Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)

by JavAlius 21:43,Feb 29,2020
Beberapa hal ada takdirnya sendiri, aku dan Olive pada akhirnya tidak bisa menghindari takdir ini. Pertemuan sepertinya adalah keharusan !

Pada suatu siang di pertengahan bulan Oktober, tidak ada awan di langit, matahari seperti biasanya menyinari panas yang membara.

Setelah selesai kelas di siang hari, aku dan Andi sama seperti biasanya mengantri di kantin mengambil makanan. Sekolah kita sangat besar, ada beberapa kantin, cukup banyak untuk mneyediakan murid di sekolah ini, akan tetapi kalau sudah bertemu dengan titik puncak kelas berakhir masih harus mengantri, karena orang terlalu banyak.

Berbaris kurang lebih sepuluh menit, aku akhirnya mendapatkan makanan, dan kemudian disaat aku berbalik badan, ada sekelompok orang yang berlarian kearahku, tanpa sengaja menabrak nampan piringku. Sangat tidak beruntung, nampan piringku jatuh ke lantai, lemak dari sayur menodai kaki dari orang yang menabrakku, dan langsung, orang itu marah besar dan mengeluarkan umpatan : " kamu buta ya !"

Suaranya yang serak sangat keras, saat buka suara langsung menggelegar seluruh kantin, dalam sesaat banyak pandangan langsung mengarah padaku, aku yang awalnya baik - baik menjadi pusat perhatian orang banyak, bahkan tidak bisa merendah lagi.

Aku tidak suka perasaan dipandangi oleh banyak orang, terutama disaat yang darurat menghindari Olive, aku lebih takut menjadi pusat perhatian, oleh karena itu, meskipun aku tahu orang yang menabarakku yang memotong baris dan membuat keributan, aku juga tidak banyak debat, hanya dengan diam membungkuk dan bersiap mengambil nampan piringku dan menyelesaikan masalah.

Akan tetapi, orang yang menabarkku malah tidak tuntas, dia tidak menungguku mengambil nampan dan langsung meraih kerah bajuku dan menjereit dengan ganas : "Sialan, apa kamu meremehkanku, sudah membuat sup menodai kakiku, satu perkataan maaf pun tidak ada ?"

Pandanganku dipaksa untuk melihat kearahnya, dan disaat ini aku baru melihat dengan jelas, ini adalah seorang pria dengan tubuh yang penuh dengan otot, dia memakai baju basket warna maron, otot tangan yang kuat terlihat, dan disebelahnya ada empat orang pria bersamanya, semua juga memakai baju basket, wajah setiap orang tersisa keringat yang menyinari mata, dapat dilihat mereka baru selesai main basket. Orang ini beneran sangat sombong, satu per satu melihatku dengan tidak suka, seperti aku yang berbuat salah.

Aku awalnya tidak ingin memancing sekelompok orang yang kasar ini, tapi mereka tidak menyerah, terlalu kelewatan, kemarahan dalam hatiku juga tanpa sadar naik, aku mengeratkan kepalanku, berpikir untuk melepaskan pria berotot yang meraihku. Tapi disaat ini Andi tiba - tiba berbisik di telingaku "Chandra, cepat minta maaf, jangan meremehkan orang ini !"

Suara Andi ada sedikit gugup, aku dapat mendengarnya, pria berotot ini mungkin ada latar belakangnya, tidak heran begitu sombong, sudah memotong baris masih ada alasannya sendiri, kelihatannya, di sekolah yang bagus juga ada campuran orang yang baik dan jahat, tidak semua murid itu baik, tidak sedikit orang seperti pria berotot yang kasar ini.

Mengatakan yang sebenarnya, aku sama sekali tidak takut dengan orang - orang ini, kalau ini di SMA, aku pasti akan memukulnya, bagaimanapun berantam dapat diselesaikan dengan uang, tapi ini adalah universitas yang bagus, aturan sekolah sangat ketat dan pengaturan kedisiplinan juga sangat ketat, kalau beneran membuat masalah maka akan dicatat dan nilai akan dikurang, aku tidak ingin meninggalkan noda di masa kuliahku. Dan juga, di kota yang asing ini, aku yang sendiri tidak ada keluarga, kalau beneran membuat masalah, tidak ada orang yang membersihkan masalah dan juga tidak ada orang yang membantu, takutnya aku akan mati dengan menyedihkan. Yang penting adalah, aku sekarang hanya ingin dengan cepat menghilang dari sekelompok orang, menyelesaikan masalah secepat mungkin, dan menjaga untuk menarik perhatian yang lebih.

Berpikir pada hal ini, aku langsung menahan amarahku dan dengan tidak rela berkata pada pria berotot ini : "Maaf !"

Pria berotot yang melihatku bergerak dengan lambat, tidak senang dan berteriak padaku lagi : "Kamu bilang apa ? aku tidak mendengarnya !"

Lagi dan lagi, kemarahan yang kusimpan dibuat naik lagi oleh pria berotot ini, dia sekarang sama sekali bukan menginginkan minta maafku, dia ingin menunjukkan martabatnya di depan orang banyak, menggunakanku untuk menunjukkan martabatnya. Mengatakan yang sebenarnya, aku benar - benar ingin memukulnya dan menghancurkan giginya, tapi mata yang berkumpul di kantin makin lama makin banyak, aku benar - benar tidak boleh karena pukulan ini membuat diri sendiri menjadi orang yang terkenal, bagaimanapun aku harus menahannya.

Menahan nafas, menggertakkan gigi, aku membuka suara lagi, menambah intonasi dan berkata : "Ma..."

Perkataanku belum selesai dikatakan, tiba - tiba, terdengar sebuah suara : "Lepaskan dia !"

Dua kata ini seperti penuh dengan sihir dan juga sangat memaksa, dalam sesaat membuat pria berotot ini takut, dia langsung melepaskanku, berbalik badan melihat ke belakang. Pandanganku juga tanpa sadar mengarah ke sumber suara, hanya melihat seseorang dengan tubuh yang tinggi dan bersih, dengan pelan berjalan dari keramaian.

Melihatnya, suhu tubuhku dengan cepat jatuh ke titik nol, darah yang langsung naik ke otak dan mengeras.

Benar - benar apa yang ditakuti maka itulah yang akan datang, aku terus bersabar dengan pria berotot ini karena takut membongkar diri sendiri, takut untuk menarik perhatian Olive, tapi malahan fakta yang sangat mengejutkan, orang yang membantuku malah orang yang sangat tidak ingin kutemui, Olive.

Aku tidak berani untuk melihatnya lagi, dengan cepat menundukkan kepala, kalau ada retakan di tanah, aku pasti akan menggali masuk ke dalam.

Disaat aku cemas dan takut, Olive berjalan kemari, akan tetapi setelah berjalan kemari, dia langsung menganggapku sebagai angin dan mengabaikanku, kedua matanya menatap pria berotot, dengan muka tanpa ekspresi berkata : "Ada orang yang memberi laporan kamu memotong baris, kamu pergi berbaris di belakang !"

Suara Olive sangat dingin seperti memberi perintah, mungkin saja ini adalah sikapnya yang sebenarnya dari dalam tulang, meskipun sekarang tampangnya berubah menjadi wanita yang polos dan baik, dan tempramennya yang juga terlihat elegan dan introvert, tapi sikapnya yang keras dan kesombongan yang dingin sama sekali tidak berubah.

Dalam hatiku adan sedikit goyah, tapi dalam kepalaku tetap dengan hati - hati merendah, tidak berani untuk memperlihatkan sedikit pun. Dan pria berotot, dia mungkin dibutakan oleh kecantikan Olive, mendengar Olive berkata seperti itu, dia malah tidak marah, hanya mengeluarkan sebuah senyuman yang sangat palsu dan berkata pada Olive : "Wanita cantik, kamu darimana melihatku memotong barisan, tidak ada bukti jangan asal bicara !"

Download APP, continue reading

Chapters

537