Bab 5 Mendapatkan Lokasi Yang Diidamkan (2)
by Lucy Liestiyo
13:14,Jan 16,2021
Padahal, sebenarnya pemikiran Ezra tidak terlalu jauh berbeda dengan apa yang dipikirkan Elbi. Bedanya, Ezra cenderung berpikir ke arah komersil.
Dalam diamnya, otak cerdas Ezra secara otomatis menghitung, dengan tim Fotografer, penata rias, biaya sewa tempat yang begitu besar, dan sebagainya, pada angka berapa banyak anggaran yang sebenarnya dikeluarkan oleh kedua Calon Mempelai tersebut.
Wow! Luar biasa! Aku tahu, pasti nggak gampang buat mereka berdua untuk berpose berpelukan, berciuman, Sang Lelaki seolah menggendong Sang Wanita di pundaknya, atau pose dirinya berlutut dan tengadah sembari menangkup pipi Pasangannya yang menunduk menatapnya hingga pose-pose unik lainnya di tempat yang sesempit itu sambil tetap menampilkan ekspresi paling tepat demi menghasilkan foto terbaik sebagai kenangan mereka! pikir Ezra. Senyum yang muncul di bibir Ezra sungguh paduan dari senyuman geli serta senyuman kekaguman.
Ezra menengadahkan kepalanya lebih tinggi lagi. Dia ingin melihat lebih jelas ekspresi dari kedua calon pengantin. Ia melihat pose yang mereka tunjukkan beragam, dan hebatnya lagi, sang Fotografer yang berperan sebagai pengarah gaya sepertinya tidak perlu repot-repot mengarahkan mereka. Terkesan benar betapa Pasangan Muda itu sudah memiliki gayanya sendiri yang menurut mereka unik dan menampilkan diri mereka berdua.
Meski Ezra sudah melihat dua pasangan Calon pengantin lainnya yang juga melakukan sesi foto pre-wedding di resor ini sejak ia datang, yakni di di dekat gazebo dengan latar belakang danau dan jembatan kayu yang membentang di atas danau, kali ini Ezra mengakui bahwa Pasangan yang ketiga ini lebih kreatif.
"Menurutmu gimana, Ara? Mereka berdua keren banget, ya?" komentar Elbi yang mengikuti sudut pandang Ezra.
Ezra mengangguk.
“Sangat. Sekadar kita pakai standard-nya pose titanic sih, lewat deh sama mereka berdua ini,” aku Ezra.
Elbi mengangguk, lalu terkekeh menanggapi ucapan Ezra.
“Hmm…, sekarang biar kutebak deh, Ra…! Pasti kamu jadi dapat ide baru kan, sebagai referensi buat berbagai event-mu yang mendatang?" tanya Elbi dengan kepercayaan diri penuh.
Dan lagi-lagi, keinginan serupa mengoda Elbi.
"Kalau mau, Ra, aku bisa kok mencarikan waktu yang cocok supaya kelak kita juga bisa melakukan foto pre-wedding di sini. Aku bisa cek ke pengelola waktu yang luang dan cocok sama waktunya kita nanti. Ya tapi tentu aku nggak akan bilang apa-apa dulu ke kamu sebelum mendapatkan konfirmasinya. Pokoknya, Apapun yang pas di hatimu, pasti akan aku coba penuhi sebisaku, kok,” sebenarnya Elbi sangat ingin mengatakan sebagian dari kalimatnya ini secara lisan. Tapi dia memilih untuk menyimpannya di dalam hatinya.
Ada rasa puas dan lega di wajah Elbi, atas keberhasilannya memenuhi permintaan Ezra untuk mensurvei secara langsung tempat ini. Ya, 'The Bright Side Resort' memang baru dibuka sekitar enam bulan yang lalu. Namun bagaikan bintang terang, ia segera melesat dan langsung menjadi buah bibir, bahkan telah membuat daftar tunggu yang panjang bagi peminat yang bermaksud menjalankan aktivitasnya di resor satu ini. Tentu saja, ini adalah pencapaian yang luar biasa dan fantastis, untuk bisnis yang relatif baru, apalagi kompetitornya juga tidak sedikit. Di area resor baru ini juga terdapat sejumlah fasilitas lainnya, termasuk kamar tamu untuk bermalam serta restaurant dan kafe.
"Hm, bisa dibilang begitu. Tapi terutama ..," tiba-tiba Ezra menggantung kalimatnya.
Elbi menatap secara intens kepda Ezra sambil menerka dalam diam.
"Terutama apa, Ra? Bilang dong, ke aku," pinta Elbi lembut.
Ezra hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis pada Elbi. Dia malah memasang wajah penuh teka-teki setelahnya, menebirkan tanya di kepala Elbi. Sementara di dalam benak Ezra, ia membayangkan betapa lucunya jika suatu saat dirinya menjadi klien di sebuah Perusahaan Wedding Organizer. Ya, klien, bukan pelaksananya sebagaiman yang selama ini ia lakoni!
Apa bisa ya, aku hanya berpangku tangan dan nggak ambil bagian dalam kesibukan penyelenggaraannya? Sekadar menerima semua ide kreatif mereka, mengomentari dan sesekali memberikan masukan ke mereka berdasarkan pengalaman pribadiku selama menangani acara serupa? Terus paling-paling mengusulkan konsep acara yang ada di kepala aku ke mereka untuk diterapkan di hari besarku bersama Elbi? Dan selebihnya yang perlu aku lakukan cuma duduk tenang di sana, karena mereka, si Wedding Organizer yang akan menangani acara kami. Uuuh .. baru sekadar membayangkannya saja kenapa aku malah ragu buat memercayakan ke orang lain, ya? pikir Ezra.
Hampir saja Ezra tertawa geli, di saat dia membayangkan kemungkinan bahwa dia bakal menjadi klien yang terlalu cerewet yang menuntut agar semua detail diterapkan sesempurna yang dia bayangkan. Yang pasti, tidak menutup kemungkinan juga bahwa jantungnya akan terus berdetak kencang, hingga semua rangkaian acara selesai dan memastikan semua konsep yang ada di kepalanya berjalan dengan lancar, dan seperti prinsip yang ia pegang erat : Zero mistakes!
“Makanya, pilihan terbaiknya, ya tentunya dengan menggunakan tim aku sendiri. Mereka paham betul apa yang aku inginkan dan bagaimana caraku bekerja selama ini. Terlebih, anggarannya juga akan lebih terkendali. Toh bisa dialihkan ke pengeluaran item lainnya," gumam Ezra pelan.
"Hei..! Hayo...! Dari tadi tuh asyik ngomong sendiri. Pelan, lagi! Apa sih, Ra? Kasih tahu aku dong," Elbi setengah mendesak. Sepertinya dia lebih penasaran sekarang karena dia tidak bisa menangkap dengan jelas apa yang digumamkan Ezra barusan. Pertanyaan Elbi hanya berjawab sebuah gelengan kepala yang singkat dari Ezra.
"Enggak..! Serius deh!”
“Beneran?” Elbi mengangkat sebelh alisnya.
Ezra buru-buru mengiakan demi mencegah Elbi bertanya lebih lanjut lagi.
“Ngomong-ngomong, aku kepengen mengelilingi danau sebentar. Setelah itu, mau melihat area gedung pertemuan sekali lagi. Oke nggak? Kamu harus buru-buru kembali ke Jakarta nggak, Bi?" Ezra justru balik bertanya.
Giliran Elbi yang menggelengkan kepalanya menanggapi Ezra, lalu menjawab ringan, "Oh! Enggak dong, Ra! Beneran. Aku sengaja mengosongkan jadwalku untuk hari ini sama besok. Toh jarak dari sini ke Jakarta kurang dari dua jam. Kamu sendiri bagaimana? Ada yang urusan pekerjaan urgent dan harus kamu lakukan nggak?"
"Nggak, Bi. Akhir-akhir ini aku malahan bisa agak santai. Aku bisa mempercayakan beberapa event berskala kecil, yang sedang berlangsung atau yang akan berlangsung, kepada timku. Ya, memang banyak tawaran baru yang sedang ditindaklanjuti, selain perpanjangan sejumlah kontrak lama. Tapi semuanya masih bisa ditangani kok. Aku anggap ini merupakan kesempatan terbaik, jadinya mereka bisa bergantian mengambil cuti tahunan satu per satu. Perlu banget itu, buat menghilangkan rasa bosan dan kemungkinan mereka jatuh sakit. Maklum deh, sebelum-sebelumnya kami kerjanya terus menerus, melebihi ritme sinetron kejar tayang yang harus mengimbangi jadwal siaran yang padat dan memastikan harus tayang setiap hari,” jelas Ezra.
Elbi menggosok dagunya dengan pungung tangannya.
Ia mengangguk dan berkata, “Betul, Ra. Aku masih ingat betul, tahun lalu. Kamu tuh begitu sibuknya. Kerjamu sudah seperti pelari maraton, sampa-sampai aku nggak tega untuk..,” Elbi menggantungkan kalimatnya.
Refleks, Ezra setengah mencebik.
Hampir saja Ezra tak mampu menahan decak gemasnya dan mengungkapkan rasa sebalnya dengan berucap, “Hh! Itu alibi! Jujur saja, terkadang aku masih jengkel sama sikapmu waktu itu! Nyebelin! Tahu nggak sih kamu? Egomu itu benar-benar nyundul langit! Bikin geregetan!”
Dalam diamnya, otak cerdas Ezra secara otomatis menghitung, dengan tim Fotografer, penata rias, biaya sewa tempat yang begitu besar, dan sebagainya, pada angka berapa banyak anggaran yang sebenarnya dikeluarkan oleh kedua Calon Mempelai tersebut.
Wow! Luar biasa! Aku tahu, pasti nggak gampang buat mereka berdua untuk berpose berpelukan, berciuman, Sang Lelaki seolah menggendong Sang Wanita di pundaknya, atau pose dirinya berlutut dan tengadah sembari menangkup pipi Pasangannya yang menunduk menatapnya hingga pose-pose unik lainnya di tempat yang sesempit itu sambil tetap menampilkan ekspresi paling tepat demi menghasilkan foto terbaik sebagai kenangan mereka! pikir Ezra. Senyum yang muncul di bibir Ezra sungguh paduan dari senyuman geli serta senyuman kekaguman.
Ezra menengadahkan kepalanya lebih tinggi lagi. Dia ingin melihat lebih jelas ekspresi dari kedua calon pengantin. Ia melihat pose yang mereka tunjukkan beragam, dan hebatnya lagi, sang Fotografer yang berperan sebagai pengarah gaya sepertinya tidak perlu repot-repot mengarahkan mereka. Terkesan benar betapa Pasangan Muda itu sudah memiliki gayanya sendiri yang menurut mereka unik dan menampilkan diri mereka berdua.
Meski Ezra sudah melihat dua pasangan Calon pengantin lainnya yang juga melakukan sesi foto pre-wedding di resor ini sejak ia datang, yakni di di dekat gazebo dengan latar belakang danau dan jembatan kayu yang membentang di atas danau, kali ini Ezra mengakui bahwa Pasangan yang ketiga ini lebih kreatif.
"Menurutmu gimana, Ara? Mereka berdua keren banget, ya?" komentar Elbi yang mengikuti sudut pandang Ezra.
Ezra mengangguk.
“Sangat. Sekadar kita pakai standard-nya pose titanic sih, lewat deh sama mereka berdua ini,” aku Ezra.
Elbi mengangguk, lalu terkekeh menanggapi ucapan Ezra.
“Hmm…, sekarang biar kutebak deh, Ra…! Pasti kamu jadi dapat ide baru kan, sebagai referensi buat berbagai event-mu yang mendatang?" tanya Elbi dengan kepercayaan diri penuh.
Dan lagi-lagi, keinginan serupa mengoda Elbi.
"Kalau mau, Ra, aku bisa kok mencarikan waktu yang cocok supaya kelak kita juga bisa melakukan foto pre-wedding di sini. Aku bisa cek ke pengelola waktu yang luang dan cocok sama waktunya kita nanti. Ya tapi tentu aku nggak akan bilang apa-apa dulu ke kamu sebelum mendapatkan konfirmasinya. Pokoknya, Apapun yang pas di hatimu, pasti akan aku coba penuhi sebisaku, kok,” sebenarnya Elbi sangat ingin mengatakan sebagian dari kalimatnya ini secara lisan. Tapi dia memilih untuk menyimpannya di dalam hatinya.
Ada rasa puas dan lega di wajah Elbi, atas keberhasilannya memenuhi permintaan Ezra untuk mensurvei secara langsung tempat ini. Ya, 'The Bright Side Resort' memang baru dibuka sekitar enam bulan yang lalu. Namun bagaikan bintang terang, ia segera melesat dan langsung menjadi buah bibir, bahkan telah membuat daftar tunggu yang panjang bagi peminat yang bermaksud menjalankan aktivitasnya di resor satu ini. Tentu saja, ini adalah pencapaian yang luar biasa dan fantastis, untuk bisnis yang relatif baru, apalagi kompetitornya juga tidak sedikit. Di area resor baru ini juga terdapat sejumlah fasilitas lainnya, termasuk kamar tamu untuk bermalam serta restaurant dan kafe.
"Hm, bisa dibilang begitu. Tapi terutama ..," tiba-tiba Ezra menggantung kalimatnya.
Elbi menatap secara intens kepda Ezra sambil menerka dalam diam.
"Terutama apa, Ra? Bilang dong, ke aku," pinta Elbi lembut.
Ezra hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis pada Elbi. Dia malah memasang wajah penuh teka-teki setelahnya, menebirkan tanya di kepala Elbi. Sementara di dalam benak Ezra, ia membayangkan betapa lucunya jika suatu saat dirinya menjadi klien di sebuah Perusahaan Wedding Organizer. Ya, klien, bukan pelaksananya sebagaiman yang selama ini ia lakoni!
Apa bisa ya, aku hanya berpangku tangan dan nggak ambil bagian dalam kesibukan penyelenggaraannya? Sekadar menerima semua ide kreatif mereka, mengomentari dan sesekali memberikan masukan ke mereka berdasarkan pengalaman pribadiku selama menangani acara serupa? Terus paling-paling mengusulkan konsep acara yang ada di kepala aku ke mereka untuk diterapkan di hari besarku bersama Elbi? Dan selebihnya yang perlu aku lakukan cuma duduk tenang di sana, karena mereka, si Wedding Organizer yang akan menangani acara kami. Uuuh .. baru sekadar membayangkannya saja kenapa aku malah ragu buat memercayakan ke orang lain, ya? pikir Ezra.
Hampir saja Ezra tertawa geli, di saat dia membayangkan kemungkinan bahwa dia bakal menjadi klien yang terlalu cerewet yang menuntut agar semua detail diterapkan sesempurna yang dia bayangkan. Yang pasti, tidak menutup kemungkinan juga bahwa jantungnya akan terus berdetak kencang, hingga semua rangkaian acara selesai dan memastikan semua konsep yang ada di kepalanya berjalan dengan lancar, dan seperti prinsip yang ia pegang erat : Zero mistakes!
“Makanya, pilihan terbaiknya, ya tentunya dengan menggunakan tim aku sendiri. Mereka paham betul apa yang aku inginkan dan bagaimana caraku bekerja selama ini. Terlebih, anggarannya juga akan lebih terkendali. Toh bisa dialihkan ke pengeluaran item lainnya," gumam Ezra pelan.
"Hei..! Hayo...! Dari tadi tuh asyik ngomong sendiri. Pelan, lagi! Apa sih, Ra? Kasih tahu aku dong," Elbi setengah mendesak. Sepertinya dia lebih penasaran sekarang karena dia tidak bisa menangkap dengan jelas apa yang digumamkan Ezra barusan. Pertanyaan Elbi hanya berjawab sebuah gelengan kepala yang singkat dari Ezra.
"Enggak..! Serius deh!”
“Beneran?” Elbi mengangkat sebelh alisnya.
Ezra buru-buru mengiakan demi mencegah Elbi bertanya lebih lanjut lagi.
“Ngomong-ngomong, aku kepengen mengelilingi danau sebentar. Setelah itu, mau melihat area gedung pertemuan sekali lagi. Oke nggak? Kamu harus buru-buru kembali ke Jakarta nggak, Bi?" Ezra justru balik bertanya.
Giliran Elbi yang menggelengkan kepalanya menanggapi Ezra, lalu menjawab ringan, "Oh! Enggak dong, Ra! Beneran. Aku sengaja mengosongkan jadwalku untuk hari ini sama besok. Toh jarak dari sini ke Jakarta kurang dari dua jam. Kamu sendiri bagaimana? Ada yang urusan pekerjaan urgent dan harus kamu lakukan nggak?"
"Nggak, Bi. Akhir-akhir ini aku malahan bisa agak santai. Aku bisa mempercayakan beberapa event berskala kecil, yang sedang berlangsung atau yang akan berlangsung, kepada timku. Ya, memang banyak tawaran baru yang sedang ditindaklanjuti, selain perpanjangan sejumlah kontrak lama. Tapi semuanya masih bisa ditangani kok. Aku anggap ini merupakan kesempatan terbaik, jadinya mereka bisa bergantian mengambil cuti tahunan satu per satu. Perlu banget itu, buat menghilangkan rasa bosan dan kemungkinan mereka jatuh sakit. Maklum deh, sebelum-sebelumnya kami kerjanya terus menerus, melebihi ritme sinetron kejar tayang yang harus mengimbangi jadwal siaran yang padat dan memastikan harus tayang setiap hari,” jelas Ezra.
Elbi menggosok dagunya dengan pungung tangannya.
Ia mengangguk dan berkata, “Betul, Ra. Aku masih ingat betul, tahun lalu. Kamu tuh begitu sibuknya. Kerjamu sudah seperti pelari maraton, sampa-sampai aku nggak tega untuk..,” Elbi menggantungkan kalimatnya.
Refleks, Ezra setengah mencebik.
Hampir saja Ezra tak mampu menahan decak gemasnya dan mengungkapkan rasa sebalnya dengan berucap, “Hh! Itu alibi! Jujur saja, terkadang aku masih jengkel sama sikapmu waktu itu! Nyebelin! Tahu nggak sih kamu? Egomu itu benar-benar nyundul langit! Bikin geregetan!”
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved