Bab 3 Berikan dukamu
by Jenang_gula
10:21,Jan 13,2021
..~Bolehkah aku menawarkan pundakku ini? Aku akan rela. Berjanjilah akan bahagia selamanya, berikan dukamu padamu, aku akan menerimanya (Eric)~..
Mayang menggeliat pelan, memperhatikan sekeliling dan mendapati Eric yang berbaring di sebelahnya sambil memainkan game di ponselnya.
Eric yang menyadari pergerakan Mayang menoleh ke arah Mayang dan tersenyum, menyodorkan minuman dan menggenggam ponselnya lagi untuk melanjutkan permainannya tadi yang sempat dia tunda.
“Aku ngiler nggak?”, entahlah, hanya itu yang ingin ditanyakan Mayang saat ini.
“Enggak, makan nih. Aku beli di seberang sono tadi barengan sama minuman”, perintah Eric tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya.
“Cuma satu?”, tanya Mayang.
“Aku makan pas kamu bobok, keburu laper”, jawab Eric. Dan Mayang langsung memakan nasi lodeh, ditambah ayam dan tempe juga, yang dibungkus daun pisang dan sudah dingin. Namun menurut Mayang itu sangat nikmat apalagi dia juga sudah merasa lapar setelah memukuli samsak secara membabi buta tadi.
“Eric, aku sebenernya butuh temen curhat, tapi takut entar kamu meledakin aku”, ungkap Mayang di sela makannya saat ini.
“Aku bisa jaga rahasia kok”, jawab Eric sambil menyimpan ponselnya dan duduk menghadap Mayang. “Kamu ada masalah?”, tanyanya lagi.
Mayang meletakkan bungkusan nasi yang masih sisa sedikit itu dan mengambil air mineral yang juga tergeletak di sana, meminumnya dan menutupinya lagi sebelum diletakkan kembali di posisi semula. “Semalam bapakku pulang judi mabok, trus dia memukuli ibu ku lagi”, jawab Mayang sambil menatap jauh ke depan sana.
“Lagi??”, Eric tidak percaya Mayang akan mengatakan masalah seperti ini kepadanya, apalagi mereka masih baru kenal. Bukannya tidak mau mendengar cerita ini, tetapi Eric sangat yakin kalau mungkin Mayang memang sudah tidak mampu menyembunyikannya lagi, dan dia memang butuh teman berbagi saat ini.
“Aku gak tau Eric harus cerita ke siapa, aku di sekolah gak punya teman, mau cerita kamu tapi aku takut nanti kamu anggap aku cari muka aja di depan kamu”
“..”, lidah Eric sangat kelu, dia ingin tak percaya atas apa yang dia dengar, namun Eric juga merasa sangat nyeri, kenapa kehidupan sangat tidak adil untuk Mayang, padahal Eric pun sering mengeluh karena ayahnya sering pindah tempat dan jarang berkumpul dengan keluarganya. Namun mendengar Mayang, Eric merasa sangat kecil dan tidak pantas mengeluhkan keadaannya yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan cerita Mayang ini.
“Bapakku suka judi Eric, suka mabuk dan main tangan. Aku sebenarnya sangat membencinya tapi mau gimana lagi dia bapakku”, lanjut Mayang.
“..”
“Aku gak pernah berani dekat sama teman-teman di sekolah karena aku tau siapa aku ini, kalau bukan karena aku pernah menang lomba lari gak bakalan aku masuk sekolah itu. Aku lihat kamu beberapa kali mau nyapa aku, jadi aku pikir kita bisa berteman kalau kamu mau?”, Mayang menoleh dan memperlihatkan senyum manisnya.
“Aku mau”, jawab Eric dan membalas dengan senyuman yang sama. “Semua orang punya kisah masing-masing May, aku juga gak seperti yang kamu lihat”, tambah Eric.
“Kamu ganteng, tajir, diajak ngobrol enak, emang ada gitu yang bebanin kamu?”, tanya Mayang sambil mengambil makanan yang sempat ditinggalkan tadi dan memakannya kembali.
“Ayahku sering pindah tugas, mungkin sudah delapan kali. Aku tidak punya teman dan....kamu tau kan May, cewek-cewek melihat ku seperti ingin menerkam ku saja”, jawab Eric sambil menertawai keadaannya sendiri. “Aku cuma heran saja, kenapa kamu dulu gak ikut ngelilingin aku? Aku kurang ganteng menurutku?”, tanya Eric, sungguh dia sangat penasaran dengan jawaban Mayang.
“Ganteng lah...tapi bukan tipeku”, jawab Mayang setelah menghabiskan makanannya dan melipat bungkus bekas makanan itu dan memasukkannya ke dalam kantong kresek yang berisi sampah bekas Eric dan bungkus snack kosong yang isinya sudah berpindah ke dalam perut Mayang dan Eric. “Aku keganggu aja, sok kecakepan banget padahal banyak siswa yang lebih cakep tapi gak bisu kayak kamu”, imbuhnya.
“Enak aja”, jawab Eric dengan memelototkan matanya dan dibalas cengiran Mayang sambil mengacungkan jari tengah dan telunjuknya bersamaan.
“Pulang yuk, nanti ibuku nyariin”, ajak Mayang dan berdiri memunguti sampah yang dia dan Eric hasilkan, berjalan lebih dulu untuk mencari tong sampah dan berlalu menuju parkiran.
Eric hanya mengekor saja di belakangnya, karena memang sudah cukup sore dan akan membuat khawatir semua orang jika mereka tidak cepat pulang.
~~
Waktu memang cepat berlalu, musim pun cepat berganti. Meskipun tidak ada yang spesial namun tumbuh dewasa itu pasti.
Eric dan Mayang semakin akrab saja, sering pulang dan pergi sekolah bersamaan, namun juga sering bertengkar hanya karena masalah sepele. Banyak siswi yang mencoba mendekati Eric dan itu sangat mengganggu Mayang. Bukan karena cemburu, namun karena waktu mereka saling curhat akan banyak berkurang. Apalagi para siswi kaya itu selalu menghalalkan segala cara agar bisa berduaan dengan Eric.
Seperti saat ini, entah karena apa, Eric yang sedang berganti baju selesai berlatih basket bisa terkunci di ruang ganti bersama Reta, siswi kelas 9D yang terkenal sangat agresif kalau melihat barang bagus.
“Ternyata susah ya bertemu kamu?”, tanya Reta sambil terus mendekati Eric.
“Apa kamu tidak malu?”, tanya Eric yang tak menghiraukan kehadiran Reta dan tetap menyelesaikan acara ganti bajunya setelah selesai mandi. Sebenarnya Eric ingin keluar saat ada Reta tadi, dan akan berganti baju di tempat lain. Namun ternyata pintu sudah dikunci, entah dari dalam atau dari luar.
“Aku bisa membantumu memakai itu”, kata Reta yang melihat Eric memakai kaos dalam setelah memakai kanc^t dibalik handuknya tadi.
“Aku bisa sendiri”, jawab Eric dan sedikit menghindar dari Reta.
“Ayolah, ini bisa lebih seru kalau kamu mau”, jawab Reta lagi dan membuka satu kancing bajunya yang atas.
“Apa kau gila? Pergilah semua akan sia-sia dan kau akan malu”, jawab Eric sambil mempercepat ganti bajunya.
“Kita bukan anak kecil lagi”, jawab Reta dan menambah dua kancing bajunya yang dilepaskan. “Aku dengar kamu dari Surabaya, pasti sangat panas”, tambah Reta dan menggapai tangan Eric namun segera ditepisnya.
“Tapi aku tidak tertarik”, Eric mendekati ke pintu dan mencoba membukannya berkali-kali namun tetap saja gagal.
“Kau tidak akan keluar sebelum aku yang keluar”, jawab Reta yang sudah selesai dengan semua kancing bajunya dan melepaskannya sembarang. “Aku yakin sebenarnya kamu juga mau, ini sangat kenyal dan menggoda”, goda Reta sambil meremas buah dada kanan nya sendiri dan menggigit bibir bawahnya.
Eric yang melihat Reta segera mendekatinya dan mengelus paha kiri Reta. Reta tersenyum puas karena dia akan mendapatkan apa yang diinginkan. Saat Eric menyuruhnya duduk di atas meja kecil di pojok ruangan Reta hanya bisa menurutinya.
Eric terus meraba paha itu sampai hampir ke pangkalnya, dia pun memajukan bibirnya hampir mencium bibir Reta, saat Eric sudah menemukan sesuatu yang menjadi perhatiannya dari tadi dan bibirnya pun hampir menyatu, Eric menyeringai. “Aku akan mencuci tanganku setelah ini, maaf kalau membuat mu kecewa”, Eric menggantungkan tangannya ke udara dan telah mendapatkan kunci yang dia tahu berada di saku Reta saat Reta menyibak tok mininya tadi.
Reta yang masih di puncak gairahnya belum bisa menyadari situasi saat melihat Eric membuka kunci pintu dan melempar kunci itu kembali ke Reta.
Mayang menggeliat pelan, memperhatikan sekeliling dan mendapati Eric yang berbaring di sebelahnya sambil memainkan game di ponselnya.
Eric yang menyadari pergerakan Mayang menoleh ke arah Mayang dan tersenyum, menyodorkan minuman dan menggenggam ponselnya lagi untuk melanjutkan permainannya tadi yang sempat dia tunda.
“Aku ngiler nggak?”, entahlah, hanya itu yang ingin ditanyakan Mayang saat ini.
“Enggak, makan nih. Aku beli di seberang sono tadi barengan sama minuman”, perintah Eric tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya.
“Cuma satu?”, tanya Mayang.
“Aku makan pas kamu bobok, keburu laper”, jawab Eric. Dan Mayang langsung memakan nasi lodeh, ditambah ayam dan tempe juga, yang dibungkus daun pisang dan sudah dingin. Namun menurut Mayang itu sangat nikmat apalagi dia juga sudah merasa lapar setelah memukuli samsak secara membabi buta tadi.
“Eric, aku sebenernya butuh temen curhat, tapi takut entar kamu meledakin aku”, ungkap Mayang di sela makannya saat ini.
“Aku bisa jaga rahasia kok”, jawab Eric sambil menyimpan ponselnya dan duduk menghadap Mayang. “Kamu ada masalah?”, tanyanya lagi.
Mayang meletakkan bungkusan nasi yang masih sisa sedikit itu dan mengambil air mineral yang juga tergeletak di sana, meminumnya dan menutupinya lagi sebelum diletakkan kembali di posisi semula. “Semalam bapakku pulang judi mabok, trus dia memukuli ibu ku lagi”, jawab Mayang sambil menatap jauh ke depan sana.
“Lagi??”, Eric tidak percaya Mayang akan mengatakan masalah seperti ini kepadanya, apalagi mereka masih baru kenal. Bukannya tidak mau mendengar cerita ini, tetapi Eric sangat yakin kalau mungkin Mayang memang sudah tidak mampu menyembunyikannya lagi, dan dia memang butuh teman berbagi saat ini.
“Aku gak tau Eric harus cerita ke siapa, aku di sekolah gak punya teman, mau cerita kamu tapi aku takut nanti kamu anggap aku cari muka aja di depan kamu”
“..”, lidah Eric sangat kelu, dia ingin tak percaya atas apa yang dia dengar, namun Eric juga merasa sangat nyeri, kenapa kehidupan sangat tidak adil untuk Mayang, padahal Eric pun sering mengeluh karena ayahnya sering pindah tempat dan jarang berkumpul dengan keluarganya. Namun mendengar Mayang, Eric merasa sangat kecil dan tidak pantas mengeluhkan keadaannya yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan cerita Mayang ini.
“Bapakku suka judi Eric, suka mabuk dan main tangan. Aku sebenarnya sangat membencinya tapi mau gimana lagi dia bapakku”, lanjut Mayang.
“..”
“Aku gak pernah berani dekat sama teman-teman di sekolah karena aku tau siapa aku ini, kalau bukan karena aku pernah menang lomba lari gak bakalan aku masuk sekolah itu. Aku lihat kamu beberapa kali mau nyapa aku, jadi aku pikir kita bisa berteman kalau kamu mau?”, Mayang menoleh dan memperlihatkan senyum manisnya.
“Aku mau”, jawab Eric dan membalas dengan senyuman yang sama. “Semua orang punya kisah masing-masing May, aku juga gak seperti yang kamu lihat”, tambah Eric.
“Kamu ganteng, tajir, diajak ngobrol enak, emang ada gitu yang bebanin kamu?”, tanya Mayang sambil mengambil makanan yang sempat ditinggalkan tadi dan memakannya kembali.
“Ayahku sering pindah tugas, mungkin sudah delapan kali. Aku tidak punya teman dan....kamu tau kan May, cewek-cewek melihat ku seperti ingin menerkam ku saja”, jawab Eric sambil menertawai keadaannya sendiri. “Aku cuma heran saja, kenapa kamu dulu gak ikut ngelilingin aku? Aku kurang ganteng menurutku?”, tanya Eric, sungguh dia sangat penasaran dengan jawaban Mayang.
“Ganteng lah...tapi bukan tipeku”, jawab Mayang setelah menghabiskan makanannya dan melipat bungkus bekas makanan itu dan memasukkannya ke dalam kantong kresek yang berisi sampah bekas Eric dan bungkus snack kosong yang isinya sudah berpindah ke dalam perut Mayang dan Eric. “Aku keganggu aja, sok kecakepan banget padahal banyak siswa yang lebih cakep tapi gak bisu kayak kamu”, imbuhnya.
“Enak aja”, jawab Eric dengan memelototkan matanya dan dibalas cengiran Mayang sambil mengacungkan jari tengah dan telunjuknya bersamaan.
“Pulang yuk, nanti ibuku nyariin”, ajak Mayang dan berdiri memunguti sampah yang dia dan Eric hasilkan, berjalan lebih dulu untuk mencari tong sampah dan berlalu menuju parkiran.
Eric hanya mengekor saja di belakangnya, karena memang sudah cukup sore dan akan membuat khawatir semua orang jika mereka tidak cepat pulang.
~~
Waktu memang cepat berlalu, musim pun cepat berganti. Meskipun tidak ada yang spesial namun tumbuh dewasa itu pasti.
Eric dan Mayang semakin akrab saja, sering pulang dan pergi sekolah bersamaan, namun juga sering bertengkar hanya karena masalah sepele. Banyak siswi yang mencoba mendekati Eric dan itu sangat mengganggu Mayang. Bukan karena cemburu, namun karena waktu mereka saling curhat akan banyak berkurang. Apalagi para siswi kaya itu selalu menghalalkan segala cara agar bisa berduaan dengan Eric.
Seperti saat ini, entah karena apa, Eric yang sedang berganti baju selesai berlatih basket bisa terkunci di ruang ganti bersama Reta, siswi kelas 9D yang terkenal sangat agresif kalau melihat barang bagus.
“Ternyata susah ya bertemu kamu?”, tanya Reta sambil terus mendekati Eric.
“Apa kamu tidak malu?”, tanya Eric yang tak menghiraukan kehadiran Reta dan tetap menyelesaikan acara ganti bajunya setelah selesai mandi. Sebenarnya Eric ingin keluar saat ada Reta tadi, dan akan berganti baju di tempat lain. Namun ternyata pintu sudah dikunci, entah dari dalam atau dari luar.
“Aku bisa membantumu memakai itu”, kata Reta yang melihat Eric memakai kaos dalam setelah memakai kanc^t dibalik handuknya tadi.
“Aku bisa sendiri”, jawab Eric dan sedikit menghindar dari Reta.
“Ayolah, ini bisa lebih seru kalau kamu mau”, jawab Reta lagi dan membuka satu kancing bajunya yang atas.
“Apa kau gila? Pergilah semua akan sia-sia dan kau akan malu”, jawab Eric sambil mempercepat ganti bajunya.
“Kita bukan anak kecil lagi”, jawab Reta dan menambah dua kancing bajunya yang dilepaskan. “Aku dengar kamu dari Surabaya, pasti sangat panas”, tambah Reta dan menggapai tangan Eric namun segera ditepisnya.
“Tapi aku tidak tertarik”, Eric mendekati ke pintu dan mencoba membukannya berkali-kali namun tetap saja gagal.
“Kau tidak akan keluar sebelum aku yang keluar”, jawab Reta yang sudah selesai dengan semua kancing bajunya dan melepaskannya sembarang. “Aku yakin sebenarnya kamu juga mau, ini sangat kenyal dan menggoda”, goda Reta sambil meremas buah dada kanan nya sendiri dan menggigit bibir bawahnya.
Eric yang melihat Reta segera mendekatinya dan mengelus paha kiri Reta. Reta tersenyum puas karena dia akan mendapatkan apa yang diinginkan. Saat Eric menyuruhnya duduk di atas meja kecil di pojok ruangan Reta hanya bisa menurutinya.
Eric terus meraba paha itu sampai hampir ke pangkalnya, dia pun memajukan bibirnya hampir mencium bibir Reta, saat Eric sudah menemukan sesuatu yang menjadi perhatiannya dari tadi dan bibirnya pun hampir menyatu, Eric menyeringai. “Aku akan mencuci tanganku setelah ini, maaf kalau membuat mu kecewa”, Eric menggantungkan tangannya ke udara dan telah mendapatkan kunci yang dia tahu berada di saku Reta saat Reta menyibak tok mininya tadi.
Reta yang masih di puncak gairahnya belum bisa menyadari situasi saat melihat Eric membuka kunci pintu dan melempar kunci itu kembali ke Reta.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved