Bab 16 Rencana Venus
by Lucy Liestiyo
13:35,Jan 16,2021
...
Kilas Balik Berakhir.
Sentuhan lembut Frans pada lengan Venus, otomatis menyela lamunannya.
Dia menoleh kepada sang Suami dengan melihat seolah-olah bertanya melalui pandangan matanya, "Ada apa, Sayang?"
Menanggapinya, sang Suami hanya tersenyum, memijat pelan pundak Venus dan berkata, "Nggak ada apa-apa, Sayang. Sayang, kamu belum mengantuk, kan? Capek, nggak?”
Ah! Manis sekali, seperti biasanya dilakukan para Suami kepada istrinya, terutama mereka yang sedang hamil.
Venus menyandarkan kepalanya ke lengan Frans sebagai jawaban.
"Belum ngantuk kok, Sayang. Tenang saja," ucap Venus.
Frans merasa lega karenanya. Ia tersenyum dan mencium puncak kepala Venus dengan penuh cinta.
Lalu sebuah senyum geli menyebar ke Venus, mengenang kembali selaksa kejadian masa kecilnya lantaran dan Ezra belum juga kembali ke ruang tamu.
Agak menggelikan sebenarnya, karena Venus merasa dirinya sangat berkepentingan dengan percakapan yang akan dilakukan sebentar lagi. Dia benar-benar tidak sabar dan ingin menyaksikan reaksi Adik perempuannya.
Venus menatap ke arah kamar tidur Sam. Belum ada tanda-tanda Ezra dan Susan meninggalkan kamar tersebut. Dan selagi menanti kedatangan mereka, Venus hampir terpancing untuk tertawa. Lamunan akan masa kecilnya kembali berlanjut.
Kilas Balik Dimulai..
...
Karena hingga usianya genap 8 tahun dia masih saja mengompol, Venus sebenarnya malu. Demi menutup rasa malunya itu, dia mengatakan bahwa Ezra yang sebenarnya mengompol. Dan ketika dia menangkap gelagat bahwa Ezra akan mengatakan yang sebenarnya, Venus buru-buru memberikan kode berupa isyarat dengan meletakkan telunjuknya di depan bibirnya dan kemudian menggoyangkan telapak tangannya. Isyarat yang manjur. Terbukti, Ezra membatalkan ucapannya.
Maka, Venus akan tersenyum semanis mungkin. Venus memberi isyarat bahwa dia akan memberikan marshmallow favorit Ezra dan menemani sang Adik berenang sepuasnya di kolam renang mereka. Hebatnya, jurus khasnya itu selalu mampu memenangkan hati sang Adik.
Keadaan berubah ketika Ezra mulai menginjak usia sekolah dasar. Venus selalu merasa kesal ketika Mama mereka membeli tas atau pakaian yang mirip dengan Ezra. Berdasarkan pemikiran bahwa Adik perempuannya itu mulai memiliki kesempatan untuk melakukan tebar pesona di sekolah, Venus mempunyai antisipasinya sendiri.
Dia bertekad untuk menjadi berbeda dari sang Adik perempuannya itu. Venus menolak membawa bekal yang disiapkan oleh sang Mama jika tampilan makan siangnya mirip dengan milik Ezra. Awalnya sang Mama hanya tertawa ringan, lalu bergegas mengubahnya dan berkelakar, “Oh iya, punya Kakak harus lebih ngejreng warnanya dan porsinya lebih banyak, kan?”
Namun seiring berjalannya waktu, Venus bersikeras meminta agar pola makannya dibedakan juga dengan Ezra.
Tidak hanya itu, Venus masih berusaha untuk mengganggu Ezra hingga menjelang usia remaja, untuk mencapai tujuan agar Adiknya pindah dari kamar mereka. Selain ingin mengambil alih kamar tersebut untuk dirinya sendiri, Venus juga sudah lelah melihat pemandangan yang sama selama hampir 24 jam. Dia melihat Ezra di sekolah selama jam sekolah, kemudian setelah jam sekolah dia juga melihat Ezra di rumah. Bagi Venus, dunia tampak begitu sempit dan terbatas.
Venus mencoba berbagai metode untuk 'mengusir' Ezra dari kamar mereka. Dia tidak peduli apakah Ezra akan memilih salah satu dari dua kamar baru yang dibangun di lantai atas, atau memilih kamar tamu yang ada.
Venus merenungkan kembali sejumlah hal buruk yang telah dilakukannya pada Ezra kecil. Tidak semuanya berhasil.
Sebaliknya, lebih sering gagalnya. Contohnya, saat dia meletakkan penjepit di dekat tempat tidur Ezra untuk menjahili sang Adik, malahan tangannya sendiri terjepit karena kaget dengan panggilan ibunya yang menyuruhnya segera menuju ke ruang makan. Atau saat lainnya, ketika ia menambahkan sambal pedas di bawah spageti Ezra, ternyata saat disajikan di meja makan, spageti tersebut tertukar dengan spagetinya sendiri sehingga menyebabkan ia sakit perut beberapa saat setelah memakannya. Begitu juga ketika dia secara tidak sengaja merusak paket yang dikirimkan sang Ayah yang saat itu tengah berada di luar kota, dia kecele. Paket tersebut ternyata adalah hadiah kejutan untuk ulang tahunnya, bukan hadiah untuk Ezra seperti yang dia duga sebelumnya.
...Kilas Balik Berakhir
“Ah, tapi semuanya lucu kok, Ara. Anggap saja itu hanya kenakalan anak-anak. Tapi jika menyangkut ingin berbeda dari kamu, itu jelas. Makanya aku ngotot membantu bisnis furniture milik Ayah, sedangkan kamu dan Kak Arya memilih untuk memulai bisnis sendiri,” kata Venus setengah bergumam. Tenang dan amat pelan, seolah dia menujukannya kepada dirinya sendiri.
Tapi rupanya Frans mendengarnya meski tidak begitu jelas.
“Ve Honey, ada apa? Barusan kamu bilang apa?” Frans yang duduk di sampingnya dan memeluk bahunya, bertanya dengan penuh perhatian. Dengan tangannya yang bebas, Frans membelai lembut perut istrinya yang mulai menyembul dalam balutan gaun ketatnya. Di dalam sana, ada calon bayi mereka, yang akan segera menjadi buah dari pernikahan mereka. Janin yang baru saja memasuki sembilan minggu dalam kandungan Venus.
Gaun yang dikenakan Venus saat ini, terlihat tidak terlalu nyaman untuknya. Dan sebenarnya seharusnya sudah diganti dengan pakaian hamil, atau setidaknya gaun yang agak longgar. Tapi dasar Venus bandel dan kepengen tampil modis, maka ia ngotot memakai koleksi baju kesayangannya yang terbaru untuk hadir di perayaan ulang tahun Keponakannya.
Malahan, sekadar melihatnya saja, Frans-lah yang merasa sesak napas dan mengkhawatirkan calon bayinya juga selain Venus, yang sangat ia sayangi.
Maka dari itu, begitu melihat hanya keluarganya yang tinggal di rumah, Frans agak lega melihat Venus berinisiatif menurunkan sedikit ritsleting gaunnya. Itu sungguh 'ide yang tak terucapkan' yang ingin diberitahukannya kepada Venus beberapa beberapa menit yang lalu.
Syukurlah kamu punya inisiatif. Dengan begitu, ada ruang yang cukup sebagai jalur pernapasan. Baguslah, daripada sia-sia membujuk kamu buat mengganti pakaian lain yang telah disiapkan Astri, asisten rumah tangga kita di dalam mobil, pikir Frans. Menurutnya, menurunkan resleting gaun juga sudah cukup oke, daripada harus mengambil risiko Venus yang super sensitif itu bakal uring-uringan atau malah nangis, hanya gara-gara dibujuk untuk mengganti baju.
Ya, itu terlalu berisiko, kata Frans pada dirinya sendiri ketika dia menatap Venus. Frans tahu bahwa nasehatnya yang sebenarnya ditujukan untuk kebaikan istri dan calon bayinya, tidak akan disambut baik oleh Venus. Merasa begitu, Frans pun tersenyum kecil dan mengelus lengan Venus.
“Tadi kenapa?” ulang Frans.
"Apa, Sayang? Uh, nggak. Nggak ada apa-apa! Nah, itu! Kak Susan sama Ara sudah mau kembali ke sini," kata Venus tergagap. Dagunya terangkat, menggantikan fungsi jari telunjuknya, mengarah ke Susan dan Ezra yang berjalan ke arah mereka.
"Kak Susan, aku harus segera mengantar Papa dan Mama pulang. Pa, Ma, sebaiknya kita bersiap-siap pulang sekarang," Suara Ezra terdengar. Sepertinya Ezra ingin segera meninggalkan rumah Arya.
Susan tersenyum tipis pada Adik Iparnya.
"Hei, ayolah Ara! Jangan terburu-buru seperti itu. Gih, sana, lebih baik kamu duduk di sebelah Kakakmu. Duduk dulu dekat Arya, Ara! Aku akan pergi ke dapur sebentar," ucap Susan sembari mendorong bahu Ezra dengan lembut. Tanpa memberikan kesempatan kepada Ezra untuk bertanya lebih lanjut kepadanya, dia buru-buru meninggalkan ruang keluarga tempat mereka berkumpul.
Venus menyeringai melihat paras Ezra yang menampakkan kebingungan.
Kilas Balik Berakhir.
Sentuhan lembut Frans pada lengan Venus, otomatis menyela lamunannya.
Dia menoleh kepada sang Suami dengan melihat seolah-olah bertanya melalui pandangan matanya, "Ada apa, Sayang?"
Menanggapinya, sang Suami hanya tersenyum, memijat pelan pundak Venus dan berkata, "Nggak ada apa-apa, Sayang. Sayang, kamu belum mengantuk, kan? Capek, nggak?”
Ah! Manis sekali, seperti biasanya dilakukan para Suami kepada istrinya, terutama mereka yang sedang hamil.
Venus menyandarkan kepalanya ke lengan Frans sebagai jawaban.
"Belum ngantuk kok, Sayang. Tenang saja," ucap Venus.
Frans merasa lega karenanya. Ia tersenyum dan mencium puncak kepala Venus dengan penuh cinta.
Lalu sebuah senyum geli menyebar ke Venus, mengenang kembali selaksa kejadian masa kecilnya lantaran dan Ezra belum juga kembali ke ruang tamu.
Agak menggelikan sebenarnya, karena Venus merasa dirinya sangat berkepentingan dengan percakapan yang akan dilakukan sebentar lagi. Dia benar-benar tidak sabar dan ingin menyaksikan reaksi Adik perempuannya.
Venus menatap ke arah kamar tidur Sam. Belum ada tanda-tanda Ezra dan Susan meninggalkan kamar tersebut. Dan selagi menanti kedatangan mereka, Venus hampir terpancing untuk tertawa. Lamunan akan masa kecilnya kembali berlanjut.
Kilas Balik Dimulai..
...
Karena hingga usianya genap 8 tahun dia masih saja mengompol, Venus sebenarnya malu. Demi menutup rasa malunya itu, dia mengatakan bahwa Ezra yang sebenarnya mengompol. Dan ketika dia menangkap gelagat bahwa Ezra akan mengatakan yang sebenarnya, Venus buru-buru memberikan kode berupa isyarat dengan meletakkan telunjuknya di depan bibirnya dan kemudian menggoyangkan telapak tangannya. Isyarat yang manjur. Terbukti, Ezra membatalkan ucapannya.
Maka, Venus akan tersenyum semanis mungkin. Venus memberi isyarat bahwa dia akan memberikan marshmallow favorit Ezra dan menemani sang Adik berenang sepuasnya di kolam renang mereka. Hebatnya, jurus khasnya itu selalu mampu memenangkan hati sang Adik.
Keadaan berubah ketika Ezra mulai menginjak usia sekolah dasar. Venus selalu merasa kesal ketika Mama mereka membeli tas atau pakaian yang mirip dengan Ezra. Berdasarkan pemikiran bahwa Adik perempuannya itu mulai memiliki kesempatan untuk melakukan tebar pesona di sekolah, Venus mempunyai antisipasinya sendiri.
Dia bertekad untuk menjadi berbeda dari sang Adik perempuannya itu. Venus menolak membawa bekal yang disiapkan oleh sang Mama jika tampilan makan siangnya mirip dengan milik Ezra. Awalnya sang Mama hanya tertawa ringan, lalu bergegas mengubahnya dan berkelakar, “Oh iya, punya Kakak harus lebih ngejreng warnanya dan porsinya lebih banyak, kan?”
Namun seiring berjalannya waktu, Venus bersikeras meminta agar pola makannya dibedakan juga dengan Ezra.
Tidak hanya itu, Venus masih berusaha untuk mengganggu Ezra hingga menjelang usia remaja, untuk mencapai tujuan agar Adiknya pindah dari kamar mereka. Selain ingin mengambil alih kamar tersebut untuk dirinya sendiri, Venus juga sudah lelah melihat pemandangan yang sama selama hampir 24 jam. Dia melihat Ezra di sekolah selama jam sekolah, kemudian setelah jam sekolah dia juga melihat Ezra di rumah. Bagi Venus, dunia tampak begitu sempit dan terbatas.
Venus mencoba berbagai metode untuk 'mengusir' Ezra dari kamar mereka. Dia tidak peduli apakah Ezra akan memilih salah satu dari dua kamar baru yang dibangun di lantai atas, atau memilih kamar tamu yang ada.
Venus merenungkan kembali sejumlah hal buruk yang telah dilakukannya pada Ezra kecil. Tidak semuanya berhasil.
Sebaliknya, lebih sering gagalnya. Contohnya, saat dia meletakkan penjepit di dekat tempat tidur Ezra untuk menjahili sang Adik, malahan tangannya sendiri terjepit karena kaget dengan panggilan ibunya yang menyuruhnya segera menuju ke ruang makan. Atau saat lainnya, ketika ia menambahkan sambal pedas di bawah spageti Ezra, ternyata saat disajikan di meja makan, spageti tersebut tertukar dengan spagetinya sendiri sehingga menyebabkan ia sakit perut beberapa saat setelah memakannya. Begitu juga ketika dia secara tidak sengaja merusak paket yang dikirimkan sang Ayah yang saat itu tengah berada di luar kota, dia kecele. Paket tersebut ternyata adalah hadiah kejutan untuk ulang tahunnya, bukan hadiah untuk Ezra seperti yang dia duga sebelumnya.
...Kilas Balik Berakhir
“Ah, tapi semuanya lucu kok, Ara. Anggap saja itu hanya kenakalan anak-anak. Tapi jika menyangkut ingin berbeda dari kamu, itu jelas. Makanya aku ngotot membantu bisnis furniture milik Ayah, sedangkan kamu dan Kak Arya memilih untuk memulai bisnis sendiri,” kata Venus setengah bergumam. Tenang dan amat pelan, seolah dia menujukannya kepada dirinya sendiri.
Tapi rupanya Frans mendengarnya meski tidak begitu jelas.
“Ve Honey, ada apa? Barusan kamu bilang apa?” Frans yang duduk di sampingnya dan memeluk bahunya, bertanya dengan penuh perhatian. Dengan tangannya yang bebas, Frans membelai lembut perut istrinya yang mulai menyembul dalam balutan gaun ketatnya. Di dalam sana, ada calon bayi mereka, yang akan segera menjadi buah dari pernikahan mereka. Janin yang baru saja memasuki sembilan minggu dalam kandungan Venus.
Gaun yang dikenakan Venus saat ini, terlihat tidak terlalu nyaman untuknya. Dan sebenarnya seharusnya sudah diganti dengan pakaian hamil, atau setidaknya gaun yang agak longgar. Tapi dasar Venus bandel dan kepengen tampil modis, maka ia ngotot memakai koleksi baju kesayangannya yang terbaru untuk hadir di perayaan ulang tahun Keponakannya.
Malahan, sekadar melihatnya saja, Frans-lah yang merasa sesak napas dan mengkhawatirkan calon bayinya juga selain Venus, yang sangat ia sayangi.
Maka dari itu, begitu melihat hanya keluarganya yang tinggal di rumah, Frans agak lega melihat Venus berinisiatif menurunkan sedikit ritsleting gaunnya. Itu sungguh 'ide yang tak terucapkan' yang ingin diberitahukannya kepada Venus beberapa beberapa menit yang lalu.
Syukurlah kamu punya inisiatif. Dengan begitu, ada ruang yang cukup sebagai jalur pernapasan. Baguslah, daripada sia-sia membujuk kamu buat mengganti pakaian lain yang telah disiapkan Astri, asisten rumah tangga kita di dalam mobil, pikir Frans. Menurutnya, menurunkan resleting gaun juga sudah cukup oke, daripada harus mengambil risiko Venus yang super sensitif itu bakal uring-uringan atau malah nangis, hanya gara-gara dibujuk untuk mengganti baju.
Ya, itu terlalu berisiko, kata Frans pada dirinya sendiri ketika dia menatap Venus. Frans tahu bahwa nasehatnya yang sebenarnya ditujukan untuk kebaikan istri dan calon bayinya, tidak akan disambut baik oleh Venus. Merasa begitu, Frans pun tersenyum kecil dan mengelus lengan Venus.
“Tadi kenapa?” ulang Frans.
"Apa, Sayang? Uh, nggak. Nggak ada apa-apa! Nah, itu! Kak Susan sama Ara sudah mau kembali ke sini," kata Venus tergagap. Dagunya terangkat, menggantikan fungsi jari telunjuknya, mengarah ke Susan dan Ezra yang berjalan ke arah mereka.
"Kak Susan, aku harus segera mengantar Papa dan Mama pulang. Pa, Ma, sebaiknya kita bersiap-siap pulang sekarang," Suara Ezra terdengar. Sepertinya Ezra ingin segera meninggalkan rumah Arya.
Susan tersenyum tipis pada Adik Iparnya.
"Hei, ayolah Ara! Jangan terburu-buru seperti itu. Gih, sana, lebih baik kamu duduk di sebelah Kakakmu. Duduk dulu dekat Arya, Ara! Aku akan pergi ke dapur sebentar," ucap Susan sembari mendorong bahu Ezra dengan lembut. Tanpa memberikan kesempatan kepada Ezra untuk bertanya lebih lanjut kepadanya, dia buru-buru meninggalkan ruang keluarga tempat mereka berkumpul.
Venus menyeringai melihat paras Ezra yang menampakkan kebingungan.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved