Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)

by JavAlius 21:45,Feb 29,2020
Ada lebih dari 20 siswa olahraga secara keseluruhan, mereka semua terdiri lima dan tiga kelompok, kuat dan kekar. Mereka seperti sekelompok orang yang terlatih. Mereka membuat formasi saat masuk. Dan Gunawan yang berada ditengah, dengan bangga masuk.

Saat itu, Gunawan seperti seorang Pemimpin dengan keberanian dan sikap agung. Begitu dia memasuki pintu, dia berjalan ke podium dan berteriak dengan keras kepada hadirin: "Chandra tetap disini, selain itu keluar semua ! "

Perintah Gunawan nampaknya tidak bisa ditentang. Nadanya sangat keras. Dia tidak mempedulikan orang di kelasku, sangat tidak sopan.

Siswa yang ada di kelasku awalnya ingin tinggal di kelas untuk menonton pertunjukan yang bagus, tetapi sekarang melihat Gunawan, mereka bahkan tidak memiliki kesempatan untuk menonton pertunjukan itu, mereka disuruh keluar, ini sama saja seperti dipukuli, semua Wajah mereka Nampak tidak terima, tetapi di hadapan Gunawan, mereka juga tidak berani berbicara.

Gunawan melihat kerumunan orang yang masih belum keluar, ia pun langsung memukul meja dengan marah, dan berkata dengan keras, "yang masih disini, akan kuperlakukan sama seperti Chandra!"

Kalimat ini, membuat orang orang pada ketakutan. Teman sekelasku semua tiba-tiba langsung keluar dari kelas. Hanya Andi yang memiliki hati baik dan menatapku dengan wajah kusut. Aku memberinya tatapan baik-baik saja, dan pun pergi perlahan.

Dalam sekejap, aku ditinggalkan sendirian di sini, sangat sunyi!

Gunawan tersenyum puas, dan kemudian menutup pintu depan dan belakang. Namun, orang-orang yang menonton di luar masih melihat ke dalam melalui kaca di pintu. Seperti tidak ada yang mau ketinggalan pertunjukan yang bagus.

Sampai semuanya siap, Gunawan mendatangi aku, berjalan kearahku, dia langsung duduk di depanku, dan kemudian dia berbicara padaku seolah berbicara dengan seorang teman: "Chandra, kau begitu arogan, Orang-orangku datang kesini tapi kau tidak mau menurut pada mereka, sampai aku harus datang sendiri ke sini. Kata-kataku tidak cukup baik, kah? "

Nada bicara Gunawan tampak santai ketika dia mengatakan ini, tetapi matanya, seperti mata rajawali, memancarkan cahaya tajam dan menatapku dengan tajam. Aku takut dia menatap. Jelas sekali, Gunawan marah, aku khawatir dia tidak akan melepasku sampai aku benar-benar mati. Namun, sebelum situasi itu, aku tidak akan mengambil langkah itu. Aku mencoba menenangkan diri, dan kemudian berkata kepadanya, "Tidak, hanya inigin pergi ke kelas, aku tidak ingin bolos kelas!"

Penjelasan ku sangat tidak masuk akal. Gunawan mendengarnya pun dia tidak bisa menahan tawa. Dia berkata kepada aku dengan acuh: "Apakah kau takut? Kau takut aku akan memanggil mu dan memukul mu lagi, yakinlah, Aku seorang pria yang berpikiran rasional, aku tidak akan memukul orang di setiap kesempatan! "

Jika orang lain mengatakan ini, aku mungkin masih mempercayainya, tetapi keluar dari mulut Gunawan akan terdengar terasa canggung. Dia benar-benar memperlakukan aku sebagai orang bodoh, aku juga tidak ingin bermain-main dengannya, langsung ke intinya: "Bagaimana dengan mu? Apa maksudmu? "

Gunawan menggengam pundakku pelan dan berkata kepadaku dengan pahit: "Chandra, awalnya, kau lembut di tempat lokasi itu dan membantuku untuk berbicara, aku senang, aku tidak berencana untuk merepotkanmuu lagi. Tapi Olive Wanita itu, agak agresif, dia masih menargetkan aku, bahkan sebelumnya ia menemukan pelanggaranku yang dapat mengurangi nilaiku, dan mengatakan bahwa ia tidak akan membiarkanku melewati sekolah dengan baik, yang membuat aku sedikit tidak terima. Aku benar-benar tidak ingin berurusan dia, jadi, bisakah kau membantu kakakmu ini? "

Aku kira itu benar. Olive menargetkan Gunawan lagi, dan Gunawan mendatangi ku lagi. Ini benar-benar lingkaran yang tidak ada habisnya. Aku tidak tahu trik apa yang ingin dimainkan Gunawan saat ini, aku hanya bisa bertanya: "Bagaimana caraku membantu?"

Gunawan tersenyum dan dengan munafik berkata, "Tak perlu dikatakan lagi, Olive melakukan ini untuk melindungi mu. Aku mendengar bahwa dia dulu sangat rendah hati. Dia tidak peduli dengan hal-hal yang tidak berhubungan dengannya. Tetapi karena mu, sekarang dia memegang rahasiaku! Jadi, reputasimu juga masih sangat bagus, kau bantu aku bertemu dengan Olive, seharusnya tidak ada masalah, aku benar-benar hanya ingin makan enak dengannya, berdamai, tidak ada yang lain. , Bisakah kau menolong pada kakak? "

Setiap kata yang Gunawan katakan sangat baik, seolah-olah dia benar-benar memperlakukan aku sebagai adik lelakinya, tetapi niatnya sangat jelas, dia menyuruhku untuk membantunya bertemu dengan Olive. Aku yakin sekarang, Gunawan pasti memiliki suatu tujuan. Jika dia hanya ingin menyelesaikan masalah dengan Olive, maka tinggal minta tolong padaku untuk memohon pada Olive itu sudah cukup, tetapi dia terus ingin dipertemukan dengan Olive berulang kali, aku yakin pasti ada niat buruk, dia pasti merencanakan sesuatu pada Olive .

Meskipun aku membenci Olive, aku tidak akan pernah mencelakainya. Aku tidak bisa menyetujui permintaan Gunawan, jadi aku menjawab dengan sangat serius: "Aku sudah memberi tahu Anda, aku dan Olive tidak dekat. Jika Anda ingin membuat janji dengannya, pergilah sendiri! "

Setelah mendengar jawabanku, wajah Gunawan tiba-tiba berubah. Dia perlahan bangkit dari tempat duduknya, lalu menatap ke bawah, dengan nada yang kuat: "Aku di sini, bukan ingin berunding denganmu, kau tidak punya pilihan, hari ini kau harus setuju, tidak setuju pun harus tetap setuju! "

Begitu kata-kata Gunawan terlontar, para siswa olahraga di depan dan di belakang kelas semua berjalan perlahan ke arah ku, mereka semua menunjukkan wajah yang buruk, sengit, seolah-olah, jika aku menolak lagi, mereka akan menelanku!

Aku dapat dengan jelas merasakan kekuatan dari kelompok orang ini, tetapi aku tidak takut, aku berdiri dengan tenang, lalu berbalik, menatap Gunawan dengan dingin, dan berkata dengan tegas: "Aku sudah bilang, soal ini aku tidak bisa melakukan apa-apa, jika pun Anda mengarahkan pisau ke leherku, aku tetap tidak bisa berbuat apa-apa, aku hanya ingin belajar baik-baik. Gunawan, mengapa Anda terus memaksaku? "

Pada saat ini, Gunawan benar-benar tertegun, matanya melebar. Awalnya ia pikir jika dia membawa kelompok harimau dan serigala ini dan mengintimidasiku dua kali, pasti aku akan mau berkompromi, tetapi sekarang, bukannya berkompromi. Sebaliknya, aku malah tenang, dan tidak takut, yang membuat Gunawan kaget. Dia menatapku dengan tatapannya dan bertanya: "Apa yang kau katakan, aku tidak dengar jelas, coba katakana sekali lagi!"

Download APP, continue reading

Chapters

537