Bab 7 Hampir Gila
by Marcella Wang
13:24,Jan 04,2021
Aku menatap istriku pada malam ini, di bawah pengaruh alkohol, aku mempertahankan kegairahan seperti ini, membuat istriku tampak gelisah dan menantikan.
Istri yang dewasa dan bahkan lebih seksi daripada model tampak di hadapanku, sekarang tiba-tiba aku merasa sedikit khawatir pada Kunto si bocah ini, jangan sampai Kunto benar-benar melukai istriku ketika memperkosa istriku.
Jika benar-benar membuat istriku takut, maka tidak asyik lagi.
Namun dipikir-pikir, sekarang istriku mungkin ingin sekali diperkosa oleh adik sepupu yang muda dari suaminya, seharusnya dia akan sangat bekerja sama.
Dalam hatiku penuh dengan rasa masam, galau, dan penantian yang kuat, perasaan yang sangat susah dideskripsikan, tetapi rasa yang menggairahkan itu sungguh belum pernah sekuat ini.
Setelah istri berpakaian, dia merapikan rok super pendek yang hanya bisa menutupi bokongnya, sepatu hak tinggi yang seksi berjalan dua langkah, menimbulkan suara yang seksi.
Kakinya yang ramping dibaluti oleh stocking warna hitam yang ketat, lebih memiliki rangsangan penglihatan yang kuat.
Rok pendek sepantat yang erat membaluti bokong istri yang montok dan seksi, ketika ia berjalan kemari dengan sepatu hak tinggi, bokong montoknya tak henti berubah bentuk, menjadi ombak akan nafsu seksual.
Kaos ketat menempel erat pada badannya, pinggang yang ramping semakin menonjolkan dua buah dada istriku yang besar.
Reaksiku semakin kuat, membuat sepasang mata istriku yang indah melirik celanaku, lalu dia tidak tahan untuk tertawa, “Istri pun akan dimainkan oleh adik sepupu sendiri, kamu masih begitu bergairah, aku benar-benar semakin tidak tahu apa yang kamu pikirkan, dasar suami mesum.
Kalau begitu sekarang, sekarang bagaimana? Tidak mungkin langsung menyuruh Dek Kunto melakukan itu bukan, memalukan sekali.”
Istri sudah bergairah seperti itu, tetapi hingga akhir masih mempertahankan rasa malunya.
Tepat ketika itu, aku mendengar suara di luar kamar, suara langkah kaki yang pelan beserta suara percakapan Kunto dan Atika, mereka sepertinya keluar lagi dari kamar.
Aku bertatapan dengan istri, saat ini istri semakin tersipu-sipu, dia mengapit kaki indahnya yang terbalut dengan stocking, “Nona Atika juga sudah keluar, memalukan sekali, tidak bisa, aku malu untuk keluar dengan pakaian yang jalang seperti ini, aku akan ditertawakan.”
Awalnya aku merangkul pinggul istriku yang seksi dan berencana pergi keluar denganya, tetapi aku melihat istriku menciut di saat genting, mungkin perasaan yang malu namun menantikan membuat istri tidak hentinya ragu-ragu.
“Sekarang setelah makan malam pun masih belum jam delapan, waktu masih pagi, yang kalian minum adalah anggur merah, kandungan alkoholnya tidak tinggi, Nona Atika pasti tidak akan tidur.
Kamu lihat penampilannya tampak polos dan malu-malu, sebenarnya Kunto sudah mengatakan, dia sundal sekali di sekolah, sudah pernah bermain dengan teman pria yang tidak sedikit.
Oleh karena itu dia sudah terbiasa dengan masalah seperti ini, juga jauh lebih berpengalaman dari kamu, kamu sebagai kakak iparnya, untuk apa kamu masih merasa malu.” Aku membujuk istriku, berharap dapat membuat istriku tidak begitu malu dengan cara seperti ini, terbuka sepenuhnya barulah asyik dan menggairahkan.
Saat ini aku sudah mulai membayangkan pertempuran besar di antara kami berempat.
Di tengah mempermainkan bunga sekolah yang muda cantik dan polos, di saat bersamaan aku melihat istriku yang matang dan seksi sedang berteriak-teriak karena dipermainkan oleh Kunto yang muda dan kuat.
Hanya dipikirkan saja aku sudah sangat bergairah.
Istri mulai malu-malu lagi, namun karena kekuatan nafsu seksual yang cukup kuat, istri tetap tidak menolak dengan tegas, melainkan berkata dengan hati-hati, “Suami, kalau tidak, kalau tidak kamu keluar dulu untuk melihat keadaan mereka, jika tidak ada masalah, aku akan keluar.
Lihat apakah mereka, apakah mereka juga berpakaian dengan begitu santai.”
Aku berpikir sejenak, lalu menyetujuinya, “Baiklah kalau begitu, aku pergi lihat dulu, nanti kamu langsung keluar saja, tidak perlu aku yang mengundang kamu bukan?”
Istri menatapku dengan pandangan mencela, lalu aku meninggalkan kamar dengan senyum.
Aku berjalan keluar dan menutup pintu, ketika sampai di koridor, aku melihat adik sepupuku yang kokoh, Kunto, sedang duduk di sofa ruang tamu bersama pacarnya, Atika, mereka sedang berbisik dengan berdekatan.
Ketika aku keluar, Atika yang polos dan cantik langsung duduk tegak, dia menundukkan kepalanya dengan malu.
Atika mengenakan sandal yang menampakkan kakinya yang mungil dan seksi, dia masih mengenakan pakaian yang dia kenakan pada hari ini.
Baju kaos ketat dan celana jeans, sederhana namun penuh dengan kemudaan. Orang yang memiliki postur badan baik, mengenakan apapun juga begitu seksi, keseksian yang polos, apalagi masih begitu cantik, dan memakai kacamata yang tampak segar.
Terpikir bahwa ini adalah bunga kampus, dalam hatiku semakin terasa gerah.
Melihat aku keluar, Atika bangkit berdiri dengan panik, wajahnya masih membawa rona merah karena pengaruh alkohol, tampak semakin polos dan memikat.
“Kakak, kamu masih belum beristirahat? Kamu, kamu mengobrol saja dengan Kunto, aku kembali ke kamar dulu.” Atika masih begitu malu-malu, ketika melihat aku pun dia menjadi panik dan tidak tahu harus bagaimana. Dia langsung berdiri, badannya yang tinggi seksi berjalan cepat ke arah koridor.
Aku kaget, aku mengira dia keluar adalah karena sudah menyetujui masalah yang hendak dilakukan oleh aku dan Kunto pada malam ini.
Aku memalingkan tatapanku dari bokong montokAtika yang terbalut dalam celana jeans yang ketat kepada Kunto, ekspresi Kunto adalah ekspresi terkejut girang, membuat aku tidak paham.
Ketika aku duduk di tempat yang diduduki Atika tadi, masih bisa dirasakan sedikit kehangatan di sofa, ini adalah jejak yang ditinggalkan oleh wanita muda cantik yang berbokong montok.
Kunto berkata dengan sangat bersemangat padaku, “Kakak, tadi aku sudah membicarakannya dengan Nona Atika, malam ini dia setuju untuk tidur denganku.
Nanti malam ketika sudah waktunya tidur, kamu menyamar menjadi aku dan pergi ke kamarnya, dia mengatakan tidak akan mengunci pintu, kamu jangan membuka lampu setelah masuk, tiduri dia dalam kegelapan saja. Masalah berikutnya serahkan saja padaku.
Maka malam ini, apakah aku bisa pergi ke kamarmu, untuk, untuk mempermainkan kakak ipar?”
Kunto sudah sangat bergairah, tepat ketika itu, istriku yang matang dan seksi muncul di koridor, tetap dengan sepatu hak tinggi, stocking seksi dan rok pendek sepantat.
“Sudah malam, aku pergi tidur dulu.” Merasakan tatapan Kunto yang membara seperti api, istri berpura-pura tenang dan berkata padaku, lalu dia berbalik badan pergi dengan wajah merah.
Mata Kunto masih melekat pada bokong istriku yang montok.
“Bagaimana? Apakah pakaian kakak iparmu malam ini cukup sundal?”
“Sundal sekali, sangat seksi.”
“Sudah terlihat bukan? Kakak iparmu sudah menyetujui kamu meniduri dia. Aku bantu kamu perkuat rangsangan kakak iparmu dulu, nanti kamu langsung masuk ke kamar saja.”
Aku berdiri dan berjalan menuju kamar dengan tidak sabar.
Ketika aku sampai di kamar, aku sengaja tidak menutup pintu dengan rapat, meninggalkan celah sebesar telapak tangan. Saat ini istriku yang berbadan seksi dan montok sedang duduk di tepi kasur dengan gelisah.
Setelah aku masuk ke kamar, aku langsung memeluk istriku berdiri, ketika istri berseru kaget, aku sudah memeluk erat pinggulnya yang seksi, lalu aku berciuman sengit dengannya.
Aku sudah cukup bergairah, tetapi istri tampak lebih tidak senonoh dari aku. Ketika aku menyentuh bibir istri yang merah dan indah, istri langsung memeluk pundak dan leherku.
Ketika membalas ciuman dan remasanku yang sengit, tangan istri yang mungil lincah bergerak ke bawah, dengan mahir menggenggam bagian kemaluanku yang hampir meledak.
Tepat ketika itu, aku melihat ada sebuah sosok yang tinggi kekar muncul di depan pintu, itu adalah adik sepupuku, Kunto.
Saat ini istriku sedang tenggelam ke dalam kegairahan yang menggila, sedangkan Kunto hanya menatap punggung dan bokong istriku yang matang serta seksi.
Di bawah tatapanku yang mendukung, Kunto juga tidak tahan lagi, dia langsung berjalan masuk.
Istriku tidak tahu apa-apa, Kunto langsung memeluk istriku dari belakang. Aku melihat Kunto menanggalkan celana pendeknya dengan gesit dan menatap lurus pada bokong istriku yang montok.
Ketika Kunto memeluk istriku, istriku menyadari sesuatu, dia berseru kaget.
Aku merasakan ketegangan istriku, saat ini hatiku juga hampir meloncat keluar saking bergairahnya, “Istri, Dek Kunto ingin sekali meniduri kamu si kakak iparnya.
Kamu tinggikan bokongmu padanya, apakah kamu merasakan bendanya? Benda yang muda, tampak ganas sekali, apakah kamu tidak ingin mencoba memeganginya?”
Istriku bergairah sekali, wajahnya penuh dengan sensasi seksual, dia malu dan tidak berani melihat Kunto di belakangnya, tetapi diam-diam tangannya menjulur ke belakang, memegangi benda Kunto dengan sangat gugup.
Saat ini istri terlihat bergairah dan menggila yang belum pernah terjadi pada sebelumnya.
Dia dipeluk dan dicium olehku, serta dibelakangnya masih bersentuhan intim dengan badan Kunto yang muda dan penuh dengan hormon kejantanan.
Kedua tangan Kunto dengan tidak sabar menaiki buah dada istriku dan meremasnya dengan kuat, ketika tangan mungil istriku memegangi bendanya, Kunto mengeluarkan gumaman kepuasan.
“Kakak ipar, buka kakimu, tinggikan sedikit bokongmu, aku merindukanmu sampai hampir gila.” Kunto tidak hentinya mencium leher istriku, dia mengeluarkan suara yang bergetar dan bergairah terhadap istriku, kakak iparnya.
Istriku tidak berbicara, tetapi dia diam-diam menerima semua ini.
Ketika dia memelukku dengan satu tangan, matanya yang membawa nafsu seksual bertatapan denganku, dia membuka kakinya sedikit dengan taat.
Istri membuka kakinya yang indah dan menungging, dia menerima semua yang terjadi ini, dia meninggikan bokong montoknya yang terbalut dalam rok super pendek yang seksi kepada adik sepupu.
Istri yang dewasa dan bahkan lebih seksi daripada model tampak di hadapanku, sekarang tiba-tiba aku merasa sedikit khawatir pada Kunto si bocah ini, jangan sampai Kunto benar-benar melukai istriku ketika memperkosa istriku.
Jika benar-benar membuat istriku takut, maka tidak asyik lagi.
Namun dipikir-pikir, sekarang istriku mungkin ingin sekali diperkosa oleh adik sepupu yang muda dari suaminya, seharusnya dia akan sangat bekerja sama.
Dalam hatiku penuh dengan rasa masam, galau, dan penantian yang kuat, perasaan yang sangat susah dideskripsikan, tetapi rasa yang menggairahkan itu sungguh belum pernah sekuat ini.
Setelah istri berpakaian, dia merapikan rok super pendek yang hanya bisa menutupi bokongnya, sepatu hak tinggi yang seksi berjalan dua langkah, menimbulkan suara yang seksi.
Kakinya yang ramping dibaluti oleh stocking warna hitam yang ketat, lebih memiliki rangsangan penglihatan yang kuat.
Rok pendek sepantat yang erat membaluti bokong istri yang montok dan seksi, ketika ia berjalan kemari dengan sepatu hak tinggi, bokong montoknya tak henti berubah bentuk, menjadi ombak akan nafsu seksual.
Kaos ketat menempel erat pada badannya, pinggang yang ramping semakin menonjolkan dua buah dada istriku yang besar.
Reaksiku semakin kuat, membuat sepasang mata istriku yang indah melirik celanaku, lalu dia tidak tahan untuk tertawa, “Istri pun akan dimainkan oleh adik sepupu sendiri, kamu masih begitu bergairah, aku benar-benar semakin tidak tahu apa yang kamu pikirkan, dasar suami mesum.
Kalau begitu sekarang, sekarang bagaimana? Tidak mungkin langsung menyuruh Dek Kunto melakukan itu bukan, memalukan sekali.”
Istri sudah bergairah seperti itu, tetapi hingga akhir masih mempertahankan rasa malunya.
Tepat ketika itu, aku mendengar suara di luar kamar, suara langkah kaki yang pelan beserta suara percakapan Kunto dan Atika, mereka sepertinya keluar lagi dari kamar.
Aku bertatapan dengan istri, saat ini istri semakin tersipu-sipu, dia mengapit kaki indahnya yang terbalut dengan stocking, “Nona Atika juga sudah keluar, memalukan sekali, tidak bisa, aku malu untuk keluar dengan pakaian yang jalang seperti ini, aku akan ditertawakan.”
Awalnya aku merangkul pinggul istriku yang seksi dan berencana pergi keluar denganya, tetapi aku melihat istriku menciut di saat genting, mungkin perasaan yang malu namun menantikan membuat istri tidak hentinya ragu-ragu.
“Sekarang setelah makan malam pun masih belum jam delapan, waktu masih pagi, yang kalian minum adalah anggur merah, kandungan alkoholnya tidak tinggi, Nona Atika pasti tidak akan tidur.
Kamu lihat penampilannya tampak polos dan malu-malu, sebenarnya Kunto sudah mengatakan, dia sundal sekali di sekolah, sudah pernah bermain dengan teman pria yang tidak sedikit.
Oleh karena itu dia sudah terbiasa dengan masalah seperti ini, juga jauh lebih berpengalaman dari kamu, kamu sebagai kakak iparnya, untuk apa kamu masih merasa malu.” Aku membujuk istriku, berharap dapat membuat istriku tidak begitu malu dengan cara seperti ini, terbuka sepenuhnya barulah asyik dan menggairahkan.
Saat ini aku sudah mulai membayangkan pertempuran besar di antara kami berempat.
Di tengah mempermainkan bunga sekolah yang muda cantik dan polos, di saat bersamaan aku melihat istriku yang matang dan seksi sedang berteriak-teriak karena dipermainkan oleh Kunto yang muda dan kuat.
Hanya dipikirkan saja aku sudah sangat bergairah.
Istri mulai malu-malu lagi, namun karena kekuatan nafsu seksual yang cukup kuat, istri tetap tidak menolak dengan tegas, melainkan berkata dengan hati-hati, “Suami, kalau tidak, kalau tidak kamu keluar dulu untuk melihat keadaan mereka, jika tidak ada masalah, aku akan keluar.
Lihat apakah mereka, apakah mereka juga berpakaian dengan begitu santai.”
Aku berpikir sejenak, lalu menyetujuinya, “Baiklah kalau begitu, aku pergi lihat dulu, nanti kamu langsung keluar saja, tidak perlu aku yang mengundang kamu bukan?”
Istri menatapku dengan pandangan mencela, lalu aku meninggalkan kamar dengan senyum.
Aku berjalan keluar dan menutup pintu, ketika sampai di koridor, aku melihat adik sepupuku yang kokoh, Kunto, sedang duduk di sofa ruang tamu bersama pacarnya, Atika, mereka sedang berbisik dengan berdekatan.
Ketika aku keluar, Atika yang polos dan cantik langsung duduk tegak, dia menundukkan kepalanya dengan malu.
Atika mengenakan sandal yang menampakkan kakinya yang mungil dan seksi, dia masih mengenakan pakaian yang dia kenakan pada hari ini.
Baju kaos ketat dan celana jeans, sederhana namun penuh dengan kemudaan. Orang yang memiliki postur badan baik, mengenakan apapun juga begitu seksi, keseksian yang polos, apalagi masih begitu cantik, dan memakai kacamata yang tampak segar.
Terpikir bahwa ini adalah bunga kampus, dalam hatiku semakin terasa gerah.
Melihat aku keluar, Atika bangkit berdiri dengan panik, wajahnya masih membawa rona merah karena pengaruh alkohol, tampak semakin polos dan memikat.
“Kakak, kamu masih belum beristirahat? Kamu, kamu mengobrol saja dengan Kunto, aku kembali ke kamar dulu.” Atika masih begitu malu-malu, ketika melihat aku pun dia menjadi panik dan tidak tahu harus bagaimana. Dia langsung berdiri, badannya yang tinggi seksi berjalan cepat ke arah koridor.
Aku kaget, aku mengira dia keluar adalah karena sudah menyetujui masalah yang hendak dilakukan oleh aku dan Kunto pada malam ini.
Aku memalingkan tatapanku dari bokong montokAtika yang terbalut dalam celana jeans yang ketat kepada Kunto, ekspresi Kunto adalah ekspresi terkejut girang, membuat aku tidak paham.
Ketika aku duduk di tempat yang diduduki Atika tadi, masih bisa dirasakan sedikit kehangatan di sofa, ini adalah jejak yang ditinggalkan oleh wanita muda cantik yang berbokong montok.
Kunto berkata dengan sangat bersemangat padaku, “Kakak, tadi aku sudah membicarakannya dengan Nona Atika, malam ini dia setuju untuk tidur denganku.
Nanti malam ketika sudah waktunya tidur, kamu menyamar menjadi aku dan pergi ke kamarnya, dia mengatakan tidak akan mengunci pintu, kamu jangan membuka lampu setelah masuk, tiduri dia dalam kegelapan saja. Masalah berikutnya serahkan saja padaku.
Maka malam ini, apakah aku bisa pergi ke kamarmu, untuk, untuk mempermainkan kakak ipar?”
Kunto sudah sangat bergairah, tepat ketika itu, istriku yang matang dan seksi muncul di koridor, tetap dengan sepatu hak tinggi, stocking seksi dan rok pendek sepantat.
“Sudah malam, aku pergi tidur dulu.” Merasakan tatapan Kunto yang membara seperti api, istri berpura-pura tenang dan berkata padaku, lalu dia berbalik badan pergi dengan wajah merah.
Mata Kunto masih melekat pada bokong istriku yang montok.
“Bagaimana? Apakah pakaian kakak iparmu malam ini cukup sundal?”
“Sundal sekali, sangat seksi.”
“Sudah terlihat bukan? Kakak iparmu sudah menyetujui kamu meniduri dia. Aku bantu kamu perkuat rangsangan kakak iparmu dulu, nanti kamu langsung masuk ke kamar saja.”
Aku berdiri dan berjalan menuju kamar dengan tidak sabar.
Ketika aku sampai di kamar, aku sengaja tidak menutup pintu dengan rapat, meninggalkan celah sebesar telapak tangan. Saat ini istriku yang berbadan seksi dan montok sedang duduk di tepi kasur dengan gelisah.
Setelah aku masuk ke kamar, aku langsung memeluk istriku berdiri, ketika istri berseru kaget, aku sudah memeluk erat pinggulnya yang seksi, lalu aku berciuman sengit dengannya.
Aku sudah cukup bergairah, tetapi istri tampak lebih tidak senonoh dari aku. Ketika aku menyentuh bibir istri yang merah dan indah, istri langsung memeluk pundak dan leherku.
Ketika membalas ciuman dan remasanku yang sengit, tangan istri yang mungil lincah bergerak ke bawah, dengan mahir menggenggam bagian kemaluanku yang hampir meledak.
Tepat ketika itu, aku melihat ada sebuah sosok yang tinggi kekar muncul di depan pintu, itu adalah adik sepupuku, Kunto.
Saat ini istriku sedang tenggelam ke dalam kegairahan yang menggila, sedangkan Kunto hanya menatap punggung dan bokong istriku yang matang serta seksi.
Di bawah tatapanku yang mendukung, Kunto juga tidak tahan lagi, dia langsung berjalan masuk.
Istriku tidak tahu apa-apa, Kunto langsung memeluk istriku dari belakang. Aku melihat Kunto menanggalkan celana pendeknya dengan gesit dan menatap lurus pada bokong istriku yang montok.
Ketika Kunto memeluk istriku, istriku menyadari sesuatu, dia berseru kaget.
Aku merasakan ketegangan istriku, saat ini hatiku juga hampir meloncat keluar saking bergairahnya, “Istri, Dek Kunto ingin sekali meniduri kamu si kakak iparnya.
Kamu tinggikan bokongmu padanya, apakah kamu merasakan bendanya? Benda yang muda, tampak ganas sekali, apakah kamu tidak ingin mencoba memeganginya?”
Istriku bergairah sekali, wajahnya penuh dengan sensasi seksual, dia malu dan tidak berani melihat Kunto di belakangnya, tetapi diam-diam tangannya menjulur ke belakang, memegangi benda Kunto dengan sangat gugup.
Saat ini istri terlihat bergairah dan menggila yang belum pernah terjadi pada sebelumnya.
Dia dipeluk dan dicium olehku, serta dibelakangnya masih bersentuhan intim dengan badan Kunto yang muda dan penuh dengan hormon kejantanan.
Kedua tangan Kunto dengan tidak sabar menaiki buah dada istriku dan meremasnya dengan kuat, ketika tangan mungil istriku memegangi bendanya, Kunto mengeluarkan gumaman kepuasan.
“Kakak ipar, buka kakimu, tinggikan sedikit bokongmu, aku merindukanmu sampai hampir gila.” Kunto tidak hentinya mencium leher istriku, dia mengeluarkan suara yang bergetar dan bergairah terhadap istriku, kakak iparnya.
Istriku tidak berbicara, tetapi dia diam-diam menerima semua ini.
Ketika dia memelukku dengan satu tangan, matanya yang membawa nafsu seksual bertatapan denganku, dia membuka kakinya sedikit dengan taat.
Istri membuka kakinya yang indah dan menungging, dia menerima semua yang terjadi ini, dia meninggikan bokong montoknya yang terbalut dalam rok super pendek yang seksi kepada adik sepupu.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved