Bab 2 Bu, Maaf (2)

by JavAlius 21:42,Feb 29,2020
Setelah berteriak, si botak langsung menunjuk ke arahku, mengatakan kepada 3 orang yang lain: “potong dua jari anak itu untukku!”

Setelah selesai memerintah, segera dua anak buahnya menangkapku dan membawaku ke sebelah meja, dan memegang tanganku di atas meja, lalu terakhir laki-laki bertato, mengeluarkan sebuah belati, bersiap memotong jariku.

Aku merasa pernah melihat adegan ini, langsung menangis dengan keras karena terkejut: “Jangan, jangan potong jariku, tolong aku!”

Suara memelas yang aku keluarkan, adalah reaksi yang tanpa aku sadari, saat menghadapi hal yang sangat menakutkan, reaksi yang aku teriakkan hanyalah ibu, dari kecil hingga dewasa, tidak peduli menghadapi masalah apapun, ibuku pasti akan membantuku untuk menyelesaikan masalah, aku sangat bergantung padanya, hanya dia satu-satunya keluargaku, dia adalah pilar kehidupanku.

Ibuku juga sangat terkejut, langsung berteriak ketakutak: “Jangan! Jangan sakiti anakku!”

Saat itu, aku bisa merasakan perasaan ibuku yang sangat ketakutan, dulu walaupun dia diganggu orang lain, tidak pernah setakut ini, tapi sekarang, saat aku dalam bahaya, ibuku malah ketakutan, dia takut aku terluka.

Laki-laki bertato mendengar suaraa teriakkan ibuku, langsung menghentikan tindakannya, melirik kea rah si botak.

Si botak masih saja dipenuhi dengan rasa marah, dia melihat ibuku dengan tatapan yang penuh kebencian, mengigit giginya sambil berkata: “Heh, sekarang sudah tau takut, kamu bukannya tadi sangat berani? Kenapa, tidak rela anakmu ada apa-apa?”

Bagi ibuku, aku adalah separuh hidupnya, dia tidak mengizinkan aku terluka sedikitpun, maka dari itu, disaat ini, semua pertahanan dia selama ini hancur, dia menerima tawarannya, dia memendam air mata, berkata kepada si botak: “Asalkan kamu tidak melukai anakku, semuanya bisa dibahas baik-baik, kalian bukannya menginginkan ganti rugi kesehatan sebanyak 6 miliar kan? Ok, aku terima tawaran kalian!”

6 miliar?

Harga yang dibuka oleh si botak, adalah 6 miliar untuk ganti rugi , ini adalah pemerasan, ibuku memang ada uang, tapi bukannya jutawan yang seperti itu, diusia seperti ini, 6 miliar adalah jumlah yang sangat besar, ibuku harus langsung mengeluarkan jumlah sebesar itu, juga sangat sulit. Wajar saja dari tadi dia tidak setuju, tapi sekarang demi aku, ibuku setuju, dia rela menerima.

Tapi, si botak masih belum puas, dia menahan tangannya yang terluka, mengatakan pada ibuku dengan penuh kebencian: “sekarang baru setuju? Sudah terlambat, kamu lihat, kamu mengigitku seperti apa, utang ini tidak bisa begitu saja lunas!”

Ibuku sekali mendengar, seketika raut wajahnya berubah, matanya yang merah melototi si botak, dengan suara yang sangat berat mengatakan: “Kamu masih mau apa?”

Si botak tiba-tiba menaikkan sudut bibirnya, menunjukkan senyum yang sangat sensualitas, mengatakan pada ibuku: “sebenarnya aku tidak tertarik pada wanita tomboy sepertimu, cuma, watakmu yang sangat kuat ini malah menggoyahkan aku, aku wanita yang liar. Begini saja, ganti rugi kesehatan 6 miliar sepupuku, kamu tetap ganti, Lukaku, kamu tidak usah ganti dengan uang, kamu temani aku satu malam saja, dengan begitu kita lunas, bagaimana?”

Mendengar kata-kata si botak, emosi ibuku langsung meledak, dia mengeluarkan kata-kata dengan emosi yang meledak: “Pergi!”

Si botak mendengar itu, tatapannya langsung dingin, langsung memberikan perintah: “Lakukan!”

Laki-laki bertato mendengarkan perintah, memegang erat belati dan mengarahkan kearah jariku. Aku sangat ketakutan, otakku sangat kosong, tidak berhenti berteriak: “Bu, tolong aku, tolong aku!”

Ibuku melihat keadaan itu, langsung berteriak: “berhenti!”

Si botak dengan tenang mengatakan: “Kenapa? Tawaranku masih berlaku, apa kamu mau pikirkan lagi?”

Ibuku terus memelototi si botak, dengan gila mengatakan padanya: “kamu berhenti berharap, aku kasih tau kamu, kalau kamu berani menyentuh anakku, aku akan mengambil nyawamu!”

Melihat ibuku begitu keras kepala, si botak tidak sungkan-sungkan lagi, langsung mengatakan: “Kurang ajar, potong jari anaknya untukku!”

Laki-laki bertato setelah mendengar itu, tidak ragu-ragu lagi, memegang belati yang ditangannya. Lalu, tepat pada saat itu, ibuku tiba-tiba seperti monster, seketika memiliki kekuatan yang sangat besar, dia tiba-tiba bisa melepaskan ikatan talinya, disaat bersamaan, dia tiba-tiba melompat, menabrak ke arah si botak.

Saat laki-laki bertato itu sedang lengah, langsung terjatuh seperti kotoran hewan, 3 yang lainnya tidak menyangka ibuku begitu gila, semuanya terbengong. Saat mereka baru tersadar mau menangkap ibuku, sudah tidak sempat lagi, karena ibuku sudah mengambil belati yang dijatuhkan oleh laki-laki bertato.

Adegan yang terjadi berikutnya, aku tidak akan pernah melupakan itu.
Ibuku benar-benar kehilangan akal sehatnya, dia seperti orang gila, mengambil belati, dan menusuk orang-orang, sembarangan menusuk. 4 pria yang gagah, menjerit kesakitan, satu per satu jatuh ke lantai. Darah segar, mengalir dilantai.

Prosesnya sangat cepat, tetapi terjadi sangat lama, aku berdiri di samping, seperti rohku sudah melayang entah kemana, benar-benar tertegun. Waktu berikutnya, aku tidak tahu bagaimana menjalani sendiri, aku seperti terjatuh kedalam jurang yang sangat dalam, akal sehatku juga sudah sangat berantakkan, aku hanya tahu, polisi tiba-tiba datang, menangkap ibuku!

Sebelum pergi, ibuku memegang tanganku, dengan sekuat tenaga mengatakan padaku: “ibu sudah tidak ada lagi, kedepannya harus bergantung pada diri sendiri, anakku, kamu harus kuat, harus berani!”

Meninggalkan sepenggal kata, ibuku pun pergi. Dan aku, masih sama seperti orang bodoh, masih terbengong di tempatku berada, melihat polisi menangkap ibu dengan kedua mataku sendiri.

Mereka membawa pergi ibuku, seperti membawa seluruh duniaku, aku tiba-tiba merasakan hatiku sangat sakit, sakit seperti hatiku sudah dirobek, rasa sakit ini seperti telah mengikis seluruh organ dalamku, seperti sarafku terangsang, membuatku seketika tersadar. Aku tidak memperdulikan yang lain, berlari dengan sangat cepat. Aku ingin berbicara dengan ibuku, tapi, saat aku berlari keluar rumah, mobil polisi sudah membawa pergi ibuku.

Mataku melihat mobil polisi membawa ibuku pergi, dalam hatiku tiba-tiba terasa sangat hampa, aku ingin mengejar, tetapi aku merasa seluruh tenagaku sudah habis dikuras, kedua kakiku sama sekali tidak mendengarkan perintah, dengan lemas berlutut di tanah.

Semuanya terjadi begitu cepat, terlalu mendadak, kehidupan berubah seperti sebongkah batu yang ratusan kilo, menahan di tubuhku semua, ibu yang selalu melindungiku dari angin dan hujan, dengan cara ini meninggalkanku. Aku sebagai anak, melihat dia dipukul begitu saja, melihatnya disiksa, melihatnya mengemban semua ini, dan aku tidak melakukan apapun, bahkan aku tidak sempat mengatakan satu kata pun dengannya!

Dengan cepat, aku yang sedang berlutut di tanah, mendonggakkan kepala, kedua mataku yang merasa kabur, melihat mobil polisi yang semakin jauh, hingga lenyap di depan mataku. Akhirnya, aku sudah tidak dapat menahan lagi, langsung berteriak dan menangis dengan sangat keras, tangisan yang berisi dengan penuh rasa kesakitan, tangisan yang hampir merobek tenggorakanku, melihat kea rah mobil polisi yang sudah lenyap, dengan lirih aku mengatakan: “Bu, maaf!”

Download APP, continue reading

Chapters

537