Bab 4 Pria Perkasa (2)

by JavAlius 21:42,Feb 29,2020
Aku menggunakan kebencianku, menunjukkan keberanianku, juga membuat semua orang takut padaku, tapi aku tidak menjadi anak nakal, terlebih lagi meninggalkan sekolahku, aku mengikuti pesan dari ibuku, sepenuh hati belajar. Pelajaran kelas 1 SMA terlalu banyak yang tertinggal, aku tidak dapat mengejar ketinggalanku, maka dari itu aku mengulang satu tahun, lalu berjuang keras, dengan 3 tahun pengorbananku, aku tidak mengecewakan harapan banyak orang, aku berhasil masuk ke universitas yang terkenal!

Saat mendapatkan surat penerimaanku, fetrin terharu hingga meneteskan air mata, dia melihatnya sendiri, aku yang dari menjadi sampah yang tidak berguna dan hanyut dalam kesedihan, menjadi seorang siswa teladan. Dia tahum aku sudah mencapai harapan ibuku, aku akhirnya bisa bertemu dengan ibuku!

Tidak ditunda lagi, fetrin langsung mengatur jadawal aku bertemu dengan ibuku.

Hampir 4 tahun, ini pertama kali aku menjenguk ibuku di penjara, selama ini aku tidak berani datang, hingga hari ini, ditanganku memegang surat penerimaanku, barulah ada martabat dan keberanian untuk menemui ibuku.

Saat bertemu dengan ibuku, kedua mataku tidak dapat menahan air mata, perasaan dan emosi yang tersembunyi begitu lama, hingga saat ini meledak keluar, pertahananku yang kuat begitu lama, runtuh begitu saja. Waktu sudah berlalu 4 tahun, dan aku menangis lagi, air mata memenuhi wajahku!

Lama tak berjumpa, ibuku sudah berubah, kulitnya menghitam, dia juga kurusan, rambutnya juga sangat pendek, gayanya yang gagah dulu, semuanya sudah terkubur. Tetapi dia masih tegar seperti dulu, dia tidak menangis, matanya hanya memerah melihatku memegang surat aku diterima di universitas, dengan sangat dalam mengatakan padaku: “ibu sangat bangga!”

Selama ini ibuku memang tidak banyak berbicara, dia juga tidak pandai berekspresi, hanya menggunakan 4 kata yang sangat simple, mengekpresikan seluruh perasaannya saat itu.

Aku menahan emosi dalam hatiku yang keluar, dan mengatakan pada ibuku sambil bergetar: “bu, anakmu sudah dewasa, aku sudah belajar mandiri, sudah belajr agar kuat, dan berani, aku tidak pernah melupakan pesan darimu, selalu bertahan dan berusaha, aku sekarang adalah pria yang dapat menanggung cobaan apapun!”

Ibuku mengangguk dengan kuat, tatapannya, memilliki perasaan yang sangat terharu, sudah lama, dia dengan serius mengatakan: “ibu tahu, Chandra, terus berusaha, jangan buat ibu kecewa!”

Aku dipenuhi dengan kesedihan dan keyakinan, serius berjanji pada ibuku: “bu, kamu tenang saja, aku pasti akan berusaha, saat bertemu denganmu lagi, aku akan menjadi orang yang berguna, aku pasti akan membuatmu bangga padaku, membuatmu kagum padaku, aku tidak akan membuatmu khawatir lagi, tidak akan lagi!”

Setelah menjenguk ibuku, aku semakin memutuskan, akan terus berjuang, terus berusaha, sesulit apapun, aku tidak akan ragu!

Waktu liburan musim panas, berlalu dengan cepat, dengan cepat menyambut masuk sekolah lagi.

Hari dimana aku meninggalkan kampung halaman, aku tidak membiarkan fetrin mengantarku, karena aku sudah belajar arti kata mandiri, aku hanya meminta pada fetrin, jika ada waktu tolong sering menjenguk ibuku, lalu aku pergi menjalani jenjang studyku menjadi mahasiswa.

Sepanjang perjalanan, perasaanku sangat kacau, ada ambisi, ada harapan, sebenarnya aku berharap memiliki sebuah kehidupan yang baru. Tempat kampung halamanku, meninggalkanku begitu banyak luka, beberapa tahun ini, aku tidak bahagia, tidak ada teman. Seluruh teman kelasku, walaupun tidak berani mengangguku, tapi pandangan mereka padaku seperti melihat monster, aku dipandangan orang, selalu bukan manusia yang normal, sampai selesai ujian akhir, aku selalu hidup di dunia yang sepi tanpa siapapun, hatiku, selalu kesepian.

Aku pikir, mungkin setelah aku pindah ke lingkungan baru, ditempat dimana tidak ada yang mengenalku, aku bisa menjalani hidupku yang normal, aku bisa mencari beberapa teman, mengobrol, berbincang, diluar jam pelajaran bisa bermain dengan santai!

Membawa sebuah harapan, aku datang di universitasku, datang ketempat asing untukku, dan memulai kehidupan mahasiswaku.

Universitasku adalah universitas terbaik senasional, didalamnya berkumpul murid yang berasal dari macam-macam kota, setiap orang membawa impian dan semangat datang kesini, memulai kehidupan yang baru, aku pun juga begitu.

Aku sangat menyukai lingkungan disini, rasanya seperti, lepas dari neraka dan pergi ke surga, disini ada udara yang sangat segar, memiliki teman baru, mereka tidak mengetahui masa laluku, pandangan mereka kepadaku tidak ada sedikitpun penghinaan, dan tidaka da perlakuan yang berbeda untukku. Hanya, aku terbiasa sendiri, seketika sulit berbaur dengan orang lain, tapi aku sedang berjuang untuk mengubah diri sendiri, berusaha beradaptasi berbaur dengan orang lain.

Baru masuk sekolah beberapa hari, kondisiku baik-baik saja, aku merasa diriku berubah menjadi orang baru, terutama, setelah melewati setengah bulan pelatihan tantara, aku telah melepaskan satu tingkat kulit luarku, kulit putihku yang seperti wanita, telah dijemur hitam, dengan rambut hitam pendekku, semakin menunjukkan kejantananku, aku hampir melepaskan semua ikatan di masa laluku, akhirnya bisa menjalani kehidupan yang normal!

Tidak lama selesai pelatihan tantara, sekolah mengadakan acara penyambutan siswa baru, jurusan kami sedang sibuk-sibuknya, sangat sibuk menyiapkan pesta yang ditunggu oleh banyak orang.

Malam pesta itu, semua orang kamarku senang seperti orang gila, setiap orang sangat bersemangat, sangat bergairah, berdandan dengan sangat rapi, seperti akan pergi melamar. Tapi aku tahu, mereka sebenarnya ingin pergi melihat cewek-cewek, sengaja berdandan begitu tampan untuk menarik perhatian wanita.

Aku tidak tertarik dengan wanita, aku juga tidak terlalu suka dengan kegiatan besar seperti ini, walaupun sekarang aku sedang mencoba normal untuk berbaur dengan yang lain, tapi terhadap kegiatan yang begitu besar aku masih tidak bisa menerima, jadi, saat acara akan dimulai, aku mengambil sebuah buku, bersiap meninggalkan kamar, pergi ke kelas belajar.

Saat aku sampai di depan pintu kamar, teman kamarku andi menarikku, penasaran menanyakan padaku: “Chandra, kamu pergi ke pesta, ngapain membawa buku? Memakai buku untuk bertemu teman?”

Aku tidak dapat berkata-kata: “siapa bilang aku pergi ke pesta, aku pergi ke kelas belajar!”

Andi mendengar kata-kataku, langsung berteriak kaget: “tidak mungkin, apakah kamu gila, memangnya kamu tidak tahu, wanita tercantik perguruan tinggi kita akan menampilkan sebuah acara, kamu tidak ingin menyaksikan penampilannya?”

Aku melambaikan tangan: “maaf, aku tidak tertarik dengan wanita, kamu pergi lihat sendiri saja!”

Selesai berbicara, aku melewati andi, pergi begitu saja, tapi andi tidak melepaskanmu dan terus berkata: “tapi ini bukan wanita biasa, dia adalah bunga sekolah kita olive?”

Mendengar ini, langkah kakiku tiba-tiba terhenti, segera aku membalikkan badan, melihat andi, dengan serius mengatakan: “kamu tadi bilang apa? Olive?

Download APP, continue reading

Chapters

537