Bab 10 Mencicipi

by Marcella Wang 13:25,Jan 04,2021
Saat ini akhirnya istri menolehkan wajahnya dari kasur, ketika aku melihat ekspresi di wajahnya yang cantik dan rambutnya yang tergerai berantakan di bahu, aku tahu malam ini istriku sudah sangat bergairah sampai membuatku merasa asing.

Akhirnya istri mengangkat lututnya dan merebah di atas kasur, tetapi dia tidak melakukan posisi berlutut yang aku minta.

Istri merebah di sana, seperti ingin menutupi rasa malunya, membuatnya dapat mempertahankan sedikit harga diri dan kesopanan.

Namun nafsu seksual di dalam matanya yang linglung menggoda tidak dapat ditutupi, sungguh kuat sekali.

Aku duduk di samping istri, tanganku melesat ke dalam rok pendek sepantatnya, merasakan pantat istri yang tegang, sewaktu-waktu menarik celana dalam seksinya yang tenggelam di dalam belahan pantat.

Terkadang istri tidak dapat menahan desahannya, di tengah menggerakkan badannya, terkadang dia akan merespon dengan mengangkat pantat.

Pada biasanya istri begitu lembut dan soleh, begitu konservatif dan sopan, tetapi setelah nafsu seksualnya dibangkitkan, benar-benar tampak adalah wanita cantik yang sangat sundal.

Namun akal sehat dan rasa malu yang tersisa sedikit membuat istri berkata, suaranya lemah gemulai serta bercampur dengan perasaan galau dan menantikan, dia berkata padaku, “Suami, ini terlalu memalukan.

Bukankah sebelumnya sudah sepakat walau, walau aku setuju kamu bermain seperti ini, tetapi setidaknya juga harus berpisah? Empat orang bermain bersama, serta masih harus melihat kamu melakukan seks dengan wanita lain.

Aku benar-benar tidak dapat menerimanya.”

Suara istri membawa kesal manja dan keluhan, serta kegairahan yang sangat kuat.

Sebenarnya sejak awal ketika aku mengajukan untuk bertukaran, istri terus mengatakan ‘lupakan saja’, namun ketika tadi, istri tetap memegangi benda kemaluan Kunto dan diam-diam merespon permintaan Kunto.

Sesungguhnya aku tahu itu adalah reaksi istri secara naluri, di dalam hati istri yang sebenarnya, pasti juga memiliki sisi yang paling kotor dan gila.

Nafsu seksual yang begitu tertekan, entah wanita yang terbuka atau konservatif, di dalam lubuk hatinya pasti akan memiliki imajinasi, serta muncul reaksi yang sangat amat bergairah.

Saat ini istri pasti juga seperti itu, mulutnya mengatakan tidak, tetapi reaksi dan gerakan badan sudah menunjukkan pemikiran istri yang sebenarnya.

Gerakan tanganku berhenti, aku dapat merasakan badan istriku yang panas dan matang ini membawa sedikit kesedihan.

“Istri, kita berkencan dan menikah, sampai sekarang juga sudah tujuh atau delapan tahun bukan? Kamu jujur denganku, tadi ketika Kunto meraba kamu, menusuk kamu dan memukul pantatmu, bagaimana yang kamu rasakan?” Saat ini aku tiba-tiba bertanya dengan nada yang serius.

Ekspresi istri yang memikat menjadi termangu, lalu menjadi malu-malu. Istri perlahan-lahan duduk di kasur, duduk bersamaku, tetap dengan pakaiannya yang seksi.

Istri melirik pintu kamar yang tidak tertutup rapat, lalu berkata dengan sangat pelan padaku, “Suami, aku hanya, aku hanya sedikit malu dan tidak enak hati, terutama menghadapi Atika.

Karena pada pertama kali bertemu dengan gadis muda ini, aku akan melakukan, melakukan hal itu dengan pacarnya.

Dipikir-pikir aku sungguh seperti sudah gila. Tetapi suami, tadi ketika Kunto masuk dan menyentuhku, aku merasa diriku seperti tersengat listrik.

Jika bukan karena memeluk dan mencium kamu, badanku akan lemas dan lunglai ke bawah. Jika dikatakan bergairah, pasti adalah kegairahan yang tidak pernah dirasakan pada sebelumnya.

Karena, karena dicium dan diraba oleh dua pria secara bersamaan, dalam mimpi pun aku tidak pernah membayangkan hal seperti ini, apalagi yang satu adalah suamiku sendiri dan satunya lagi adalah adik sepupu suami.

Ketika Dek Kunto meremas dan memukul pantatku, suami, aku benar-benar bergairah sekali, tak tertahankan. Tadi ketika masih linglung, aku bahkan, aku bahkan ingin memohon bocah jahat itu untuk mempermainkan aku.

Mempermainkan aku dengan ganas, menjarah segenap aku, dan memperkosa aku. Intinya aku ingin pelampiasan, aku merasa diriku hampir meledak saking tertekan, aku ingin pelampiasan.”

Istri masih dalam keadaan bergairah, ketika berbicara sampai akhir, suaranya bergetar, ini adalah pertama kalinya istri yang begitu konservatif mengucapkan perkataan seperti ini.

Setelah istri selesai berbicara, dia menjulurkan tangan memegangi benda kemaluanku di bawah yang terbalut oleh celana pendek, benda kemaluan yang hampir meledak itu sedang melonjak di tangan istriku yang mungil.

Ketika tangan istri memegangi benda kemaluanku, aku langsung merasa nikmat dan hampir berseru, tenaga yang pas dan gerakan naik-turun yang lembut itu membuat aku merasa jiwaku tergenggam di dalam tangan istri.

Wanita berusia tiga puluhan seperti istri, sungguh adalah wanita yang paling diidami oleh pria yang tak terhitung jumlahnya. Berpengalaman banyak, mengetahui cara yang paling nyaman bagi pria, terlebih lagi tahu bagaimana membuat nafsu seksual pria menjadi lebih kuat.

Apalagi istri memiliki postur badan yang seksi, tampang yang cantik, serta rasa malu dan sopan yang sampai sekarang tetap membuatku merasa tidak cukup melihatnya, perasaan ini mungkin akan lebih membangkitkan nafsu seksual seorang pria.

“Kalau begitu bagaimana jika kamu menganggap malam ini sebagai sebuah mimpi yang indah dan gila? Setidaknya dilihat dari sekarang, yang kita rasakan tidaklah buruk, kamu pun sudah bergairah hingga seperti ini, aku belum pernah melihatnya pada sebelumnya.

Di masa awal kita bersama, kamu masih sangat malu dan tertutup, walau berteriak pun berusaha menahan untuk tidak bersuara. Setelah kita melakukan seks dengan terlalu sering dan menjadi tidak ada perasaan lagi, tingkat kegairahanmu juga sudah menurun dengan sangat banyak.

Istri, malam ini kamu adalah yang paling seksi yang pernah aku lihat. Nanti kita bermain dengan terbuka sepenuhnya, menikmati sensasi itu. Setelah hari sudah pagi, kita tetap adalah suami istri yang dalam dan tulus.

Istri, bolehkah menurutmu?” Aku menikmati sensasi yang dibawakan tangan istri, mendengar perkataanku, benda kemaluan yang hendak meledak di dalam tangan istri menjadi semakin tegang.

Aku mendengar gumaman ‘hhmm’ yang hampir tidak terdengar, istri menurunkan wajahnya yang merah menggoda dan tidak berani bertatapan denganku.

“Dasar sundal.” Aku mendekat ke telinga istri dan merasakan kehangatan di badannya, ini adalah pertama kalinya aku menyebut istri dengan perkataan seperti ini.

Aku langsung berdiri di depan istri yang duduk di tepi kasur, dilihat dari ketinggian ini, wajah istri yang cantik memikat tepat berhadapan dengan daerah kemaluanku.

Aku melepaskan celana pendek dan hanya menyisakan celana dalam, berjarak begitu dekat dengan wajah cantik istri yang sempurna.

“Istri, pada biasanya menyuruhmu melakukan oral seks pun susah sekali, bahkan tidak sampai sepuluh kali dalam beberapa tahun ini, setiap kalinya kamu sangat enggan.

Malam ini jika Dek Kunto meminta kamu si kakak ipar ini melakukan oral seks, apakah kamu akan melakukannya?” Tanyaku pada istri.

Istri terbengong menatap celana dalamku, tangannya sekali lagi tidak tahan untuk menjulur keluar, menyentuh pelan pada daerah kemaluanku bagai sedang mengelus benda kesayangan, seluruh perhatiannya tertuju pada celana dalamku yang mengacung tinggi.

Istri berkata pelan, “Aku, aku juga tidak tahu.”

“Dasar sundal, suami menyuruh kamu melakukan oral seks saja begitu susah, tetapi sekarang jika adik sepupu menyuruh kamu melakukan oral seks, kamu malah berkata seperti ini. Lepaskan celana dalamku.

Ingin mencicipi apa rasanya benda kemaluan pria yang muda dan energik, cicipilah benda suami kamu terlebih dahulu.” Ujarku dengan pelan di depan istri.

Download APP, continue reading

Chapters

120