Bab 8 Sisi Sundal
by Marcella Wang
13:24,Jan 04,2021
Saat ini badan istri terasa begitu panas, bahkan lebih panas daripada ketika minum anggur pada sebelumnya.
Dari Kunto menerobos masuk karena tidak tahan melihat adegan tadi hingga saat ini, sebenarnya bahkan belum sampai satu menit.
Setelah mengalami kepanikan dan kemaluan dalam sekejap, istri menghadapi pelukanku yang erat dan sentuhan seksual, serta Kunto yang muda dan energik juga menempelkan badannya yang kokoh pada punggung istri yang seksi.
Dalam waktu kurang dari satu menit, suara hidung istriku yang seksi sudah menjadi berantakan, matanya yang menggoda dan penuh akan nafsu seksual sudah terpejam, namun dia diam-diam menunggingkan bokongnya, memudahkan Kunto untuk meremas dengan ganas.
“Kakak ipar, aku benar-benar cinta gila padamu, belum pernah aku bertemu dengan wanita yang seksi dan memikat seperti dirimu, aku bersumpah.
Entah berapa kali aku membayangkan kamu, tak disangka aku memiliki kesempatan untuk memiliki Kakak ipar pada malam ini, aku merasa diriku sangat bergairah.
Kakak ipar, Kakak ipar, Kakak ipar.” Kunto meremas bokong istriku yang indah, dia tak hentinya membelai istriku di bawah rok pendeknya yang ketat. Dilihat dari tampangnya yang sangat tidak sabar, Kunto seperti ingin melahap istriku yang matang dan seksi memikat.
Diam-diam aku meraba keindahan istriku di bawah rok pendek ketat, lalu aku bergegas pergi. Dengan begitu, desahan yang dikeluarkan oleh istriku menjadi semakin jernih.
Ketika aku menyentuh istri, bibir seksi istri yang tertutup rapat tidak dapat menahan suaranya yang tidak berani dikeluarkan karena merasa malu, dia mengeluarkan suara ‘ah’ yang menggoda.
Aku tersenyum menatap istri, ketika jariku menyentuh pelan di tengah pahanya, aku menyadari istriku tidak pernah sebasah ini pada sebelumnya, pahanya pun hampir basah.
Keadaan yang bergairah seperti ini, tidak pernah dialami istri dengan begitu kuat dalam beberapa tahun terakhir. Aku tahu setelah penahanan yang lama dan membosankan, pada malam ini ketika menghadapi aku dan adik sepupuku secara bersamaan, istriku yang konservatif sudah hampir gila saking bergairahnya.
Terhadap gerakan dan perkataan Kunto yang gila, saat ini istriku yang seksi hanya memejamkan mata dan tidak merespon.
Ketika istri merasakan aku melepaskannya, dia diam-diam membuka mata, melihat aku sedang menatapnya, istri malu dan memejamkan kembali matanya yang linglung, bahkan suara desahan juga ditahan.
Saat ini istri pasti sangat malu, adik sepupu dari suami tidak hentinya memeluk dan meremas tubuhnya dari belakang, sedangkan sebagai kakak ipar, dia bahkan menjulurkan tangan memegangi badan Kunto. Gerakan mereka yang panas dan berani adalah rangsangan yang sangat kuat bagiku.
“Kakak ipar, ayo bersuara, apakah kamu ingin aku mempermainkan kamu?” Kunto bernapas dengan berat, dia tidak hentinya menusuk istriku sambil menanyakan perkataan yang cabul.
Istriku tetap tidak bersuara, tetapi tenaga Kunto yang sedang dalam kegairahan sedikit lebih kuat, istriku juga masih mengenakan sepatu hak tinggi yang seksi, seketika istriku mencondong ke depan, kedua tangannya menyangga di kasur.
Dengan demikian, seolah-olah istriku berdandan dengan sundal dan seksi, merebah dengan kaki yang tegak, serta bokong montoknya mengarah pada adik sepupuku di belakang. Gerakan ini sungguh merangsang dan menggoda, semakin menonjolkan bokong istriku yang montok menjadi sempurna.
Aku melirik Kunto, celana dalam dan celana bocah ini bahkan sudah menggantung di lutut, Kunto hanya mengenakan kaos berlengan pendek, badannya tampak kekar sekali, yang lebih menakutkan lagi adalah, saat ini wajah Kunto yang muda dan sopan sudah menjadi bengis, wajahnya yang merah menatap erat pada badan istriku yang matang dan seksi.
Aku melihat ketika Kunto menanyakan pertanyaan yang menghina itu, badan Kunto yang mengerikan tak tertahankan melonjak beberapa kali.
aku kagum pada badan Kunto yang muda, bahkan benda kemaluannya yang hitam bercampur ungu juga tampak begitu gagah dan ganas, sepertinya tampak lebih besar sedikit dari punyaku.
Kunto menelan ludah, dia berjalan ke belakang istriku, lalu memegangi bokong istriku yang terbalut erat di bawah rok super pendek, dia tidak hentinya bergesak, bahkan sewaktu-waktu menusuk dengan kuat.
Kunto memegangi benda kemaluannya, memukul pelan pada bokong istriku yang kenyal dan ketat, menimbulkan suara yang kecil, istriku seperti tidak tahan menerima rangsangan ini, dia membenamkan wajahnya yang merah menggoda ke kasur.
Istri tetap mempertahankan posisi menungging, dia masih mengenakan stocking dan sepatu hak tinggi, dandanan yang sundal sekali.
Istri tahu saat ini aku si suaminya ini masih berada di dalam kamar, serta dia pasti dapat merasakannya dengan jelas, adik sepupu suaminya sedang memukul pantatnya dengan benda kemaluannya di belakang.
Istri membenamkan wajahnya pada seprai dan mengeluarkan suara desahan yang tertahan dan tidak jelas. Ketika istri sedang bermesraan denganku, walau di saat yang paling sengit pun dia juga tidak pernah mengeluarkan suara yang menggoda seperti ini.
Dihina dan dipermainkan oleh adik sepupu suaminya di hadapan suaminya sendiri, berikutnya adalah dijarah dan dihantam dengan ganas. Rangsangan ini sulit dibayangkan oleh istriku.
Kunto memukuli pantat istriku dengan tangan besarnya, tenaganya tidak besar, tetapi dengan lapisan rok pendek ketat, suaranya terdengar begitu jernih. Setiap kali tangan adik sepupuku mendarat, aku bisa melihat seluruh badan istriku menegang, di saat bersamaan istriku berusaha untuk mengeratkan otot pantatnya.
Ketika Kunto sekali lagi menanyakan pertanyaan itu kepada istriku, akhirnya istriku tidak tahan lagi pada kali ini, desahan yang teredam membenarkan perkataan Kunto.
Kedua tangan Kunto menempel pada bokong istriku yang montok, seperti menyadari mainan yang asyik, dia tidak hentinya meremas dengan arah yang berbeda. Selain berusaha menungging pantat lebih tinggi untuk menerimanya, desahan istriku terdengar lebih cepat daripada tadi.
Di tengah Kunto mempermainkan paha dan bokong istriku, matanya hampir menyemburkan api. Ketika dia dengan enggan memalingkan tatapan kepada aku, Kunto memohon dengan mata yang penuh dengan kegilaan dan kegairahan, “Kakak, aku akan lanjutkan?
Kakak, jika kamu, jika kamu marah atau tidak bisa menerimanya, bagaimana kalau kamu menghindar keluar terlebih dahulu? Aku ingin Kakak ipar lebih terbuka lagi, aku benar-benar tergila-gila pada Kakak ipar sampai hampir gila.
Aku ingin Kakak ipar, ingin Kakak ipar lebih jalang lagi di hadapanku, aku takut jika Kakak ada di sini, Kakak ipar akan merasa malu lagi, pada biasanya Kakak ipar memang begitu konservatif dan malu-malu.
Kakak, kalau tidak, kamu pergi ke ruang tamu sebentar, sekarang masih pagi, nanti kamu langsung pergi ke kamar Nona Atika saja. Lakukan sesuai dengan yang sudah kita sepakati saja.
Aku ingin Kakak ipar terbuka padaku, aku ingin Kakak ipar menampilkan sisinya yang paling sundal padaku, aku merasa aku akan gila saking bergairahnya.
Kakak ipar, bolehkah kamu menyingkap rok pendekmu ke pinggang? Tunjukkanlah sendiri pada aku.”
Kelihatannya Kunto benar-benar sudah gila saking bergairahnya, setelah berbicara padaku dengan sedikit akal sehat yang tersisa, Kunto menoleh kembali pada bokong montok istriku yang sedang merebah di kasur.
Istriku mungkin juga sudah gila karena terangsang, dia membenamkan kepalanya pada seprai sehingga ekspresinya tidak terbaca, tetapi dia menjulurkan tangan dengan taat, perlahan-lahan menyingkap rok super pendeknya yang ketat.
Dari Kunto menerobos masuk karena tidak tahan melihat adegan tadi hingga saat ini, sebenarnya bahkan belum sampai satu menit.
Setelah mengalami kepanikan dan kemaluan dalam sekejap, istri menghadapi pelukanku yang erat dan sentuhan seksual, serta Kunto yang muda dan energik juga menempelkan badannya yang kokoh pada punggung istri yang seksi.
Dalam waktu kurang dari satu menit, suara hidung istriku yang seksi sudah menjadi berantakan, matanya yang menggoda dan penuh akan nafsu seksual sudah terpejam, namun dia diam-diam menunggingkan bokongnya, memudahkan Kunto untuk meremas dengan ganas.
“Kakak ipar, aku benar-benar cinta gila padamu, belum pernah aku bertemu dengan wanita yang seksi dan memikat seperti dirimu, aku bersumpah.
Entah berapa kali aku membayangkan kamu, tak disangka aku memiliki kesempatan untuk memiliki Kakak ipar pada malam ini, aku merasa diriku sangat bergairah.
Kakak ipar, Kakak ipar, Kakak ipar.” Kunto meremas bokong istriku yang indah, dia tak hentinya membelai istriku di bawah rok pendeknya yang ketat. Dilihat dari tampangnya yang sangat tidak sabar, Kunto seperti ingin melahap istriku yang matang dan seksi memikat.
Diam-diam aku meraba keindahan istriku di bawah rok pendek ketat, lalu aku bergegas pergi. Dengan begitu, desahan yang dikeluarkan oleh istriku menjadi semakin jernih.
Ketika aku menyentuh istri, bibir seksi istri yang tertutup rapat tidak dapat menahan suaranya yang tidak berani dikeluarkan karena merasa malu, dia mengeluarkan suara ‘ah’ yang menggoda.
Aku tersenyum menatap istri, ketika jariku menyentuh pelan di tengah pahanya, aku menyadari istriku tidak pernah sebasah ini pada sebelumnya, pahanya pun hampir basah.
Keadaan yang bergairah seperti ini, tidak pernah dialami istri dengan begitu kuat dalam beberapa tahun terakhir. Aku tahu setelah penahanan yang lama dan membosankan, pada malam ini ketika menghadapi aku dan adik sepupuku secara bersamaan, istriku yang konservatif sudah hampir gila saking bergairahnya.
Terhadap gerakan dan perkataan Kunto yang gila, saat ini istriku yang seksi hanya memejamkan mata dan tidak merespon.
Ketika istri merasakan aku melepaskannya, dia diam-diam membuka mata, melihat aku sedang menatapnya, istri malu dan memejamkan kembali matanya yang linglung, bahkan suara desahan juga ditahan.
Saat ini istri pasti sangat malu, adik sepupu dari suami tidak hentinya memeluk dan meremas tubuhnya dari belakang, sedangkan sebagai kakak ipar, dia bahkan menjulurkan tangan memegangi badan Kunto. Gerakan mereka yang panas dan berani adalah rangsangan yang sangat kuat bagiku.
“Kakak ipar, ayo bersuara, apakah kamu ingin aku mempermainkan kamu?” Kunto bernapas dengan berat, dia tidak hentinya menusuk istriku sambil menanyakan perkataan yang cabul.
Istriku tetap tidak bersuara, tetapi tenaga Kunto yang sedang dalam kegairahan sedikit lebih kuat, istriku juga masih mengenakan sepatu hak tinggi yang seksi, seketika istriku mencondong ke depan, kedua tangannya menyangga di kasur.
Dengan demikian, seolah-olah istriku berdandan dengan sundal dan seksi, merebah dengan kaki yang tegak, serta bokong montoknya mengarah pada adik sepupuku di belakang. Gerakan ini sungguh merangsang dan menggoda, semakin menonjolkan bokong istriku yang montok menjadi sempurna.
Aku melirik Kunto, celana dalam dan celana bocah ini bahkan sudah menggantung di lutut, Kunto hanya mengenakan kaos berlengan pendek, badannya tampak kekar sekali, yang lebih menakutkan lagi adalah, saat ini wajah Kunto yang muda dan sopan sudah menjadi bengis, wajahnya yang merah menatap erat pada badan istriku yang matang dan seksi.
Aku melihat ketika Kunto menanyakan pertanyaan yang menghina itu, badan Kunto yang mengerikan tak tertahankan melonjak beberapa kali.
aku kagum pada badan Kunto yang muda, bahkan benda kemaluannya yang hitam bercampur ungu juga tampak begitu gagah dan ganas, sepertinya tampak lebih besar sedikit dari punyaku.
Kunto menelan ludah, dia berjalan ke belakang istriku, lalu memegangi bokong istriku yang terbalut erat di bawah rok super pendek, dia tidak hentinya bergesak, bahkan sewaktu-waktu menusuk dengan kuat.
Kunto memegangi benda kemaluannya, memukul pelan pada bokong istriku yang kenyal dan ketat, menimbulkan suara yang kecil, istriku seperti tidak tahan menerima rangsangan ini, dia membenamkan wajahnya yang merah menggoda ke kasur.
Istri tetap mempertahankan posisi menungging, dia masih mengenakan stocking dan sepatu hak tinggi, dandanan yang sundal sekali.
Istri tahu saat ini aku si suaminya ini masih berada di dalam kamar, serta dia pasti dapat merasakannya dengan jelas, adik sepupu suaminya sedang memukul pantatnya dengan benda kemaluannya di belakang.
Istri membenamkan wajahnya pada seprai dan mengeluarkan suara desahan yang tertahan dan tidak jelas. Ketika istri sedang bermesraan denganku, walau di saat yang paling sengit pun dia juga tidak pernah mengeluarkan suara yang menggoda seperti ini.
Dihina dan dipermainkan oleh adik sepupu suaminya di hadapan suaminya sendiri, berikutnya adalah dijarah dan dihantam dengan ganas. Rangsangan ini sulit dibayangkan oleh istriku.
Kunto memukuli pantat istriku dengan tangan besarnya, tenaganya tidak besar, tetapi dengan lapisan rok pendek ketat, suaranya terdengar begitu jernih. Setiap kali tangan adik sepupuku mendarat, aku bisa melihat seluruh badan istriku menegang, di saat bersamaan istriku berusaha untuk mengeratkan otot pantatnya.
Ketika Kunto sekali lagi menanyakan pertanyaan itu kepada istriku, akhirnya istriku tidak tahan lagi pada kali ini, desahan yang teredam membenarkan perkataan Kunto.
Kedua tangan Kunto menempel pada bokong istriku yang montok, seperti menyadari mainan yang asyik, dia tidak hentinya meremas dengan arah yang berbeda. Selain berusaha menungging pantat lebih tinggi untuk menerimanya, desahan istriku terdengar lebih cepat daripada tadi.
Di tengah Kunto mempermainkan paha dan bokong istriku, matanya hampir menyemburkan api. Ketika dia dengan enggan memalingkan tatapan kepada aku, Kunto memohon dengan mata yang penuh dengan kegilaan dan kegairahan, “Kakak, aku akan lanjutkan?
Kakak, jika kamu, jika kamu marah atau tidak bisa menerimanya, bagaimana kalau kamu menghindar keluar terlebih dahulu? Aku ingin Kakak ipar lebih terbuka lagi, aku benar-benar tergila-gila pada Kakak ipar sampai hampir gila.
Aku ingin Kakak ipar, ingin Kakak ipar lebih jalang lagi di hadapanku, aku takut jika Kakak ada di sini, Kakak ipar akan merasa malu lagi, pada biasanya Kakak ipar memang begitu konservatif dan malu-malu.
Kakak, kalau tidak, kamu pergi ke ruang tamu sebentar, sekarang masih pagi, nanti kamu langsung pergi ke kamar Nona Atika saja. Lakukan sesuai dengan yang sudah kita sepakati saja.
Aku ingin Kakak ipar terbuka padaku, aku ingin Kakak ipar menampilkan sisinya yang paling sundal padaku, aku merasa aku akan gila saking bergairahnya.
Kakak ipar, bolehkah kamu menyingkap rok pendekmu ke pinggang? Tunjukkanlah sendiri pada aku.”
Kelihatannya Kunto benar-benar sudah gila saking bergairahnya, setelah berbicara padaku dengan sedikit akal sehat yang tersisa, Kunto menoleh kembali pada bokong montok istriku yang sedang merebah di kasur.
Istriku mungkin juga sudah gila karena terangsang, dia membenamkan kepalanya pada seprai sehingga ekspresinya tidak terbaca, tetapi dia menjulurkan tangan dengan taat, perlahan-lahan menyingkap rok super pendeknya yang ketat.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved