskipun gajinya tidak dapat dibandingkan dengan Martin Su, tetapi tunjangannya sangat bagus. Ada hari libur setiap minggunya. Itu juga alasan mengapa Martin Su membiarkan Marvin Su datang menemaninya setiap minggu!

Dia takut Fenny Liu kesepian di rumah.

"Krinnngggggg......."

Ketika Fenny Liu sedang murung, tiba-tiba hpnya berdering, saat menatap layar hpnya, ternyata ibu Martin Su yang menelepon.

"Ibu, ada apa?" Tanya Fenny Liu.

"Fenny, ibu ke gunung memohon obat untuk kalian, hari ini Bibi Zhang sebelah rumah akan ke kota, saya titip beliau untuk memberikan obat tersebut kepada kamu." ucap ibu Martin Su.

"Obat?" Fenny Liu mengernyitkan dahi, ia sepertinya memiliki firasat yang kurang baik: "Obat apa?"

"Untuk melahirkan anak, kamu dan Martin sudah menikah begitu lama, ibu sudah ingin menimang cucu." omel Ibu Martin Su.

Ketika Fenny Liu mendengarnya, ada amarah di dalam hatinya. tetapi masih dengan sabar berkata:" Ibu, hal semacam ini biasanya menipu, mengapa kamu pergi ke gunung lagi ..."

"Dengarkan kata ibu, obat ini pasti mujarab, Erpina di desa kita memohon obat ini, dan tidak sampai setengah tahun perutnya sudah berisi." Ibu Martin Su memotong pembicaraannya.

Lawan bicaranya begitu keras kepala, Fenny Liu dengan tidak berdaya hanya menanggapi beberapa kata, setelah itu mematikan telponnya.

"Setiap hari meminta aku untuk makan obat, kenapa tidak tanya anak nya sendiri mampu atau tidak!" setelah mematikan telponnya, Fenny Liu pun menggerutu.

Sorenya, setelah menerima telpon dari Bibi Zhang, dia langsung bergegas ke stasiun untuk mengambil obat.

Bibi Zhang sangat ramah, dia tidak berhentinya berkata," Fenny, setelah kamu menghabiskan obat ini, pasti kamu bisa melahirkan anak yang montok."

Mendengarkan hal tersebut, muka Fenny Liu pun merah merona. Bibi Zhang tampak antusias, tetapi ada maksud lain dari tatapan matanya, tetapi menderita karena omelan ibu Martin Su, Fenny Liu tidak terlalu memperdulikannya. Setelah berterima kasih kepada Bibi Zhang, dia bergegas pulang kerumah.

"Martin Su sial, saat minta kamu untuk melakukan pemeriksaan di rumah sakit, selalu alasan sibuk... Sekarang bagus sudah! Semuanya mengira aku yang tidak dapat melahirkan anak." Sesampainya di rumah, dengan emosi dia melempar obat tersebut ke atas meja, dan masih dengan marahnya ia ke kamar untuk tidur siang.

Saat tertidur, ia bermimpi seperti ada yang datang.

Ia berusaha untuk membuka matanya, masih dengan setengah sadar ia berusaha untuk menatap keluar pintu.

Itu Marvin Su, ia tidak pergi!

"Kakak ipar." Marvin Su berjalan ke arah Fenny Liu, napasnya terengah-engah, matanya tampak membara.

"Marvin Su." tidur Fenny Liu agak lelap, ia berusaha untuk duduk, tetapi sekujur badannya tidak bertenaga.
Dia bertanya, "Kamu tidak kembali ke Universitas?"

"Tidak, aku tidak rela berpisah dengan kamu." setelah berucap, Marvin Su langsung melemparkan dirinya ke tubuh Fenny Liu.

"Ah!" Fenny Liu menjerit dan melawan: "Pergi... Marvin, jangan buat masalah lagi, cepat bangun..."

“Aku tidak membuat masalah,” Marvin Su memandang Fenny Liu dengan keras hati dan langsung menciumnya, “Kakak ... Tidak, Fenny, aku menyukaimu, aku benar benar menyukaimu. "

Ciuman Marvin Su ini membuat sekujur tubuh Fenny Liu tak bertenaga, ia juga tidak tahu mengapa respon tubuhnya sangat kuat.

Ia merasakan teknik ciuman Marvin Su yang masih amatir, tetapi di dalam lubuk hatinya terdapat rasa gembira yang tidak dapat dijelaskan.

Meskipun keterampilan berciuman anak muda itu masih amatir, tetapi sangat agresif dan kuat, terutama matanya yang menggelora, hal ini membuat hati Fenny Liu melompat tidak karuan, dan tiba-tiba muncul perasaan cinta yang bergairah.

Download APP, continue reading

Chapters

112