Bab 6 Revenge
by Annisa Haroen
11:23,Dec 19,2020
Lesie memilih tempat di Banditblues cafe yang buka 24 jam dan mempunyai ruangan indoor maupun outdoor, hanya supaya lebih nyaman, daripada harus mendatangi sebuah kantor MLT yang akan menggemparkan seluruh ibu kota jika sampai orang-orang terdekatnya mengetahui bahwa Lesie sedang menjalani love-trauma-recovery karena mengidap penyakit broken heart stadium akhir.
Lesie melihat Ben yang ternyata sudah ada di sana, terduduk di sofa berwarna hitam sedang menikmati satu pitcher lemon tea. Dengan cuaca yang dingin ini, dia memakai kaos turtleneck berwarna abu gelap dipadu dengan jacket hitam yang membuatnya serasi dengan coat Lesie yang juga berwarna hitam berbahan kasmir.
Lesie mengulurkan tangan yang langsung disambut oleh Ben. Ia mengira lelaki itu tidak ingat dengan kejadian dua hari lalu yang menurutnya lebih bagus, karena Lesie bisa malu setengah mati. Tentu saja dia tidak akan mengingatnya karena hari itu Ben bertemu dengan lebih dari seratus orang cewek.
Setelah Lesie memesan minuman kepada seorang waiters, dan berbasa basi soal cuaca juga suasana di kafe tersebut, Ben mulai angkat bicara.
“So, Lesie, apa masalah kamu?” tanya Ben dengan senyumnya yang tersungging, membuat Lesie lupa dengan masalahnya untuk sementara.
“Uhm, aku baru aja putus. Lebih tepatnya diputusin.” Lesie melihat Ben yang mengangkat alis. “Cowok aku tiba-tiba mutusin gitu padahal hubungan kita baik-baik aja. Ga pernah ada masalah apa pun.”
“Udah coba tanya alasannya?”
“Yup, dia bilang dia ga bisa nerusin hubungan kami karena kami terlalu jauh untuk nerusin semuanya.”
“Jauh, maksudnya?”
“Kita LDR. Dia lagi terusin S2-nya di New Zealand.”
“Oh, i see. Good decision. Maksudnya, itu keputusan yang wajar.”
Lesie tersentak dengan pernyataan Ben. “Maaf?”
“Well, hubungan jarak jauh memang bukan hubungan yang sehat. Karena selain komunikasi, sejatinya hubungan itu membutuhkan kontak fisik.”
“Jadi maksud lo, meski hubungan kita udah tiga tahun, hanya karena jarak ribuan mil, kita bisa seenaknya mutusin hubungan?”
“Hubungan itu kan cari nyaman. Kalau satu belah pihak sudah merasa ga nyaman, apa boleh buat? Yang harus kamu lakukan sekarang adalah face the reality and move on.”
Lesie tertawa sambil menggelengkan kepala. Mana bisa segampang itu? face the reality and move on? Ngomong doang sih gampang.
“Apa teori MLT kamu itu ngasih pelajaran pembekuan hati?”
“Maksudnya?”
“Kamu pikir cinta itu baju yang kalo udah bosen bisa dibuang gitu aja? Itu sama aja kamu ga ngehargain atas apa yang udah kamu bina sama pasangan kamu.”
Ben tersenyum santai. “Aku cuman mau kasih kamu solusi untuk ngehadapin realita, bukannya hanya mengeluhkan keputusan pasangan kamu. Kalo kamu mau balik lagi sama dia, ya, ngomong sama dia. Bukan ngomong sama saya.”
“Oke, jadi apa solusi kamu biar aku bisa hadepin realita?”
“Dimulai dari buang semua barang-barang dari mantanmu, perluas pergaulan, dan mulai cari gebetan baru.”
“Apa itu semua bisa bikin aku lupain mantan?”
“Nope.”
“Hahahah! Aku udah duga kalo kamu ga punya solusi yang bagus untuk mecahin masalah aku. Aku bakalan bayar kamu kalo kamu bisa bantu lupain mantan aku.”
“Sorry, kalo itu aku ga bisa bantu. Ada lagi masalah lain?”
Lesie melipat tangannya. “Nggak," jawabnya ketus.
“Oke, kamu bisa coba untuk praktekin solusi yang saya kasih kalo kamu mau. Gratis. Kalo emang ga ada masalah lain, saya pamit dulu.”
Lelaki itu pun berdiri dan melangkah keluar. Tidak puas dengan jawabannya, Lesie pun ikut berdiri dan mengejarnya.
“Aku udah ngira kalau kalian emang ga sehebat apa yang temenku bilang. Untungnya aku gak terlalu bego sampe harus ngeluarin duit kalo ternyata solusi buat ngelupain mantan aja kalian ga punya.”
Ben yang sudah mencapai parkiran mobil, berbalik ke arah Lesie.
“Ok, kalo kamu mau solusi untuk lupain mantan, sebenernya aku punya.”
“Lemme know. Kalo berhasil, aku berani bayar mahal,” kata Lesie sambil melipat tangan di dadanya.
Ben tersenyum, lalu menarik tangan Lesie ke arah trotoar di depan kafe tersebut. Tanpa melawan, Lesie pun mengikutinya.
“Kamu lihat pohon itu?” tanya Ben sambil menunjuk salah satu pohon besar di seberang jalan. Lesie mengangguk sambil mengernyitkan kening. “Kamu bisa benturin kepala kamu ke sana sebanyak tiga kali sampai dokter menyatakan kamu amnesia, yang tentunya bakalan bikin kamu lupa sama mantan kamu itu. Semoga berhasil.” Ben meremas tangan Lesie yang masih digenggamnya sebelum pergi meninggalkan wanita itu yang mematung menahan emosi.
***
Setelah mengadakan sesi counseling bersama salah seorang wanita yang kebingungan untuk mengajak kekasihnya melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan, Ben menghibur diri dengan makanan favoritnya, sushi, yang dia pesan pada Benji, salah seorang temannya yang juga coach di kantor MLT.
Wanita yang baru saja ditemuinya merasa gengsi bila harus duluan meminta kekasihnya menikah dengannya. Sementara beribu kode yang wanita itu berikan tidak membuat pasangannya peka. Ini adalah masalah ke sekian ratus kali yang Ben temui. Wanita dan kodenya yang rumit. Ben pernah membaca sebuah kalimat entah di mana yang mengatakan girls are fucking jenga crossword puzzle rubix cubes strapped on to terrorist who are screaming at you in another language.
Begitupun dengan wanita yang ditemuinya semalam, yang terobsesi untuk melupakan mantannya. Caranya memang ada. Membuatnya amnesia atau gila. Ben tidak akan heran bila wanita tersebut memiliki fisik yang biasa saja. Tetapi yang ditemuinya semalam adalah wanita cantik yang patah hati dan sebenarnya terlalu mudah untuk lari dari kepahitan cintanya.
Di tengah-tengah menikmati sushi, Ben mandapatkan email dengan subject ‘URGENT’.
From: Lesie
Malam ini di tempat biasa.
***
Lesie membanting ponsel ke tempat tidur. Kemarahannya meluap ketika tadi pagi melihat foto Tarlan yang sedang menggandeng pacar barunya di salah satu media sosial yang Lesie lihat dari akun palsunya supaya bisa stalking Instagram mantannya itu. Lesie yang sedari kemarin merasa kesedihan, sekarang perasaannya berganti menjadi kecemburuan dan kemarahan yang tak terhingga. Kecurigaannya selama ini benar, ternyata Tarlan memutuskan hubungannya demi wanita lain.
Makanya gue bilang juga jangan dulu buka sosmed. Mending begitu lo buka laptop, lu fokusnya sama Sketch aja. Kerja itu kan bisa bantu lo lupain semua masalah.
Lesie memandang chat Nonky di WhatsApp sambil memberengut. Temannya itu tidak tahu kalau otaknya sedang tidak berfungsi. Jangankan untuk kerja, berusaha untuk meningkatkan nafsu makannya saja susah. Lesie kembali memandang fotonya dengan Tarlan sewaktu ia wisuda yang masih tersimpan di dinding. Ia mengambil spidol berwarna merah dan mulai mencoret wajah Tarlan dengan memberikan tanduk di kepalanya dan taring di kedua sisi bibirnya.
“AKU GA AKAN PERNAH BUANG FOTO KAMU SEBELUM KAMU NYESEL APA YANG UDAH KAMU LAKUIN SAMA AKU.” Lesie melempar spidolnya tepat di wajah Tarlan. Dia tidak akan menurunkan foto itu supaya selalu ingat bahwa Tarlan wajib mendapatkan hal serupa.
Hatinya tidak akan tenang sebelum memberi pelajaran pada mantannya itu. Harga dirinya merasa terinjak-injak. Seumur hidup, Lesie tidak pernah diabaikan ataupun dinomor duakan. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan membuat Tarlan memohon padanya untuk kembali. Setelah itu, Lesie akan mencampakannya sehingga Tarlan akan merasakan apa yang Lesie rasakan saat ini. Lesie akan mencari cara untuk menemukan jalan keluarnya meskipun harus bertemu dengan si Love counselor menyebalkan itu lagi.
Lesie melihat Ben yang ternyata sudah ada di sana, terduduk di sofa berwarna hitam sedang menikmati satu pitcher lemon tea. Dengan cuaca yang dingin ini, dia memakai kaos turtleneck berwarna abu gelap dipadu dengan jacket hitam yang membuatnya serasi dengan coat Lesie yang juga berwarna hitam berbahan kasmir.
Lesie mengulurkan tangan yang langsung disambut oleh Ben. Ia mengira lelaki itu tidak ingat dengan kejadian dua hari lalu yang menurutnya lebih bagus, karena Lesie bisa malu setengah mati. Tentu saja dia tidak akan mengingatnya karena hari itu Ben bertemu dengan lebih dari seratus orang cewek.
Setelah Lesie memesan minuman kepada seorang waiters, dan berbasa basi soal cuaca juga suasana di kafe tersebut, Ben mulai angkat bicara.
“So, Lesie, apa masalah kamu?” tanya Ben dengan senyumnya yang tersungging, membuat Lesie lupa dengan masalahnya untuk sementara.
“Uhm, aku baru aja putus. Lebih tepatnya diputusin.” Lesie melihat Ben yang mengangkat alis. “Cowok aku tiba-tiba mutusin gitu padahal hubungan kita baik-baik aja. Ga pernah ada masalah apa pun.”
“Udah coba tanya alasannya?”
“Yup, dia bilang dia ga bisa nerusin hubungan kami karena kami terlalu jauh untuk nerusin semuanya.”
“Jauh, maksudnya?”
“Kita LDR. Dia lagi terusin S2-nya di New Zealand.”
“Oh, i see. Good decision. Maksudnya, itu keputusan yang wajar.”
Lesie tersentak dengan pernyataan Ben. “Maaf?”
“Well, hubungan jarak jauh memang bukan hubungan yang sehat. Karena selain komunikasi, sejatinya hubungan itu membutuhkan kontak fisik.”
“Jadi maksud lo, meski hubungan kita udah tiga tahun, hanya karena jarak ribuan mil, kita bisa seenaknya mutusin hubungan?”
“Hubungan itu kan cari nyaman. Kalau satu belah pihak sudah merasa ga nyaman, apa boleh buat? Yang harus kamu lakukan sekarang adalah face the reality and move on.”
Lesie tertawa sambil menggelengkan kepala. Mana bisa segampang itu? face the reality and move on? Ngomong doang sih gampang.
“Apa teori MLT kamu itu ngasih pelajaran pembekuan hati?”
“Maksudnya?”
“Kamu pikir cinta itu baju yang kalo udah bosen bisa dibuang gitu aja? Itu sama aja kamu ga ngehargain atas apa yang udah kamu bina sama pasangan kamu.”
Ben tersenyum santai. “Aku cuman mau kasih kamu solusi untuk ngehadapin realita, bukannya hanya mengeluhkan keputusan pasangan kamu. Kalo kamu mau balik lagi sama dia, ya, ngomong sama dia. Bukan ngomong sama saya.”
“Oke, jadi apa solusi kamu biar aku bisa hadepin realita?”
“Dimulai dari buang semua barang-barang dari mantanmu, perluas pergaulan, dan mulai cari gebetan baru.”
“Apa itu semua bisa bikin aku lupain mantan?”
“Nope.”
“Hahahah! Aku udah duga kalo kamu ga punya solusi yang bagus untuk mecahin masalah aku. Aku bakalan bayar kamu kalo kamu bisa bantu lupain mantan aku.”
“Sorry, kalo itu aku ga bisa bantu. Ada lagi masalah lain?”
Lesie melipat tangannya. “Nggak," jawabnya ketus.
“Oke, kamu bisa coba untuk praktekin solusi yang saya kasih kalo kamu mau. Gratis. Kalo emang ga ada masalah lain, saya pamit dulu.”
Lelaki itu pun berdiri dan melangkah keluar. Tidak puas dengan jawabannya, Lesie pun ikut berdiri dan mengejarnya.
“Aku udah ngira kalau kalian emang ga sehebat apa yang temenku bilang. Untungnya aku gak terlalu bego sampe harus ngeluarin duit kalo ternyata solusi buat ngelupain mantan aja kalian ga punya.”
Ben yang sudah mencapai parkiran mobil, berbalik ke arah Lesie.
“Ok, kalo kamu mau solusi untuk lupain mantan, sebenernya aku punya.”
“Lemme know. Kalo berhasil, aku berani bayar mahal,” kata Lesie sambil melipat tangan di dadanya.
Ben tersenyum, lalu menarik tangan Lesie ke arah trotoar di depan kafe tersebut. Tanpa melawan, Lesie pun mengikutinya.
“Kamu lihat pohon itu?” tanya Ben sambil menunjuk salah satu pohon besar di seberang jalan. Lesie mengangguk sambil mengernyitkan kening. “Kamu bisa benturin kepala kamu ke sana sebanyak tiga kali sampai dokter menyatakan kamu amnesia, yang tentunya bakalan bikin kamu lupa sama mantan kamu itu. Semoga berhasil.” Ben meremas tangan Lesie yang masih digenggamnya sebelum pergi meninggalkan wanita itu yang mematung menahan emosi.
***
Setelah mengadakan sesi counseling bersama salah seorang wanita yang kebingungan untuk mengajak kekasihnya melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan, Ben menghibur diri dengan makanan favoritnya, sushi, yang dia pesan pada Benji, salah seorang temannya yang juga coach di kantor MLT.
Wanita yang baru saja ditemuinya merasa gengsi bila harus duluan meminta kekasihnya menikah dengannya. Sementara beribu kode yang wanita itu berikan tidak membuat pasangannya peka. Ini adalah masalah ke sekian ratus kali yang Ben temui. Wanita dan kodenya yang rumit. Ben pernah membaca sebuah kalimat entah di mana yang mengatakan girls are fucking jenga crossword puzzle rubix cubes strapped on to terrorist who are screaming at you in another language.
Begitupun dengan wanita yang ditemuinya semalam, yang terobsesi untuk melupakan mantannya. Caranya memang ada. Membuatnya amnesia atau gila. Ben tidak akan heran bila wanita tersebut memiliki fisik yang biasa saja. Tetapi yang ditemuinya semalam adalah wanita cantik yang patah hati dan sebenarnya terlalu mudah untuk lari dari kepahitan cintanya.
Di tengah-tengah menikmati sushi, Ben mandapatkan email dengan subject ‘URGENT’.
From: Lesie
Malam ini di tempat biasa.
***
Lesie membanting ponsel ke tempat tidur. Kemarahannya meluap ketika tadi pagi melihat foto Tarlan yang sedang menggandeng pacar barunya di salah satu media sosial yang Lesie lihat dari akun palsunya supaya bisa stalking Instagram mantannya itu. Lesie yang sedari kemarin merasa kesedihan, sekarang perasaannya berganti menjadi kecemburuan dan kemarahan yang tak terhingga. Kecurigaannya selama ini benar, ternyata Tarlan memutuskan hubungannya demi wanita lain.
Makanya gue bilang juga jangan dulu buka sosmed. Mending begitu lo buka laptop, lu fokusnya sama Sketch aja. Kerja itu kan bisa bantu lo lupain semua masalah.
Lesie memandang chat Nonky di WhatsApp sambil memberengut. Temannya itu tidak tahu kalau otaknya sedang tidak berfungsi. Jangankan untuk kerja, berusaha untuk meningkatkan nafsu makannya saja susah. Lesie kembali memandang fotonya dengan Tarlan sewaktu ia wisuda yang masih tersimpan di dinding. Ia mengambil spidol berwarna merah dan mulai mencoret wajah Tarlan dengan memberikan tanduk di kepalanya dan taring di kedua sisi bibirnya.
“AKU GA AKAN PERNAH BUANG FOTO KAMU SEBELUM KAMU NYESEL APA YANG UDAH KAMU LAKUIN SAMA AKU.” Lesie melempar spidolnya tepat di wajah Tarlan. Dia tidak akan menurunkan foto itu supaya selalu ingat bahwa Tarlan wajib mendapatkan hal serupa.
Hatinya tidak akan tenang sebelum memberi pelajaran pada mantannya itu. Harga dirinya merasa terinjak-injak. Seumur hidup, Lesie tidak pernah diabaikan ataupun dinomor duakan. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan membuat Tarlan memohon padanya untuk kembali. Setelah itu, Lesie akan mencampakannya sehingga Tarlan akan merasakan apa yang Lesie rasakan saat ini. Lesie akan mencari cara untuk menemukan jalan keluarnya meskipun harus bertemu dengan si Love counselor menyebalkan itu lagi.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved