Bab 3 Ini Tidak Mungkin!

by Tessa 09:41,Dec 09,2019
Sekujur pakaian Zayden Zhou bila ditotal jumlahnya tidak mencapai empat ratus ribu. Ia jelas berbeda kelas dengan orang-orang berbaju mahal dan bermerek yang masuk Lakers Club.
Meski begitu, Zayden Zhou tetap berujar: “Pak Supir, dia punya niat buruk pada istri saya. Aku harap kamu bisa mengantarku masuk agar aku bisa mencegahnya!”
Supir itu melawan: “Kalau tidak punya kartu anggota ya tidak bisa masuk!
Zayden Zhou panik, namun ia paham betul satpam Lakers Club ada belasan orang. Mereka semua mantan anggota militer, jadi ia jelas akan kalah kalau bertarung dengan mereka.
Ia tiba-tiba teringat, sewaktu kuliah dulu, ia punya seorang teman bernama Tessa Wang. Wanita itu sepertinya bekerja di Lakers Club!
Zayden Zhou segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon Tessa Wang.
Setelah Zayden Zhou menjelaskan situasinya, Tessa Wang langsung berujar: “Ketua Kelas Zhou, serahkan urusan ini padaku, kamu tenang saja! Kamu tunggu di depan gerbang, aku akan segera ke sana menjemputmu, lalu kita bisa mencari istrimu bersama-sama!
Zayden Zhou mengucapkan beribu-ribu terima kasih padanya.
Nampaknya, meski sudah bertahun-tahun tidak berjumpa, Tessa Wang masih mengingatnya dan menganggapnya sebagai teman baik. Ia bertekad untuk membalas kebaikan wanita itu suatu hari nanti!
“Hei, Ketua Kelas Zhou!”
Beberapa menit kemudian tiba-tiba terdengar sapaan seorang wanita.
Zayden Zhou mencari asal suara itu, dan yang ia lihat adalah seorang wanita cantik berpakaian modis dengan dandanan tebal berjalan mendekat.
Tessa Wang? Perubahan wanita itu luar biasa! Ia nyaris tidak mengenalinya!
Melihat Tessa Wang, dua satpam berpakaian hitam di depan gerbang langsung menunduk dan menyapa hormat: “Pemimpin Wang.”
Zayden Zhou bertanya dengan raut terkejut: “Tessa Wang, beberapa tahun berlalu dan kamu sekarang sudah menjadi pemimpin di Lakers Club. Sungguh luar biasa!”
Tessa Wang sumringah: “Ah, pujian Ketua Kelas Zhou sungguh berlebihan. Jabatanku sebenarnya hanya sebatas ketua salah satu grup di departemen sumber daya manusia. Bisa dibilang aku hanya pemimpin kelas bawah saja di klub ini.”
Zayden Zhou memuji tulus: “Itu saja sudah cukup hebat loh, sebab seleksi untuk bekerja di Lakers Club kan sangat ketat! Kamu benar-benar membanggakan!”
Tessa Wang menanggapi dengan senyum, lalu melihat dua satpam di depan gerbang tadi. Ia bertanya dingin: “Masa mantan ketua kelasku saat kuliah dulu kalian tahan di gerbang dan tidak izinkan masuk?”
Kedua satpam itu bertatapan satu sama lain, lalu salah satu diantaranya buru-buru menyahut: “Maaf Pemimpin Wang, saya tidak tahu ia teman kuliah Anda, dan lagipula ia tidak punya kartu keanggotaan. Saya hanya menaati peraturan yang berlaku di sini.”
Tessa Wang mendeham dingin: “Aturan itu mati, sementara manusia itu hidup, masa ini saja kalian tidak paham?”
Zayden Zhou merasa Tessa Wang akan menghukum mereka berdua karena hal ini. Ia buru-buru menahannya: “Tessa Wang, sudahlah jangan susahkan mereka, lebih baik kamu segera membantuku masuk mencari istriku. Aku mohon!”
Tessa Wang menatap Zayden Zhou sambil tersenyum. Ia kemudian berkata dengan nada menyindir: “Ketua Kelas Zhou, kamu juga jangan terlalu percaya diri. Kamu pikir aku tega menyusahkan bawahanku hanya demi kamu?”
Zayden Zhou mengernyitkan alis: “Tessa Wang, apa maksudmu?”
“Apa maksudku?” Tessa Wang melanjutkan kalimatnya: “Maksudku masih tidak jelas memangnya? Kamu orang biasa-biasa ini mau masuk ke Lakers Club? Aku beritahu kamu, jangan terlalu berharap ketinggian!”
Zayden Zhou mengepalkan tangannya dan bertanya lagi: “Kalau begitu tadi di telepon apa maksudmu berkata bersedia membantuku?”
“Ya untuk mengisengimu lah!” Tessa Wang tersenyum sinis, “Saat kuliah dulu aku sudah tidak sreg denganmu. Yang aku tahu, kamu cuma bisa belajar, bahkan beli satu daging di kantin saja kamu tidak mampu, orang seperti itu masih mau jadi ketua kelas? Gila sih, orang sepertimu sungguh memalukan!”
Zayden Zhou merasa terganggu: “Tessa Wang, aku tidak pernah melakukan yang buruk-buruk padamu, mengapa kamu malah mengata-ngataiku seperti ini?”
Tessa Wang melipat kedua tangannya dan berkata sombong: “Ya pokokya aku tidak sreg denganmu, mau bagaimana lagi? Kamu masih mau penjelasan lebih lanjut lagi? Teman-teman kuliah tidak ada yang menyangka selepas lulus ada yang langsung mau menikah denganmu. Saat kuliah dulu saja kamu tidak mampu beli lauk, dan sekarang kamu bermuka tebal meminta bantuanku? Orang macam apa kamu!”
Zayden Zhou marah, namun perhatiannya teralihkan ketika teringat Hailee Xie yang dari tadi sudah masuk Lakers Club.
Tiba-tiba ponselnya menerima pesan dari nomor yang tidak dikenal: “Tuan Muda, Lakers Club juga salah satu anak usaha Zhou’s Corp.”
Zayden Zhou terperangah!
Lakers Club dimiliki Zhou’s Corp?
Ia segera membalas: “Kamu tidak sedang menipuku kan?”
“Kamu bisa cek daftar aset yang ada di dalam emailmu.”
Zayden Zhou segera membuka aplikasi emailnya. Ia memenmukan sebuah email berjudul “Daftar Aset Zhou’s Corp”.
Ia membukanya dan nyaris kaget setengah mati.
Di dalam file ini ada data sebanyak puluhan ribu baris.
Setiap baris adalah satu aset Zhou’s Corp. Di dalam file itu tidak hanya tertulis nama asetnya, namun juga alamat aset itu berada, nilai pasar, penanggung jawab, dan nomor telepon penanggung jawab itu.
Zayden Zhou membuka fitur pencarian dalam aplikasi pembaca file itu dan segera menulis “Lakers Club.”
Dalam sekejap data Lakers Club langsung terpampang di layar ponselnya.
“Lakers Club; Huaxia, Kota Donghai; Nilai Pasar: 5 triliun; Penanggung Jawab: Eddy Chen. Nomor telepon: XXXXXXXXXXX”

Download APP, continue reading

Chapters

1189